AS Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua Minuteman III Seharga Rp102,6 Miliar
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 13:02 WIB
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III tanpa hulu ledak dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California, dalam serangkaian tes terbaru. Misil yang mampu membawa hulu ledak nuklir ini seharga USD7 juta (lebih dari Rp102,6 miliar) per unitnya.
ICBM Minuteman III yang dilengkapi dengan kendaraan reentry, diluncurkan pada pukul 00.27 pada tanggal 29 Oktober. Demikian pernyataan Angkatan Udara Amerika dalam rilis persnya. (Baca: Pompeo: AS Dukung Kedaulatan Indonesia di Laut Natuna! )
Para pejabat Angkatan Udara Amerika menekankan bahwa tes tersebut direncanakan dengan baik sebelumnya dan bukan merupakan reaksi terhadap kejadian atau isu terkini.
Kendaraan reentry ICBM menempuh perjalanan 4.200 mil ke Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall, dengan kecepatan 15.000 mph.
"Kalender peluncuran dibuat tiga hingga lima tahun sebelumnya, dan perencanaan untuk setiap peluncuran dimulai enam bulan hingga satu tahun sebelum peluncuran," kata Angkatan Udara AS dalam rilis persnya, Jumat (30/10/2020). (Baca: AS-Jepang Latihan Perang Besar-besaran, Unjuk Kekuatan pada China )
"Peluncuran uji coba bukanlah respons atau reaksi terhadap peristiwa dunia atau ketegangan regional," lanjut Angkatan Udara AS.
Seorang pejabat Angkatan Udara mengatakan yang uji tembak misil ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa penangkal nuklir AS bekerja dengan cara yang aman, terjamin, andal, dan efektif untuk mencegah ancaman modern dan meyakinkan sekutu.
"Seperti peluncuran uji coba sebelumnya, ini menunjukkan komitmen Angkatan Udara terhadap negara sambil memastikan penangkal nuklir Amerika Serikat aman, terjamin, dan efektif untuk mencegah musuh kita sambil meyakinkan sekutu dan mitra kita," kata Kepala Staf Angkatan Udara, Jenderal Charles Q. Brown, Jr., dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: Ketegangan Meningkat, Jet Tempur J-20 China Latihan Dogfight )
"Kita harus terus berinvestasi dalam pencegah yang layak ini, dan penerbang yang mendukung misi ini, sebagai bagian dari kaki triad nuklir kita yang paling responsif."
Sebuah video yang dirilis oleh Angkatan Udara menunjukkan peluncuran rudal dari silo setelah penutupnya meluncur ke belakang. Asap terlihat keluar dari lubang di tanah sebelum kilatan cahaya terlihat seperti ledakan rudal keluar dari silo dan ke udara di atas pangkalan.
Sudut kamera lain—jauh di belakang lokasi peluncuran—menunjukkan misil saat didorong ke atas, meninggalkan jejak api di langit malam.
Menurut Airforce Times, peluncuran uji coba tersebut digunakan untuk memverifikasi keakuratan dan keandalan sistem senjata ICBM dan memberikan data yang berharga.
"Kami memiliki jadwal peluncuran uji coba yang sibuk beberapa bulan terakhir, dan tim kami telah bekerja sangat keras untuk berhasil melaksanakan setiap misi," kata Kolonel Omar Colbert, Komandan Skuadron Uji Penerbangan ke-576, dalam sebuah pernyataan.
"Peluncuran hari ini mengirimkan pesan pencegahan yang terlihat ke dunia, dan saya tidak bisa lebih bangga dengan dedikasi dan profesionalisme tim kami."
Rudal itu sendiri berasal dari Sayap Misil ke-91, dengan peluncuran yang didukung oleh personel pria dan wanita dari ketiga sayap rudal Komando Serangan Global Angkatan Udara (AFGSC) serta Skuadron Tes Penerbangan ke-576.
Minuteman III merupakan ICBM berbasis darat Amerika Serikat dari triad nuklir negara, bersama dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) Trident dan senjata nuklir yang dibawa oleh pembom strategis jarak jauh.
Pengembangan misil dimulai pada 1950-an, dan dinamai menurut nama pejabat kolonial dari Perang Revolusi Amerika, yang siap bertempur dalam waktu singkat.
Minuteman mulai beroperasi pada tahun 1962 sebagai senjata pencegahan yang dapat menghantam kota-kota Soviet, di mana Minuteman II memasuki layanan pada tahun 1965 dengan sejumlah peningkatan keakuratan dan kemampuan bertahan hidup dalam menghadapi sistem rudal anti-balistik (AMB).
