Trump Pecat Menhan setelah Kalah Pemilu dan Perselisihan

Selasa, 10 November 2020 - 10:21 WIB
Sumber mengatakan Esper telah lama mempersiapkan pengunduran diri atau pemecatannya setelah pemilu pekan lalu, terutama jika Trump memenangkan masa jabatan kedua.

Dalam sepucuk surat kepada Departemen Pertahanan yang dikeluarkan Senin malam, Esper mengatakan dia menyingkir karena menyadari "masih banyak lagi yang bisa kami capai".

Esper memuji militer karena tetap "apolitis" selama pesta demokrasi itu. Pernyataan itu sering dia gunakan dan dilihat lawan Trump sebagai kritik implisit terhadap upaya presiden menganggap militer sebagai konstituennya di tengah kenaikan anggaran pertahanan.

Paul Frymer, profesor politik di Universitas Princeton, mengatakan pemecatan Trump melalui Twitter adalah "tipikal dari seluruh kepresidenannya".

Dia memperingatkan ciri ini bisa berisiko bagi Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, yang sering berselisih dengan Trump.

“Dia tidak bisa mengendalikan dorongan hati atau amarahnya dan dia menuntut kesetiaan kepadanya atas kebijakan, konstitusi atau apa pun,” ujar Frymer.

Trump memiliki hubungan yang tidak nyaman dengan Pentagon, di mana Esper dan petinggi lain telah berulang kali berusaha tidak dipandang sebagai alat politik pemerintahan Trump.

Pendahulu Esper, Jim Mattis, berhenti pada 2018 karena perbedaan kebijakan dengan Trump, termasuk tentang Suriah. Mattis pada Juni mengkritik Trump sebagai "presiden pertama dalam hidup saya yang tidak berusaha mempersatukan rakyat Amerika, bahkan tidak berpura-pura mencoba. Sebaliknya dia mencoba memecah belah kita."

“Seperti Mattis, Esper juga tidak setuju dengan sikap meremehkan Trump terhadap aliansi NATO dan waspada terhadap kecenderungan Trump untuk melihat aliansi militer AS melalui lensa transaksional yang eksplisit bahkan ketika dia mendukung seruan Trump kepada aliansi untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan,” ungkap sumber pejabat pertahanan AS pada Reuters.

Namun Esper juga berselisih dengan Trump karena berbagai masalah, termasuk keinginan Esper melindungi Alexander Vindman, yang saat itu menjadi letnan kolonel yang bekerja di Gedung Putih, dari pembalasan atas kesaksiannya dalam penyelidikan pemakzulan Trump.

Michael O'Hanlon dari lembaga pemikir Brookings Institute mengatakan dia tidak percaya Trump memulai perombakan yang merusak kebijakan keamanan nasional AS meskipun memecat Esper.

"Dia ingin percaya bahwa dia memiliki semacam warisan yang masuk akal, di bidang ekonomi, dalam memperkuat militer, tidak memulai perang baru," ujar O'Hanlon yang mencatat bahwa Trump mungkin ingin mencoba mencalonkan diri lagi pada 2024.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More