Lebih dari 130.000 Orang Mengungsi dalam Konflik Nagorno-Karabakh
Kamis, 29 Oktober 2020 - 05:05 WIB
BAKU - UNICEF menyatakan lebih dari 130.000 orang mengungsi akibat konflik antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh sejak akhir September.
Dalam pernyataannya, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak itu melaporkan 76 sekolah dan taman kanak-kanak telah rusak dan satu rumah sakit bersalin diserang dalam konflik itu.
“Tak terhitung anak yang ketakutan sebagai dampak psikologis setiap hari menghadapi serangan roket dan rudal di wilayah sipil. Bagi anak, ini mengerikan mengalami empat pekan perang dan tiga kali gencatan senjata yang tak pernah dilaksanakan,” papar pernyataan UNICEF, dilansir Anadolu.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional tapi dikontrol etnik Armenia.
Bentrokan terbaru meletus 27 September, dan sejak itu Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan. Armenia juga dituduh melanggar tiga gencatan senjata kemanusiaan sejak 10 Oktober.
Berbagai resolusi PBB menuntut penarikan segera, lengkap dan tanpa syarat seluruh pasukan pendudukan dari wilayah pendudukan. (Baca Juga: Baru Diterapkan, Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh Kembali Dilanggar)
Sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade. (Lihat Video: Kapal Pencuri Ikan Bendera Malaysia Dibakar dan Ditenggelamkan)
UNICEF menyerukan, "Penghentian permusuhan segera dan lengkap sehingga tidak ada lagi nyawa anak-anak yang hilang." (Lihat Infografis: Daftar Produk Prancis yang Berpotensi Diboikot Dunia Muslim)
Hingga saat ini belum ada titik terang kapan pertempuran akan berakhir antara kedua negara. Apalagi tiga gencatan senjata telah dilanggar.
Kedua negara menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata itu. Masing-masing juga bersikeras dengan sikapnya.
Azerbaijan bertekad merebut kembali Karabakh dan Armenia menolak mundur dari wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak itu melaporkan 76 sekolah dan taman kanak-kanak telah rusak dan satu rumah sakit bersalin diserang dalam konflik itu.
“Tak terhitung anak yang ketakutan sebagai dampak psikologis setiap hari menghadapi serangan roket dan rudal di wilayah sipil. Bagi anak, ini mengerikan mengalami empat pekan perang dan tiga kali gencatan senjata yang tak pernah dilaksanakan,” papar pernyataan UNICEF, dilansir Anadolu.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional tapi dikontrol etnik Armenia.
Bentrokan terbaru meletus 27 September, dan sejak itu Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan. Armenia juga dituduh melanggar tiga gencatan senjata kemanusiaan sejak 10 Oktober.
Berbagai resolusi PBB menuntut penarikan segera, lengkap dan tanpa syarat seluruh pasukan pendudukan dari wilayah pendudukan. (Baca Juga: Baru Diterapkan, Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh Kembali Dilanggar)
Sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade. (Lihat Video: Kapal Pencuri Ikan Bendera Malaysia Dibakar dan Ditenggelamkan)
UNICEF menyerukan, "Penghentian permusuhan segera dan lengkap sehingga tidak ada lagi nyawa anak-anak yang hilang." (Lihat Infografis: Daftar Produk Prancis yang Berpotensi Diboikot Dunia Muslim)
Hingga saat ini belum ada titik terang kapan pertempuran akan berakhir antara kedua negara. Apalagi tiga gencatan senjata telah dilanggar.
Kedua negara menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata itu. Masing-masing juga bersikeras dengan sikapnya.
Azerbaijan bertekad merebut kembali Karabakh dan Armenia menolak mundur dari wilayah tersebut.
(sya)
tulis komentar anda