Warga AS Sambut Hari Pemilu dengan Masker dan Toko-toko Ditutup Papan

Selasa, 03 November 2020 - 18:24 WIB
Pusat perbelanjaan dan toko-toko ditutup papan untuk mengantisipasi kerusuhan terkait pemilu AS. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Jutaan warga Amerika Serikat (AS) memberikan suaranya pada Hari Pemilu Selasa (3/11). Mereka menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan potensi kekerasan serta intimidasi.

Pesta demokrasi kali ini menjadi salah satu pemilu presiden paling terpolarisasi dalam sejarah AS. Pemilu tahun ini dibentuk oleh pandemi, kerusuhan sipil, dan keberpihakan politik.

Sebanyak 90 juta surat suara telah diserahkan dalam gelombang pemungutan suara awal.

Banyak pemilih yang mengenakan masker ke tempat pemungutan suara (TPS), baik karena kesadaran atau keharusan karena wabah virus korona masih mengamuk di banyak bagian negara. (Baca Juga: Hasil Pemilu Presiden AS akan Diumumkan Lebih Lama?)



Beberapa pemilih di kota-kota besar AS melihat bisnis dan pertokoan ditutup sebagai tindakan pencegahan terhadap potensi vandalisme bermotif politik. Ini menjadi pemandangan luar biasa pada Hari Pemilu di AS karena biasanya pemilu berlangsung damai di era modern. (Lihat Infografis: Pakar: Trump Akan Menang Pilpres, Meski Kalah dalam Survei)

Ketegangan seputar pemilihan presiden tahun ini terasa pada Senin di bagian toko penjualan senjata di Buchanan Trail Sporters, kota kecil McConnellsburg, Pennsylvania. (Lihat Video: Pangeran Williams Diam-diam Pernah Positif Covid-19)

"Tidak peduli siapa yang menang, mereka merasa akan ada kerusuhan sipil," ungkap Sally Hoover, salah satu pemilik toko senjata, ketika setengah lusin pembeli serius melihat-lihat koper berisi senjata dan peluru.

Hoover mendukung Presiden Donald Trump dari Partai Republik yang berjuang untuk masa jabatan kedua melawan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden.

“Orang-orang di sekitar sini tidak akan pergi mencari perkelahian. Tapi jika mereka bertengkar, mereka akan mempertahankan properti dan cara hidup mereka,” papar Hoover.

Persatuan Kebebasan Sipil Amerika (ACLU) dan kelompok hak-hak sipil lainnya mengatakan mereka mengawasi dengan seksama tanda-tanda intimidasi pada pemilih.

Afiliasi ACLU di Georgia mengerahkan sekitar 300 pengacara di seluruh negara bagian di sekitar 50 "hot spot" yang berpotensi bermasalah pada Hari Pemilu, termasuk 15 tempat pemungutan suara di Atlanta.

“Kami memiliki pengamat jajak pendapat yang sedang mengawasi setiap intimidasi pemilih. Kami tidak tahu persis apa yang akan terjadi, tapi kami ingin siap sebaik mungkin,” papar Andrea Young, direktur eksekutif ACLU Georgia.

Divisi Hak Sipil Departemen Kehakiman AS mengerahkan staf ke 18 negara bagian untuk memantau intimidasi dan penindasan pemilih, termasuk di beberapa wilayah dan kota-kota yang terguncang oleh kerusuhan sipil tahun ini.

Polisi dan pemilik bisnis mengatakan mereka mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi properti. Mereka masih ingat dengan protes yang terkadang disertai kekerasan terkait ketidakadilan rasial di banyak kota selama musim panas.

Di New York City, department store Macy dan gedung pencakar langit yang menampung saluran Fox News yang disukai Trump, termasuk di antara gedung-gedung yang ditutup.

Di Rodeo Drive, salah satu pusat perbelanjaan termahal di Beverley Hills California, para pegawai melucuti perhiasan yang dipamerkan di jendela pajangan di Tiffany & Co dan Van Cleef & Arpels.

“Mudah-mudahan tak terjadi apa-apa,” tutur Kathy Gohari, wakil presiden Rodeo Drive Committee, asosiasi pedagang, ketika dia menyaksikan para pekerja memaku papan kayu untuk melindungi etalase mewah.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More