ICBM Minuteman III yang dilengkapi dengan kendaraan reentry, diluncurkan pada pukul 00.27 pada tanggal 29 Oktober. Demikian pernyataan Angkatan Udara Amerika dalam rilis persnya. (Baca: Pompeo: AS Dukung Kedaulatan Indonesia di Laut Natuna! )
Para pejabat Angkatan Udara Amerika menekankan bahwa tes tersebut direncanakan dengan baik sebelumnya dan bukan merupakan reaksi terhadap kejadian atau isu terkini.
Kendaraan reentry ICBM menempuh perjalanan 4.200 mil ke Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall, dengan kecepatan 15.000 mph.
"Kalender peluncuran dibuat tiga hingga lima tahun sebelumnya, dan perencanaan untuk setiap peluncuran dimulai enam bulan hingga satu tahun sebelum peluncuran," kata Angkatan Udara AS dalam rilis persnya, Jumat (30/10/2020). (Baca: AS-Jepang Latihan Perang Besar-besaran, Unjuk Kekuatan pada China )
"Peluncuran uji coba bukanlah respons atau reaksi terhadap peristiwa dunia atau ketegangan regional," lanjut Angkatan Udara AS.
Seorang pejabat Angkatan Udara mengatakan yang uji tembak misil ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa penangkal nuklir AS bekerja dengan cara yang aman, terjamin, andal, dan efektif untuk mencegah ancaman modern dan meyakinkan sekutu.
"Seperti peluncuran uji coba sebelumnya, ini menunjukkan komitmen Angkatan Udara terhadap negara sambil memastikan penangkal nuklir Amerika Serikat aman, terjamin, dan efektif untuk mencegah musuh kita sambil meyakinkan sekutu dan mitra kita," kata Kepala Staf Angkatan Udara, Jenderal Charles Q. Brown, Jr., dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: Ketegangan Meningkat, Jet Tempur J-20 China Latihan Dogfight )
"Kita harus terus berinvestasi dalam pencegah yang layak ini, dan penerbang yang mendukung misi ini, sebagai bagian dari kaki triad nuklir kita yang paling responsif."
Sebuah video yang dirilis oleh Angkatan Udara menunjukkan peluncuran rudal dari silo setelah penutupnya meluncur ke belakang. Asap terlihat keluar dari lubang di tanah sebelum kilatan cahaya terlihat seperti ledakan rudal keluar dari silo dan ke udara di atas pangkalan.
Sudut kamera lain—jauh di belakang lokasi peluncuran—menunjukkan misil saat didorong ke atas, meninggalkan jejak api di langit malam.
Menurut Airforce Times, peluncuran uji coba tersebut digunakan untuk memverifikasi keakuratan dan keandalan sistem senjata ICBM dan memberikan data yang berharga.
"Kami memiliki jadwal peluncuran uji coba yang sibuk beberapa bulan terakhir, dan tim kami telah bekerja sangat keras untuk berhasil melaksanakan setiap misi," kata Kolonel Omar Colbert, Komandan Skuadron Uji Penerbangan ke-576, dalam sebuah pernyataan.
"Peluncuran hari ini mengirimkan pesan pencegahan yang terlihat ke dunia, dan saya tidak bisa lebih bangga dengan dedikasi dan profesionalisme tim kami."
Rudal itu sendiri berasal dari Sayap Misil ke-91, dengan peluncuran yang didukung oleh personel pria dan wanita dari ketiga sayap rudal Komando Serangan Global Angkatan Udara (AFGSC) serta Skuadron Tes Penerbangan ke-576.
Minuteman III merupakan ICBM berbasis darat Amerika Serikat dari triad nuklir negara, bersama dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) Trident dan senjata nuklir yang dibawa oleh pembom strategis jarak jauh.
Pengembangan misil dimulai pada 1950-an, dan dinamai menurut nama pejabat kolonial dari Perang Revolusi Amerika, yang siap bertempur dalam waktu singkat.
Minuteman mulai beroperasi pada tahun 1962 sebagai senjata pencegahan yang dapat menghantam kota-kota Soviet, di mana Minuteman II memasuki layanan pada tahun 1965 dengan sejumlah peningkatan keakuratan dan kemampuan bertahan hidup dalam menghadapi sistem rudal anti-balistik (AMB).
(min)
tulis komentar anda