IAEA dan AS Tekan Iran Terkait Partikel Uranium di ‘Gudang Atom’
Kamis, 19 November 2020 - 03:31 WIB
WINA - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan Amerika Serikat (AS) menekan Iran untuk menjelaskan asal partikel uranium yang ditemukan hampir dua tahun silam di lokasi yang tak diumumkan sebelumnya.
Israel menyebut lokasi itu sebagai “gudang atom rahasia”. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menarik perhatian internasional pada fasilitas Turqazabad di Teheran dalam pidatonya di PBB pada September 2018.
Dia kemudian mendesak IAEA mengunjungi lokasi itu. Iran menyebut tempat itu sebagai fasilitas pembersih karpet.
Inspektur IAEA pergi ke sana pada Februari 2019 dan mengambil sampel lingkungan yang menunjukkan jejak uranium yang diproses. (Baca Juga: Iran: Biden Bisa Cabut Sanksi dengan Tiga Perintah Eksekutif)
Badan pengawas PBB yang berbasis di Wina itu telah mencari jawaban dari mana jejak itu berasal sejak saat itu. Penjelasan Iran tak memuaskan IAEA. (Lihat Infografis: Obama: Cuma Diktator yang Lakukan Apa Saja demi Berkuasa)
“Kita yakin mereka perlu memberi kita informasi yang kredibel. Apa yang mereka katakan kepada kita dari sudut pandang teknis tidak bertambah, jadi mereka perlu mengklarifikasi hal ini,” ungkap Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi saat konferensi pers selama pertemuan triwulanan dari 35 negara anggota Dewan Gubernur IAEA. (Lihat Video: KA Gajayana Meluncur Sendiri Tanpa Lokomotif Tabrak Alat Berat)
IAEA dan badan intelijen AS telah lama percaya bahwa Iran memiliki program senjata nuklir yang terkoordinasi dan rahasia yang dihentikan pada 2003.
Kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan negara-negara besar secara efektif menegaskan sebagian besar masa lalunya.
Terlepas dari kesepakatan tersebut, IAEA bertanggung jawab menghitung semua bahan nuklir di negara-negara yang telah meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi global untuk memastikan tidak ada yang dialihkan untuk membuat senjata nuklir, bahkan jika bukti dari materi yang sebelumnya tidak diketahui sudah bertahun-tahun masanya.
Israel mengatakan telah menyita bagian dari "arsip" Iran terkait aktivitas nuklirnya di masa lalu. Israel menggunakannya untuk menarik perhatian pada aktivitas Iran yang sudah lama ada sebelum kesepakatan 2015.
Iran menolak penggunaan bahan arsip tersebut. Teheran mengecam upaya untuk membuka proses verifikasi dan pembersihan tanpa akhir atas tuduhan palsu yang terus berlanjut.
Teheran menegaskan tak pernah berusaha memiliki senjata nuklir..
Laporan IAEA pekan lalu mengatakan analisis lebih lanjut dari sampel Turqazabad menemukan "partikel yang diubah secara isotop dari uranium pengayaan rendah."
Partikel serupa pernah ditemukan di Iran yakni komponen sentrifugal yang diimpor secara diam-diam dari Pakistan.
"Apapun bahan nuklir yang meninggalkan jejak seperti itu kemungkinan besar diperkaya atau diradiasi," ungkap Amerika Serikat dalam pernyataannya kepada dewan.
“Ini menimbulkan serangkaian pertanyaan baru tentang dari mana bahan tersebut berasal dan apa yang mungkin masih disembunyikan Iran. Ini harus menjadi perhatian utama semua anggota Dewan," papar AS.
Israel menyebut lokasi itu sebagai “gudang atom rahasia”. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menarik perhatian internasional pada fasilitas Turqazabad di Teheran dalam pidatonya di PBB pada September 2018.
Dia kemudian mendesak IAEA mengunjungi lokasi itu. Iran menyebut tempat itu sebagai fasilitas pembersih karpet.
Inspektur IAEA pergi ke sana pada Februari 2019 dan mengambil sampel lingkungan yang menunjukkan jejak uranium yang diproses. (Baca Juga: Iran: Biden Bisa Cabut Sanksi dengan Tiga Perintah Eksekutif)
Badan pengawas PBB yang berbasis di Wina itu telah mencari jawaban dari mana jejak itu berasal sejak saat itu. Penjelasan Iran tak memuaskan IAEA. (Lihat Infografis: Obama: Cuma Diktator yang Lakukan Apa Saja demi Berkuasa)
“Kita yakin mereka perlu memberi kita informasi yang kredibel. Apa yang mereka katakan kepada kita dari sudut pandang teknis tidak bertambah, jadi mereka perlu mengklarifikasi hal ini,” ungkap Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi saat konferensi pers selama pertemuan triwulanan dari 35 negara anggota Dewan Gubernur IAEA. (Lihat Video: KA Gajayana Meluncur Sendiri Tanpa Lokomotif Tabrak Alat Berat)
IAEA dan badan intelijen AS telah lama percaya bahwa Iran memiliki program senjata nuklir yang terkoordinasi dan rahasia yang dihentikan pada 2003.
Kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan negara-negara besar secara efektif menegaskan sebagian besar masa lalunya.
Terlepas dari kesepakatan tersebut, IAEA bertanggung jawab menghitung semua bahan nuklir di negara-negara yang telah meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi global untuk memastikan tidak ada yang dialihkan untuk membuat senjata nuklir, bahkan jika bukti dari materi yang sebelumnya tidak diketahui sudah bertahun-tahun masanya.
Israel mengatakan telah menyita bagian dari "arsip" Iran terkait aktivitas nuklirnya di masa lalu. Israel menggunakannya untuk menarik perhatian pada aktivitas Iran yang sudah lama ada sebelum kesepakatan 2015.
Iran menolak penggunaan bahan arsip tersebut. Teheran mengecam upaya untuk membuka proses verifikasi dan pembersihan tanpa akhir atas tuduhan palsu yang terus berlanjut.
Teheran menegaskan tak pernah berusaha memiliki senjata nuklir..
Laporan IAEA pekan lalu mengatakan analisis lebih lanjut dari sampel Turqazabad menemukan "partikel yang diubah secara isotop dari uranium pengayaan rendah."
Partikel serupa pernah ditemukan di Iran yakni komponen sentrifugal yang diimpor secara diam-diam dari Pakistan.
"Apapun bahan nuklir yang meninggalkan jejak seperti itu kemungkinan besar diperkaya atau diradiasi," ungkap Amerika Serikat dalam pernyataannya kepada dewan.
“Ini menimbulkan serangkaian pertanyaan baru tentang dari mana bahan tersebut berasal dan apa yang mungkin masih disembunyikan Iran. Ini harus menjadi perhatian utama semua anggota Dewan," papar AS.
(sya)
tulis komentar anda