Perang Terus Berkecamuk, Armenia Merudal Kota Mingachevir Azerbaijan
Senin, 05 Oktober 2020 - 14:37 WIB
BAKU - Angkatan bersenjata Armenia melancarkan serangan rudal terhadap kota industri Azerbaijan, Mingachevir, pada Minggu malam. Serangan misil ini terjadi ketika perang kedua negara yang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh terus berkecamuk.
"Mingachevir menjadi tempat penampungan air dan pembangkit listrik utama. Ekspresi putus asa yang biadab," kecam asisten presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, di Twitter seperti dikutip Reuters, Senin (5/10/2020).
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengkonfirmasi adanya Serangan di kota Mingachevir dan Terter, dengan beberapa orang dilaporkan terluka. Sedangkan pihak Armenia membantah melakukan serangan. Armenia juga belum melaporkan adanya serangan di wilayahnya. (Baca: Perang Rudal Semakin Liar dalam Konflik Armenia vs Azerbaijan )
Sementara itu, Presiden Azerbaijan Ilhwam Aliyev menawarkan gencatan senjata kepada Armenia, namun dengan sejumlah syarat. Syarat-syarat itu antara lain Yerevan harus meminta maaf, mengakui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah Azerbaijan dan menarik mundur semua pasukan Armenia dari wilayah konflik tersebut.
"Mereka harus berkomitmen untuk menarik pasukan dari wilayah kami. Mereka harus memberi kami jadwal penarikan diri dari wilayah pendudukan," kata Aliyev.
"Perdana Menteri mereka, yang mengatakan bahwa Karabakh adalah Armenia, sekarang harus mengatakan bahwa Karabakh bukanlah Armenia. Dan setelah itu, tentu saja, kami siap untuk mengakhiri permusuhan dan memulihkan rezim gencatan senjata," lanjut dia dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: Azerbaijan: Jika Ingin Gencatan Senjata, Armenia Harus Minta Maaf )
Mengulangi klaim bahwa Azerbaijan telah merebut jumlah permukiman di Nagorno-Karabakh, Aliyev bersumpah untuk terus berjuang sampai seluruh wilayah tersebut berhasil direbut kembali.
“Kami berhasil membebaskan beberapa wilayah, beberapa desa dan hari ini kami membebaskan kota Jabrayil, yang berada di bawah pendudukan Armenia selama 27 tahun. Operasi militer kami yang sukses terus berlanjut, dan kami bertekad penuh untuk membebaskan tanah kami dan memulihkan integritas teritorial kami," paparnya.
"Mingachevir menjadi tempat penampungan air dan pembangkit listrik utama. Ekspresi putus asa yang biadab," kecam asisten presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, di Twitter seperti dikutip Reuters, Senin (5/10/2020).
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengkonfirmasi adanya Serangan di kota Mingachevir dan Terter, dengan beberapa orang dilaporkan terluka. Sedangkan pihak Armenia membantah melakukan serangan. Armenia juga belum melaporkan adanya serangan di wilayahnya. (Baca: Perang Rudal Semakin Liar dalam Konflik Armenia vs Azerbaijan )
Sementara itu, Presiden Azerbaijan Ilhwam Aliyev menawarkan gencatan senjata kepada Armenia, namun dengan sejumlah syarat. Syarat-syarat itu antara lain Yerevan harus meminta maaf, mengakui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah Azerbaijan dan menarik mundur semua pasukan Armenia dari wilayah konflik tersebut.
"Mereka harus berkomitmen untuk menarik pasukan dari wilayah kami. Mereka harus memberi kami jadwal penarikan diri dari wilayah pendudukan," kata Aliyev.
"Perdana Menteri mereka, yang mengatakan bahwa Karabakh adalah Armenia, sekarang harus mengatakan bahwa Karabakh bukanlah Armenia. Dan setelah itu, tentu saja, kami siap untuk mengakhiri permusuhan dan memulihkan rezim gencatan senjata," lanjut dia dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: Azerbaijan: Jika Ingin Gencatan Senjata, Armenia Harus Minta Maaf )
Mengulangi klaim bahwa Azerbaijan telah merebut jumlah permukiman di Nagorno-Karabakh, Aliyev bersumpah untuk terus berjuang sampai seluruh wilayah tersebut berhasil direbut kembali.
“Kami berhasil membebaskan beberapa wilayah, beberapa desa dan hari ini kami membebaskan kota Jabrayil, yang berada di bawah pendudukan Armenia selama 27 tahun. Operasi militer kami yang sukses terus berlanjut, dan kami bertekad penuh untuk membebaskan tanah kami dan memulihkan integritas teritorial kami," paparnya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda