Gedung Putih Bantah Terlibat Upaya Penculikan Maduro
Sabtu, 09 Mei 2020 - 15:44 WIB
WASHINGTON - Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak ada hubungannya dengan serangan tentara bayaran ke Venezuela akhir pekan lalu. Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyatakan pihaknya tetap fokus pada transisi kekuasaan yang damai di negara itu.
"AS tidak ada hubungannya dengan peristiwa baru-baru ini yang dituduhkan di Venezuela. Klaim sebaliknya tidak dapat dipercaya," kata Dewan Keamanan Nasional dalam pernyataan yang diposting di Twitter.
"Jika ini adalah operasi yang direncanakan AS sebagaimana diklaim oleh Maduro, sosok yang telah didakwa atas tuduhan terorisme narco, (operasi) itu akan terbuka, langsung & efektif," sambung pernyataan itu.
"Pemerintah (AS) tetap fokus pada tujuan kebijakan kami untuk mencapai transisi demokrasi di Venezuela yang damai. Amerika Serikat secara ketat memonitor setiap ancaman potensial terhadap keselamatan & keamanan pemimpin sah Venezuela, Juan Guaido," demikian bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (9/5/2020).
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump juga membantah keterlibatan AS.
"Saya tidak akan mengirim sekelompok kecil, itu akan disebut pasukan," kata Trump kepada "Fox & Friends" melalui panggilan telepon.
"Jika kita melakukan sesuatu tentang Venezuela itu akan menjadi invasi," imbuhnya.
Akhir pekan lalu, para nelayan Venezuela yang juga anggota milisi negara itu memerangi sekelompok tentara bayaran yang berusaha melancarkan serangan dari negara tetangga Kolombia. Mereka menangkap dua warga Amerika dan menewaskan delapan tentara bayaran lainnya.
Kedua orang itu, keduanya bekas pasukan khusus AS, adalah bagian dari perusahaan kontraktor keamanan swasta Silvercorp USA. Keduanya mengklaim tujuan mereka adalah menculik Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan membawanya pergi ke AS dengan pesawat. (Baca: Menyusup ke Venezuela, Dua 'Rambo' AS Ingin Tangkap Maduro )
Pada akhir Maret, Departemen Luar Negeri AS menempatkan hadiah USD15 juta untuk kepala Maduro, menuduhnya sebagai "terorisme narco." Sejak Januari 2019, Washington menyatakan bahwa Maduro bukan pemimpin sah Venezuela, dan mendukung Guaido, seorang politisi oposisi yang upaya kudetanya selama 16 bulan terakhir gagal.
"AS tidak ada hubungannya dengan peristiwa baru-baru ini yang dituduhkan di Venezuela. Klaim sebaliknya tidak dapat dipercaya," kata Dewan Keamanan Nasional dalam pernyataan yang diposting di Twitter.
"Jika ini adalah operasi yang direncanakan AS sebagaimana diklaim oleh Maduro, sosok yang telah didakwa atas tuduhan terorisme narco, (operasi) itu akan terbuka, langsung & efektif," sambung pernyataan itu.
"Pemerintah (AS) tetap fokus pada tujuan kebijakan kami untuk mencapai transisi demokrasi di Venezuela yang damai. Amerika Serikat secara ketat memonitor setiap ancaman potensial terhadap keselamatan & keamanan pemimpin sah Venezuela, Juan Guaido," demikian bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (9/5/2020).
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump juga membantah keterlibatan AS.
"Saya tidak akan mengirim sekelompok kecil, itu akan disebut pasukan," kata Trump kepada "Fox & Friends" melalui panggilan telepon.
"Jika kita melakukan sesuatu tentang Venezuela itu akan menjadi invasi," imbuhnya.
Akhir pekan lalu, para nelayan Venezuela yang juga anggota milisi negara itu memerangi sekelompok tentara bayaran yang berusaha melancarkan serangan dari negara tetangga Kolombia. Mereka menangkap dua warga Amerika dan menewaskan delapan tentara bayaran lainnya.
Kedua orang itu, keduanya bekas pasukan khusus AS, adalah bagian dari perusahaan kontraktor keamanan swasta Silvercorp USA. Keduanya mengklaim tujuan mereka adalah menculik Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan membawanya pergi ke AS dengan pesawat. (Baca: Menyusup ke Venezuela, Dua 'Rambo' AS Ingin Tangkap Maduro )
Pada akhir Maret, Departemen Luar Negeri AS menempatkan hadiah USD15 juta untuk kepala Maduro, menuduhnya sebagai "terorisme narco." Sejak Januari 2019, Washington menyatakan bahwa Maduro bukan pemimpin sah Venezuela, dan mendukung Guaido, seorang politisi oposisi yang upaya kudetanya selama 16 bulan terakhir gagal.
(ber)
tulis komentar anda