Korban Berjatuhan, Corona Hantam Ibu Kota Bisnis Ekuador 'Seperti Bom'

Rabu, 15 April 2020 - 15:12 WIB
Petugas kesehatan dengan pakaian pelindung membawa jenazah korban COVID-19 di luar Rumah Sakit Teodoro Maldonado Carbo, di Guayaquil, Ekuador, 3 April 2020. Foto/REUTERS/Vicente Gaibor del Pino
GUAYAQUIL - Ibu kota bisnis Ekuador, Guayaquil, menderita parah akibat wabah virus corona baru (COVID-19). Wali kota setempat, Cynthia Viteri, mengibaratkan wabah itu menghantam "seperti bom", di mana korban jiwa berjatuhan.

Wabah virus corona baru tercatat sebagai krisis terburuk di zaman modern yang pernah dialami kota pelabuhan berpenduduk hampir 3 juta orang tersebut.

"Tidak ada ruang bagi yang hidup atau yang mati. Itulah seberapa parah pandemi di Guayaquil," kata Viteri kepada AFP dalam wawancara telepon.



Kamar mayat, rumah duka dan layanan rumah sakit kewalahan di Guayaquil kewalahan. Viteri mengatakan jumlah kematian yang sebenarnya akibat wabah tersebut kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka resmi nasional 369 jiwa.

Wali kota berusia 54 tahun itu mengakui kotanya tidak siap menghadapi pandemi COVID-19.

"Tidak ada yang percaya bahwa apa yang kami lihat di Wuhan, orang-orang yang mati di jalan, akan terjadi di sini," katanya.

Sekarang pihak berwenang memperkirakan korban tewas akan mencapai lebih dari 3.500 di kota dan pedalaman dalam beberapa bulan mendatang.

Viteri mengatakan Guayaquil terbukti sangat rentan terhadap wabah COVID-19 karena lalu lintas udara ke Eropa.

Kasus infeksi pertama atau "pasien nol" di Ekuador adalah seorang wanita tua Ekuador yang datang dari Spanyol.

"Di sinilah bom meledak, di sinilah pasien nol tiba, dan karena itu adalah waktu liburan, orang-orang bepergian ke luar negeri, beberapa ke Eropa atau Amerika Serikat, dan orang-orang kami yang tinggal di Eropa datang ke sini," kata Viteri.

"Dan ketika mereka tiba, tidak ada kontrol seperti seharusnya jika kita tahu bahwa ini sudah datang melalui udara. Dan kota Guayaquil kejang-kejang," ujarnya.

Dia mengakui sudah terlambat untuk mengunci kota. Pihak berwenang sudah memberlakukan jam malam 15 jam dan mayat-mayat mulai menumpuk di rumah-rumah penduduk dan bahkan di jalanan karena rumah sakit sudah kewalahan.

"Sistem kesehatan jelas kewalahan, kamar mayat meluap, rumah pemakaman meluap," kata sang wali kota, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (15/4/2020).

Viteri bersikeras bahwa otoritas Guayaquil bukan "penjahat dunia". "Kami adalah korban dari virus yang datang melalui udara," katanya yang membandingkan "demam kuning" yang menghancurkan kota itu ketika datang dari Panama pada tahun 1842.

"Bom meledak di sini. Tempat-tempat lain hanya menerima gelombang kejut. Tapi kawah tetap di sini di Guayaquil," paparnya.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More