Putri Terakhir Irak Meninggal, Saksi Kekacauan dalam Sejarah Timur Tengah
Senin, 11 Mei 2020 - 11:27 WIB
“Dia adalah bagian dari era politik dan sosial yang mewakili Irak dengan cara terbaik. Semoga dia beristirahat dengan tenang dan belasungkawa tulus saya untuk keluarganya dan orang-orang terkasih."
Dari Yordania, anggota kerajaan Hashemite yang tersisa; Raja Abdullah II, mengatakan kerajaan berduka atas meninggalnya Putri Badiya.
Berikut momen Irak dari masa ke masa:
Tahun 1917 Inggris merebut Baghdad selama Perang Dunia I.
Tahun 1921 Faisal I, putra Grand Sharif dari Makkah Hussein bin Ali, diangkat menjadi raja.
Tahun 1932 Irak merdeka dengan berakhirnya Mandat Inggris. Inggris mempertahankan pangkalan militer di sana.
Tahun 1941 Inggris menduduki kembali Irak setelah kudeta pro-Axis di tengah Perang Dunia II.
Tahun 1958 Monarki Irak digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh Abdul Karim Qassim. Irak meninggalkan Pakta Baghdad pro-Inggris.
Tahun 1963 Perdana Menteri Qassim digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh Partai Baath pan-Arab.
Tahun 1963 Pemerintahan Baath digulingkan.
Dari Yordania, anggota kerajaan Hashemite yang tersisa; Raja Abdullah II, mengatakan kerajaan berduka atas meninggalnya Putri Badiya.
Berikut momen Irak dari masa ke masa:
Tahun 1917 Inggris merebut Baghdad selama Perang Dunia I.
Tahun 1921 Faisal I, putra Grand Sharif dari Makkah Hussein bin Ali, diangkat menjadi raja.
Tahun 1932 Irak merdeka dengan berakhirnya Mandat Inggris. Inggris mempertahankan pangkalan militer di sana.
Tahun 1941 Inggris menduduki kembali Irak setelah kudeta pro-Axis di tengah Perang Dunia II.
Tahun 1958 Monarki Irak digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh Abdul Karim Qassim. Irak meninggalkan Pakta Baghdad pro-Inggris.
Tahun 1963 Perdana Menteri Qassim digulingkan dalam kudeta yang dipimpin oleh Partai Baath pan-Arab.
Tahun 1963 Pemerintahan Baath digulingkan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda