Inilah 4 Capres AS yang Kalah, tapi Tak Ancam Tatanan Demokrasi

Jum'at, 06 November 2020 - 14:13 WIB
Pemilihan presiden Amerika Serikat antara Donald Trump melawan Joe Biden. Foto/Ilustrasi SINDOnews.com
WASHINGTON - Calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) tidak selalu mencoba untuk menjatuhkan seluruh sistem pemilu bersama mereka ketika mereka kalah. Sepanjang sejarah pemilu AS, ada empat capres yang kalah—bahkan secara kejam—tanpa menghina atau menjelek-jelekan rival.

Catatan sejarah demokrasi AS yang tertata apik itu rusak ketika Donald Trump menjadi capres Partai Republik tahun 2016 dan tahun ini. Pada pemilihan presiden (pilpres) 2016, Trump secara vulgar meledek rivalnya, Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Hillary Clinton memang kalah dalam pilpres kala itu, meski survei banyak media menguggulkannya.

Pada pilpres kali ini, Trump selalu berteriak bahwa pemilu saat ini penipuan. Dia mendorong massa untuk turun ke pusat penghitungan suara dan menuduh lawannya, Joe Biden dari Partai Demokrat, mencoba mencuri pemilu.

Selama kampanye, Trump juga mencap lawannya dengan sebutan "mengantuk", "menyeramkan" atau pun "menjijikkan". Biden pun meladeni dengan menyebut Trump sebagai presiden paling rasis dalam sejarah Amerika.

Saat ini pemenang pilpres AS belum ditentukan, meski Trump dan Biden sama-sama mengklaim sebagai pemenang. Biden telah meraih 264 electoral votes, unggul atas Trump yang meraih 214 electoral votes. Butuh minimal 270 electoral votes bagi seorang capres untuk menang pilpres dan penghitungan suara masih berlangsung di lima negara bagian. (Baca: Panik dengan Hasil Pilpres AS, Donald Trump Jr Serukan Perang Total )



Mengutip data Daily Mirror, Jumat (6/11/2020), berikut empat capres AS yang kalah dalam pilpres tanpa merusak tatanan demokrasi.

1. John McCain

Pada 2008, ketika John McCain dicemooh oleh pendukungnya sendiri dengan mengatakan rivalnya; Barack Obama, adalah "pria yang baik" dan "bukan orang Arab", dia dengan ksatria mengundurkan diri untuk kalah.

McCain sejatinya belum kalah, tapi seminggu setelah pilpres 2008, dia benar-benar mengundurkan diri untuk kalah.

Tetapi alih-alih menggunakan masalah itu sebagai alasan untuk marah atau menyebut nama rivalnya, dia secara ksatria mengundurkan diri dari ajang pilpres untuk kemenangan Obama.

2. Bob Dole

Pidato konsesi capres Partai Republik Bob Dole tahun 1996 adalah masterclass in grace—terutama datang dari seorang pria yang dikenal kadang-kadang menjadi sedikit emosional, dan mengingat dia tahu ini adalah akhir dari karir politiknya. Inilah sorotannya saat capres tersebut kalah;

"Saya katakan kepada orang-orang muda dan semua yang terlibat, menang lebih menyenangkan. Sungguh menyakitkan kalah dan pemilihan. Tapi tetaplah terlibat dan terus berjuang dalam pertarungan yang bagus karena Anda adalah orang-orang yang akan membuat abad ke-21 menjadi abad terbesar Amerika," katanya dalam pidato kala itu.

3. Al Gore

Pemilu tahun 2000 adalah yang paling diperdebatkan dalam sejarah modern, dengan pertanyaan serius tentang penghitungan di Florida yang memicu proses penghitungan ulang dan gugatan hukum selama 36 hari.

Dan itu sampai pada kesimpulan yang mungkin paling kejam, ketika capres yang kalah, Al Gore, yang merupakan Ketua Senat pada saat itu, dipaksa untuk tersenyum saat dia memimpin pengesahan kekalahannya sendiri secara resmi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More