Armenia Tangguhkan Perjanjian dengan Blok Rusia, Kecewa Tak Ditolong saat Perang
loading...
A
A
A
YEREVAN - Armenia secara de facto telah menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian keamanan utama dengan blok pimpinan Rusia. Yerevan kecewa karena tidak ditolong blok tersebut ketika perang melawan Azerbaijan.
Dalam sebuah wawancara dengan France 24, Perdana Menteri (PM) Aremnia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa negaranya semakin tidak puas dengan blok bernama Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) tersebut.
Blok itu didirikan pada 2002 atau beberapa tahun setelah runtuhnya Uni Soviet. CSTO beranggotakan Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, dan Tajikistan—dengan Moskow sebagai pemimpin blok tersebut.
“Kami yakin, dalam kasus Armenia, perjanjian tersebut belum dilaksanakan, terutama pada tahun 2021-2022, dan hal ini tidak boleh luput dari perhatian,” kata Pashiyan, seperti dikutip dari RT, Jumat (23/2/2024).
“Kami telah menangguhkan partisipasi kami dalam perjanjian ini. Kita lihat saja apa yang terjadi selanjutnya," lanjut dia.
Armenia pernah berperang dengan Azerbaijan beberapa kali terkait sengketa wilayah Nagorno-Karabakh yang sebelumnya dikuasai separatis pro-Armenia.
Perang Nagorno-Karabakh Pertama pecah pada 1988 hingga 1994. Armenia terlihat perang dengan mendukung separatis dalam melawan pasukan Azerbaijan. Perang berakhir dengan gencatan senjata dan wilayah itu dikuasai separatis pro-Armenia.
Perang Nagorno-Karabakh Kedua pecah pada 2020-2022 dan berlanjut pada 2023. Pada perang kali ini, Azerbaijan sukses meraih kemenangan dan merebut wilayah itu dari separatis pro-Armenia.
Pada perang terakhir, Armenia mengeluh pada blok CSTO karena tidak dibantu. Terlebih, Rusia sebagai pemimpin blok sedang sibuk dengan perangnya melawan Ukraina.
Armenia mulai menolak menghadiri acara CSTO dan latihan militer tertentu tahun lalu.
Namun, Pashinyan pernah mengatakan bahwa Yerevan tidak memiliki rencana untuk secara resmi memutuskan hubungan dengan blok CSTO.
Dia mendesak blok tersebut dan pemimpinnya; Rusia, untuk mendukung Armenia selama konfliknya dengan Azerbaijan dan mengutuk apa yang dia sebut “agresi” Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
Dalam sebuah wawancara dengan France 24, Perdana Menteri (PM) Aremnia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa negaranya semakin tidak puas dengan blok bernama Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) tersebut.
Blok itu didirikan pada 2002 atau beberapa tahun setelah runtuhnya Uni Soviet. CSTO beranggotakan Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, dan Tajikistan—dengan Moskow sebagai pemimpin blok tersebut.
“Kami yakin, dalam kasus Armenia, perjanjian tersebut belum dilaksanakan, terutama pada tahun 2021-2022, dan hal ini tidak boleh luput dari perhatian,” kata Pashiyan, seperti dikutip dari RT, Jumat (23/2/2024).
“Kami telah menangguhkan partisipasi kami dalam perjanjian ini. Kita lihat saja apa yang terjadi selanjutnya," lanjut dia.
Armenia pernah berperang dengan Azerbaijan beberapa kali terkait sengketa wilayah Nagorno-Karabakh yang sebelumnya dikuasai separatis pro-Armenia.
Perang Nagorno-Karabakh Pertama pecah pada 1988 hingga 1994. Armenia terlihat perang dengan mendukung separatis dalam melawan pasukan Azerbaijan. Perang berakhir dengan gencatan senjata dan wilayah itu dikuasai separatis pro-Armenia.
Perang Nagorno-Karabakh Kedua pecah pada 2020-2022 dan berlanjut pada 2023. Pada perang kali ini, Azerbaijan sukses meraih kemenangan dan merebut wilayah itu dari separatis pro-Armenia.
Pada perang terakhir, Armenia mengeluh pada blok CSTO karena tidak dibantu. Terlebih, Rusia sebagai pemimpin blok sedang sibuk dengan perangnya melawan Ukraina.
Armenia mulai menolak menghadiri acara CSTO dan latihan militer tertentu tahun lalu.
Namun, Pashinyan pernah mengatakan bahwa Yerevan tidak memiliki rencana untuk secara resmi memutuskan hubungan dengan blok CSTO.
Dia mendesak blok tersebut dan pemimpinnya; Rusia, untuk mendukung Armenia selama konfliknya dengan Azerbaijan dan mengutuk apa yang dia sebut “agresi” Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.
(mas)