Operasi Senyap Israel di Iran Dilakukan Agen Mossad
Sabtu, 14 November 2020 - 11:50 WIB
TEL AVIV - Media Amerika Serikat (AS), New York Times, mengungkap bahwa Israel meluncurkan operasi senyap di Iran yang menewaskan orang nomor dua al-Qaeda pada Agustus lalu.
Sedangkan media Inggris, The Sun, lebih rinci menyebut operasi di negara para Mullah itu dilakukan oleh agen Mossad , badan intelijen Israel yang khusus beroperasi di luar negeri. (Baca: Israel Ternyata Lakukan Operasi Senyap di Iran, Tewaskan Orang Nomor 2 al-Qaeda )
Pemimpin nomor dua al-Qaeda yang dibunuh adalah Abdullah Ahmed Abdullah alias Abu Muhammad al-Masri. Menurut New York Times yang mengutip para pejabat intelijen, al-Masri tewas pada 7 Agustus di area jalan Teheran oleh dua pembunuh dengan sepeda motor.
Operasi semacam itu mengingatkan kejadian serupa di Malaysia beberapa tahun lalu, ketika ilmuwan Hamas ditembak mati pria yang mengenderai sepeda motor.
Laporan New York Times mengatakan pembunuhan al-Masri di Iran oleh Israel atas permintaan AS. Al-Masri selama ini diburu FBI atas tuduhan medalangi serangan mematikan dia dua kedutaan besar AS di Afrika, yakni di Kenya dan Tanzania, tahun 1998. Lebih dari 200 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan tersebut. (Baca: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
FBI menawarkan hadiah USD10 juta yang mengarah pada penangkapan al-Masri. Sampai hari Jumat atau saat New York Times merilis laporannya, dia masih ada dalam daftar orang paling dicari FBI.
Dokumen Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional AS tahun 2008 yang sangat diklasifikasikan menggambarkan al-Masri sebagai "perencana operasional yang paling berpengalaman dan cakap yang tidak berada di tahanan AS atau sekutu".
Empat sumber mengatakan kepada New York Times bahwa al-Masri dibunuh oleh operasi Israel atas permintaan Amerika Serikat.
Al-Qaeda belum mengumumkan kematiannya secara terbuka. Menurut New York Times para pejabat Iran menutupi pembunuhan itu. Jika dikonfirmasi, Iran akan menanggung malu karena ibu kotanya sudah menjadi area operasi Israel secara rahasia atau tanpa terdeteksi. (Baca juga: Dua Rudal Pembunuh Kapal Induk China Hantam Kapal di Laut China Selatan )
Menurut laporan Reuters, Sabtu (14/11/2020), al-Masri berusia sekitar 58 tahun dan termasuk di antara barisan berikutnya yang akan memimpin al-Qaeda.
Poster buron FBI untuk al-Masri menyatakan bahwa pria itu memiliki banyak nama alias. Dia melarikan diri dari Kenya pada 6 Agustus 1998, ke Pakistan, hanya sehari sebelum serangan mematikan itu.
FBI memperingatkan bahwa al-Masri harus dianggap bersenjata dan berbahaya. Masih menurut New York Times, pejabat intelijen AS mengatakan bahwa al-Masri berada di "tahanan" Iran sejak 2003.
Para pejabat mengatakan dia hidup bebas di daerah Teheran setidaknya sejak 2015.
Pada 7 Agustus, dia dilaporkan sedang dalam perjalanan pulang dengan putrinya ketika dia dan putrinya—janda putra Osama bin Laden, Hamza bin Laden,—tewas.
Kematian al-Masri terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat selama musim panas.
Beberapa ahli terorisme mengatakan bahwa mungkin Iran mengizinkan pejabat al-Qaeda untuk tinggal di Teheran akan memastikan kelompok tersebut tidak akan menjadi tuan rumah operasi di negara tersebut.
Beberapa ahli kontraterorisme Amerika telah menyatakan bahwa Iran mungkin mengizinkan para ekstremis untuk tinggal di negara itu untuk menjalankan operasi melawan AS.
Al-Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden dituduh mendalangi serangan 11 September 2001 atau 9/11 yang menewaskan sekitar 3.000 orang segera setelah serangan tersebut.
