Pasukan Azerbaijan Masuki Distrik Pertama yang Diserahkan Armenia

Jum'at, 20 November 2020 - 15:00 WIB
Pertukaran wilayah pada awalnya akan dimulai hari Minggu, dengan orang-orang Armenia di distrik Kalbajar melarikan diri secara massal sebelum batas waktu resmi pengambilalihan oleh Azerbaijan.(Baca juga: Bumi Hangus! Armenia Bakar Rumah sebelum Serahkan Desa ke Azerbaijan )

Tetapi Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menunda tenggat waktu satu minggu karena pertimbangan "kemanusiaan".

Sementara itu pasukan penjaga perdamaian Rusia yang berjumlah sekitar 2.000 tentara telah dikerahkan ke pusat administrasi wilayah tersebut, Stepanakert. Mereka mendirikan pos pemeriksaan dan pos pengamatan di sepanjang koridor strategis Lachin yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia.

Sementara orang-orang Armenia di provinsi-provinsi yang akan diserahkan ke Azerbaijan telah pergi, misi Rusia pada hari Kamis mengatakan telah membawa sekitar 3.000 penduduk kembali ke Stepanakert dan wilayah lain yang telah melarikan diri selama enam minggu akibat konflik hebat.

Sebagian besar distrik barat daya Azerbaijan, Aghdam, berada di bawah kendali separatis Armenia sejak 1993. Sebelum perang pasca-Soviet, distrik itu dihuni oleh sekitar 130.000 orang - kebanyakan etnis Azerbaijan yang terusir dari rumah mereka.

Kementerian kesehatan Armenia mengatakan awal pekan ini bahwa lebih dari 2.400 pejuang negara itu tewas dalam pertempuran. Azerbaijan sendiri belum mengungkapkan korban jiwa yang dialami militernya.

Setelah perjanjian perdamaian ditandatangani pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan total korban jiwa termasuk puluhan warga sipil telah melampaui 4.000 orang.(Baca juga: Armenia, Azerbaijan, Rusia Sepakat Akhiri Konflik Nagorno-Karabakh )

Peran penting Rusia dalam penyelesaian tersebut telah mengesampingkan pemain internasional Amerika Serikat (AS) dan Prancis, yang menjadi perantara gencatan senjata pada 1990-an tetapi gagal memberikan resolusi jangka panjang.

Selama konflik baru-baru ini, Prancis, AS, dan Rusia berusaha menengahi tiga gencatan senjata terpisah yang runtuh karena Armenia dan Azerbaijan menuduh satu sama lain melakukan pelanggaran.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pekan ini mendesak Rusia untuk mengklarifikasi "ambiguitas" atas gencatan senjata yang ditengahi Moskow, termasuk peran Turki dalam misi penjaga perdamaian.(Baca juga: Rusia-Turki Akhirnya Sepakat Kerjasama Kontrol Gencatan Senjata Nagorno-Karabakh )
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More