Putri Terakhir Irak Meninggal, Saksi Kekacauan dalam Sejarah Timur Tengah

Senin, 11 Mei 2020 - 11:27 WIB
"Bagdad sangat indah dibandingkan dengan Amman karena Amman kecil dan diterangi lilin," kenangnya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al-Sharqiya pada 2012.

“Ada listrik di Baghdad dan jembatan serta corniche tinggi. Baghdad itu indah dan saya menyukainya."

Faisal memerintah selama 12 tahun sampai kematiannya akibat serangan jantung pada usia 48 tahun. Putranya, Ghazi, naik takhta pada tahun 1933.

Dia menikah dengan saudara perempuan Putri Badiya, Putri Aliya. Sekitar 60 tahun kemudian, rakyat Irak melakukan kudeta yang menewaskan Raja Faisal II

Ketika Ghazi meninggal enam tahun kemudian dalam kecelakaan mobil di Baghdad, barisan penguasa berikutnya adalah putranya Faisal II, yang baru berusia 3 tahun.

Sekali lagi, Putri Badiya mendapati dirinya sangat dekat dengan tampuk kekuasaan ketika saudara lelakinya, Pangeran Mahkota Abdallah, menjabat sebagai bupati sampai raja muda itu cukup umur untuk memerintah.

Setelah menempuh pendidikan di Inggris, tepatnya di Harrow, Faisal II naik takhta di usia 18 tahun pada 1953.

Dianggap sebagai sangat cerdas dan bertanggung jawab atas suatu negara dengan kekayaan sumber daya, dia diharapkan untuk membawa negara itu maju.

Irak mulai berkembang. Pendapatan minyak mengalir dan negara itu mengalami industrialisasi yang cepat.

Tetapi ada juga kesenjangan sosial yang sangat besar dan kaum miskin di negara itu diyakinkan bahwa pemerintah Irak terlalu dekat dengan Inggris dan kebutuhan Barat.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More