Palestina Tolak Kampanye untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel
Rabu, 06 Mei 2020 - 20:58 WIB
RAMALLAH - Faksi Palestina meminta masyarakat Arab untuk memerangi kampanye yang bertujuan untuk menormalkan hubungan dengan Israel. Kampanye tersebut dinilai mengkhianati warga Palestina.
"Mereka yang berkampanye untuk normalisasi adalah sebagian kecil, yang tidak mewakili negara Arab; mereka berafiliasi dengan partai internasional seperti Amerika Serikat (AS)," kata Hani al-Thawabta dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP).
Al-Thawabta, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (6/5/2020), menggambarkan siaran acara TV yang mempromosikan normalisasi dengan Israel oleh saluran TV Arab sebagai kejahatan terhadap pikiran Arab.
Pemimpin PFLP mengacu pada serial TV Exit 7 dan Umm Haroun, yang ditayangkan oleh Pusat Penyiaran Timur Tengah (MBC) yang berbasis di Dubai, yang telah menarik kemarahan warga Palestina.
"Tanggung jawab etis, nasional, dan kemanusiaan mengharuskan semua orang yang bebas dan terhormat untuk menolak semua bentuk normalisasi," ujar al-Thawabta.
Tidak seperti Yordania dan Mesir, yang keduanya menandatangani perjanjian damai dengan Israel, masing-masing pada 1979 dan 1994, negara-negara Arab lainnya secara resmi menyangkal memiliki hubungan dengan Israel, yang, selama beberapa dekade, secara ilegal menduduki wilayah Palestina.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
"Mereka yang berkampanye untuk normalisasi adalah sebagian kecil, yang tidak mewakili negara Arab; mereka berafiliasi dengan partai internasional seperti Amerika Serikat (AS)," kata Hani al-Thawabta dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP).
Al-Thawabta, seperti dilansir Anadolu Agency pada Rabu (6/5/2020), menggambarkan siaran acara TV yang mempromosikan normalisasi dengan Israel oleh saluran TV Arab sebagai kejahatan terhadap pikiran Arab.
Pemimpin PFLP mengacu pada serial TV Exit 7 dan Umm Haroun, yang ditayangkan oleh Pusat Penyiaran Timur Tengah (MBC) yang berbasis di Dubai, yang telah menarik kemarahan warga Palestina.
"Tanggung jawab etis, nasional, dan kemanusiaan mengharuskan semua orang yang bebas dan terhormat untuk menolak semua bentuk normalisasi," ujar al-Thawabta.
Tidak seperti Yordania dan Mesir, yang keduanya menandatangani perjanjian damai dengan Israel, masing-masing pada 1979 dan 1994, negara-negara Arab lainnya secara resmi menyangkal memiliki hubungan dengan Israel, yang, selama beberapa dekade, secara ilegal menduduki wilayah Palestina.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
(esn)
tulis komentar anda