Iran Tegaskan Tolak Renegosiasi Perjanjian Nuklir dengan AS
Selasa, 10 November 2020 - 16:45 WIB
TEHERAN - Iran tidak akan merundingkan kembali ketentuan perjanjian nuklir 2015 dengan Amerika Serikat (AS) . Hal itu diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.
"Perjanjian nuklir adalah sesuatu dari masa lalu, dan itu tidak dapat dibuka kembali dan dinegosiasikan ulang oleh siapa pun," ucap Saeed Khatibzadeh mengacu pada Presiden terpilih AS Joe Biden yang akan menjabat pada akhir Januari.
"Amerika melanggar Resolusi 2231, menarik diri dari perjanjian nuklir, dan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Iran, dan harus bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional dan perilakunya terhadap Iran," lanjutnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (10/11/2020).
Ia menambahkan bahwa Iran akan membuat keputusan setelah pemerintahan baru AS mengambil alih tanggung jawabnya.
Pejabat Iran itu meminta negara-negara di kawasan itu untuk tidak bergantung pada AS untuk keamanan, mencatat bahwa Iran mempelajari dengan cermat tindakan pemerintah Amerika berikutnya dan kata-katanya.
Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa pemerintah AS berikutnya harus menggunakan kesempatan untuk mengkompensasi kesalahan Donald Trump. Hubungan Iran dan AS di masa pemerintahan Trump bisa dikatakan sangat buruk.
"Kebijakan Trump yang merusak telah ditentang oleh rakyat Amerika. Pemerintahan AS berikutnya harus menggunakan kesempatan untuk menebus kesalahan masa lalu. Iran menyukai interaksi konstruktif dengan dunia," ucap Rouhani.(Baca juga: Rouhani: Biden Harus Perbaiki Kerusakan yang Dibuat Trump )
Calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, diproyeksikan menang dalam pemilihan presiden. Kemenangan Biden dapat mengarah pada diskusi baru antara AS dan Iran, yang akan mengembalikan topik yang telah lama dibahas, termasuk program nuklir Iran.
Biden mengatakan bahwa dia berencana untuk kembali ke kesepakatan 2015 yang dibuat oleh Barack Obama dengan Iran, di mana Trump menarik diri pada 2018.
Ketegangan kedua negara meningkat sejak 2018, ketika Trump keluar dari kesepakatan nuklir antara Teheran dan kekuatan dunia dan kemudian menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.(Baca juga: Ledek Trump, Zarif: Dia Pergi, Iran di Sini Selamanya )
"Perjanjian nuklir adalah sesuatu dari masa lalu, dan itu tidak dapat dibuka kembali dan dinegosiasikan ulang oleh siapa pun," ucap Saeed Khatibzadeh mengacu pada Presiden terpilih AS Joe Biden yang akan menjabat pada akhir Januari.
"Amerika melanggar Resolusi 2231, menarik diri dari perjanjian nuklir, dan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Iran, dan harus bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional dan perilakunya terhadap Iran," lanjutnya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (10/11/2020).
Ia menambahkan bahwa Iran akan membuat keputusan setelah pemerintahan baru AS mengambil alih tanggung jawabnya.
Pejabat Iran itu meminta negara-negara di kawasan itu untuk tidak bergantung pada AS untuk keamanan, mencatat bahwa Iran mempelajari dengan cermat tindakan pemerintah Amerika berikutnya dan kata-katanya.
Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa pemerintah AS berikutnya harus menggunakan kesempatan untuk mengkompensasi kesalahan Donald Trump. Hubungan Iran dan AS di masa pemerintahan Trump bisa dikatakan sangat buruk.
"Kebijakan Trump yang merusak telah ditentang oleh rakyat Amerika. Pemerintahan AS berikutnya harus menggunakan kesempatan untuk menebus kesalahan masa lalu. Iran menyukai interaksi konstruktif dengan dunia," ucap Rouhani.(Baca juga: Rouhani: Biden Harus Perbaiki Kerusakan yang Dibuat Trump )
Calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, diproyeksikan menang dalam pemilihan presiden. Kemenangan Biden dapat mengarah pada diskusi baru antara AS dan Iran, yang akan mengembalikan topik yang telah lama dibahas, termasuk program nuklir Iran.
Biden mengatakan bahwa dia berencana untuk kembali ke kesepakatan 2015 yang dibuat oleh Barack Obama dengan Iran, di mana Trump menarik diri pada 2018.
Ketegangan kedua negara meningkat sejak 2018, ketika Trump keluar dari kesepakatan nuklir antara Teheran dan kekuatan dunia dan kemudian menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.(Baca juga: Ledek Trump, Zarif: Dia Pergi, Iran di Sini Selamanya )
(ber)
tulis komentar anda