Sebuah laporan kontraterroisme PBB baru-baru ini mengatakan kelompok itu tetap aktif dan tangguh.
Sedangkan media Inggris, The Sun, lebih rinci menyebut operasi di negara para Mullah itu dilakukan oleh agen Mossad , badan intelijen Israel yang khusus beroperasi di luar negeri. (Baca: Israel Ternyata Lakukan Operasi Senyap di Iran, Tewaskan Orang Nomor 2 al-Qaeda )
Pemimpin nomor dua al-Qaeda yang dibunuh adalah Abdullah Ahmed Abdullah alias Abu Muhammad al-Masri. Menurut New York Times yang mengutip para pejabat intelijen, al-Masri tewas pada 7 Agustus di area jalan Teheran oleh dua pembunuh dengan sepeda motor.
Operasi semacam itu mengingatkan kejadian serupa di Malaysia beberapa tahun lalu, ketika ilmuwan Hamas ditembak mati pria yang mengenderai sepeda motor.
Laporan New York Times mengatakan pembunuhan al-Masri di Iran oleh Israel atas permintaan AS. Al-Masri selama ini diburu FBI atas tuduhan medalangi serangan mematikan dia dua kedutaan besar AS di Afrika, yakni di Kenya dan Tanzania, tahun 1998. Lebih dari 200 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam serangan tersebut. (Baca: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
FBI menawarkan hadiah USD10 juta yang mengarah pada penangkapan al-Masri. Sampai hari Jumat atau saat New York Times merilis laporannya, dia masih ada dalam daftar orang paling dicari FBI.
Dokumen Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional AS tahun 2008 yang sangat diklasifikasikan menggambarkan al-Masri sebagai "perencana operasional yang paling berpengalaman dan cakap yang tidak berada di tahanan AS atau sekutu".
Empat sumber mengatakan kepada New York Times bahwa al-Masri dibunuh oleh operasi Israel atas permintaan Amerika Serikat.
Al-Qaeda belum mengumumkan kematiannya secara terbuka. Menurut New York Times para pejabat Iran menutupi pembunuhan itu. Jika dikonfirmasi, Iran akan menanggung malu karena ibu kotanya sudah menjadi area operasi Israel secara rahasia atau tanpa terdeteksi. (Baca juga: Dua Rudal Pembunuh Kapal Induk China Hantam Kapal di Laut China Selatan )
Menurut laporan Reuters, Sabtu (14/11/2020), al-Masri berusia sekitar 58 tahun dan termasuk di antara barisan berikutnya yang akan memimpin al-Qaeda.
Poster buron FBI untuk al-Masri menyatakan bahwa pria itu memiliki banyak nama alias. Dia melarikan diri dari Kenya pada 6 Agustus 1998, ke Pakistan, hanya sehari sebelum serangan mematikan itu.
FBI memperingatkan bahwa al-Masri harus dianggap bersenjata dan berbahaya. Masih menurut New York Times, pejabat intelijen AS mengatakan bahwa al-Masri berada di "tahanan" Iran sejak 2003.
Para pejabat mengatakan dia hidup bebas di daerah Teheran setidaknya sejak 2015.
Pada 7 Agustus, dia dilaporkan sedang dalam perjalanan pulang dengan putrinya ketika dia dan putrinya—janda putra Osama bin Laden, Hamza bin Laden,—tewas.
Kematian al-Masri terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat selama musim panas.
Beberapa ahli terorisme mengatakan bahwa mungkin Iran mengizinkan pejabat al-Qaeda untuk tinggal di Teheran akan memastikan kelompok tersebut tidak akan menjadi tuan rumah operasi di negara tersebut.
Beberapa ahli kontraterorisme Amerika telah menyatakan bahwa Iran mungkin mengizinkan para ekstremis untuk tinggal di negara itu untuk menjalankan operasi melawan AS.
Al-Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden dituduh mendalangi serangan 11 September 2001 atau 9/11 yang menewaskan sekitar 3.000 orang segera setelah serangan tersebut.
Sebuah laporan kontraterroisme PBB baru-baru ini mengatakan kelompok itu tetap aktif dan tangguh.
(min)
tulis komentar anda