Pangkalan Militer Rusia di Sudan Dirancang untuk Tampung 4 Kapal Perang
Selasa, 17 November 2020 - 08:58 WIB
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin telah memberikan persetujuan kepada militer Rusia untuk membangun pangkalan Angkatan Laut di Sudan . Pangkalan itu dirancang untuk bisa menampung empat kapal perang Moskow, termasuk kapal bertenaga nuklir.
Orang nomor satu Kremlin itu telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk menyelesaikan perjanjian dengan Sudan tentang pendirian pangkalan tersebut. (Baca: Rusia Akan Bangun Pangkalan Angatan Laut di Sudan )
Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin pada 11 November telah menyetujui rancangan perjanjian untuk membangun pangkalan logistik Angkatan Laut di Sudan dan memberikan instruksi untuk mengajukan proposal kepada presiden tentang penandatanganan dokumen.
Menurut perjanjian tersebut, yang dikutip kantor berita TASS, fasilitas logistik Angkatan Laut Rusia di Sudan memenuhi tujuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, bersifat defensif dan tidak ditujukan untuk negara lain.
"Pangkalan itu dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengisian kembali persediaan dan untuk awak kapal Angkatan Laut Rusia untuk beristirahat, dan kesepakatan itu menetapkan bahwa maksimal empat kapal perang dapat tinggal di pangkalan logistik Angkatan Laut, termasuk kapal Angkatan Laut dengan sistem propulsi nuklir dengan syarat mematuhi norma-norma keselamatan nuklir dan lingkungan," bunyi rancangan perjanjian itu yang dilansir TASS, Selasa (17/11/2020). (Baca juga: Rusia Siap Pasok Sistem Pertahanan Udara di Pangkalan Sudan )
Moskow dan Khartoum menandatangani kesepakatan kerja sama militer selama tujuh tahun tahun lalu dan prospek pusat logistik Angkatan Laut telah dibahas secara rinci oleh kedua belah pihak.
Rusia menandatangani rancangan kesepakatan untuk membuka pangkalan Angkatan Laut bagi kapal bertenaga nuklir di Sudan, sebagai imbalan atas kerja sama militer dengan Khartoum.
Draf kesepakatan dirancang untuk bertahan selama 25 tahun. Ini kemudian akan diperpanjang secara otomatis untuk periode sepuluh tahun jika diperlukan.
Fasilitas Sudan kemungkinan akan berfungsi serupa dengan yang saat ini dioperasikan oleh Rusia di Tartus, di pantai Mediterania Suriah.
Orang nomor satu Kremlin itu telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk menyelesaikan perjanjian dengan Sudan tentang pendirian pangkalan tersebut. (Baca: Rusia Akan Bangun Pangkalan Angatan Laut di Sudan )
Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin pada 11 November telah menyetujui rancangan perjanjian untuk membangun pangkalan logistik Angkatan Laut di Sudan dan memberikan instruksi untuk mengajukan proposal kepada presiden tentang penandatanganan dokumen.
Menurut perjanjian tersebut, yang dikutip kantor berita TASS, fasilitas logistik Angkatan Laut Rusia di Sudan memenuhi tujuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, bersifat defensif dan tidak ditujukan untuk negara lain.
"Pangkalan itu dapat digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengisian kembali persediaan dan untuk awak kapal Angkatan Laut Rusia untuk beristirahat, dan kesepakatan itu menetapkan bahwa maksimal empat kapal perang dapat tinggal di pangkalan logistik Angkatan Laut, termasuk kapal Angkatan Laut dengan sistem propulsi nuklir dengan syarat mematuhi norma-norma keselamatan nuklir dan lingkungan," bunyi rancangan perjanjian itu yang dilansir TASS, Selasa (17/11/2020). (Baca juga: Rusia Siap Pasok Sistem Pertahanan Udara di Pangkalan Sudan )
Moskow dan Khartoum menandatangani kesepakatan kerja sama militer selama tujuh tahun tahun lalu dan prospek pusat logistik Angkatan Laut telah dibahas secara rinci oleh kedua belah pihak.
Rusia menandatangani rancangan kesepakatan untuk membuka pangkalan Angkatan Laut bagi kapal bertenaga nuklir di Sudan, sebagai imbalan atas kerja sama militer dengan Khartoum.
Draf kesepakatan dirancang untuk bertahan selama 25 tahun. Ini kemudian akan diperpanjang secara otomatis untuk periode sepuluh tahun jika diperlukan.
Fasilitas Sudan kemungkinan akan berfungsi serupa dengan yang saat ini dioperasikan oleh Rusia di Tartus, di pantai Mediterania Suriah.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda