IAEA: Iran Tidak Miliki Cukup Uranium untuk Buat Bom Nuklir
Minggu, 11 Oktober 2020 - 21:20 WIB
WINA - Iran pada tahap ini tidak memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat satu bom nuklir di bawah definisi resmi Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Hal itu diungkapkan olehDirektur Jenderal IAEA, Rafael Grossi.
“Orang Iran terus memperkaya uranium dan pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang mereka janjikan. Dan jumlah ini meningkat dari bulan ke bulan,” ucap Grossi saat melakukan wawancara dengan Die Presse, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (11/10/2020).
Ditanya tentang berapa lama Iran akan perlu membangun senjata nuklir, yang disebut "time breakout", Grossi mengatakan IAEA tidak berbicara tentang hal itu. IAEA, jelasnya, melihat pada jumlah kuantitas uranium yang dimiliki. ( Lihat grafis: Iran, Turki, dan Qatar Bisa Lawan Blok Israel-Teluk )
"Di IAEA kami tidak berbicara tentang "time breakout". Kami melihat pada kuantitas yang signifikan, jumlah minimum uranium atau plutonium yang diperkaya yang dibutuhkan untuk membuat bom atom. Iran tidak memiliki jumlah yang signifikan saat ini," ungkapnya.
IAEA mendefinisikan “kuantitas signifikan” sebagai perkiraan jumlah bahan nuklir yang kemungkinan pembuatan perangkat peledak nuklirnya tidak dapat dikesampingkan. ( Baca juga: Sekjen PBB: Tiap Hari 96.000 Unit Rumah Harus Selesai Dibangun )
Laporan IAEA triwulanan terbaru tentang Iran yang dirilis bulan lalu mengatakan Teheran memiliki 2.105,4 kilogram uranium yang diperkaya, jauh di atas batas 202,8 kilogram dalam kesepakatan nuklir 2015. Tetapi, sebagian kecil dari uranium yang diperkaya sudah dimiliki Iran sebelum kesepakatan itu dibuat.
“Orang Iran terus memperkaya uranium dan pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang mereka janjikan. Dan jumlah ini meningkat dari bulan ke bulan,” ucap Grossi saat melakukan wawancara dengan Die Presse, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (11/10/2020).
Ditanya tentang berapa lama Iran akan perlu membangun senjata nuklir, yang disebut "time breakout", Grossi mengatakan IAEA tidak berbicara tentang hal itu. IAEA, jelasnya, melihat pada jumlah kuantitas uranium yang dimiliki. ( Lihat grafis: Iran, Turki, dan Qatar Bisa Lawan Blok Israel-Teluk )
"Di IAEA kami tidak berbicara tentang "time breakout". Kami melihat pada kuantitas yang signifikan, jumlah minimum uranium atau plutonium yang diperkaya yang dibutuhkan untuk membuat bom atom. Iran tidak memiliki jumlah yang signifikan saat ini," ungkapnya.
IAEA mendefinisikan “kuantitas signifikan” sebagai perkiraan jumlah bahan nuklir yang kemungkinan pembuatan perangkat peledak nuklirnya tidak dapat dikesampingkan. ( Baca juga: Sekjen PBB: Tiap Hari 96.000 Unit Rumah Harus Selesai Dibangun )
Laporan IAEA triwulanan terbaru tentang Iran yang dirilis bulan lalu mengatakan Teheran memiliki 2.105,4 kilogram uranium yang diperkaya, jauh di atas batas 202,8 kilogram dalam kesepakatan nuklir 2015. Tetapi, sebagian kecil dari uranium yang diperkaya sudah dimiliki Iran sebelum kesepakatan itu dibuat.
(esn)
tulis komentar anda