Trump Tolak Transisi Kekuasaan Berjalan Mulus
Jum'at, 25 September 2020 - 10:35 WIB
Lawrence Douglas, seorang ilmuwan hukum dan profesor di Amherst College, tidak mengakui hasil pemilu merupakan bentuk dari keyakinan kalau Trump memang terlalu jauh dari kekalahan. “Pemimpin otoriter yang memiliki kekuatan tidak akan membiarkan mereka terjadi pada kondisi di mana dia akan menalami kekalahan,” katanya dilansir The New Yorker.
Faktanya Pemerintahan AS saat ini justru telah dibajak Trump sendiri untuk melindungi dari berbagai serangan. “Sistem konstitusi kita tidak mengamankan transfer kekuasaan yang damai, tetapi hanya mendorong saja,” kata Douglas. Itu karena sistem elektoral sangat berbeda dengan sistem populer sehingga sistem khas politik AS itu rawan disalahgunakan.
Namun demikian, sistem pemilu AS sejak 1800 kerap selalu diakhiri dengan kompromi karena sesuai dengan semangat konstitusi, akal sehat, dan keyakinan yang baik. Hanya saja, hal itu tidak diakui semuanya oleh Trump. Dikhawatirkan Trump justru akan memperbesar krisis dan tetap mengklaim dirinya sebagai presiden meskipun kalah. (Baca juga: Penting Deteksi Dini dan Kenali Gejala Pikun)
Trump menegaskan dirinya berkomitmen menolak transisi kekuasaan dengan damai jika kalah pada pemilu 3 November mendatang. Dia mengaku pertarungan pemilu akan dibawa ke Mahkamah Agung. “Kita akan melihat apa yang akan terjadi,” kata Trump dilansir Reuters. Dia berulang kali meragukan legitimasi pemilu. “Tempat pemungutan suara adalah sebuah bencana,” katanya.
Alasan Trump untuk segera menunjuk pengganti hakim liberal Ruth Bader Ginsburg yang meninggal beberapa hari lalu, juga terkait dengan pemilu. “Sangat penting kalau kita memiliki sembilan hakim,” katanya. Konfirmasi Senat sebelum pemilu akan mencuri kesempatan kelompok konservatif 6 berbanding 3 di Mahkamah Agung.
Partai Demokrat memang mendorong para pemilih untuk menggunakan surat dalam memberikan pilihan selama pandemi korona. Jutaan rakyat AS, sebagian besar militer, memang biasanya memberikan suara melalui surat karena berbagai kendala.
Joe Biden, rival utama Trump, mengatakan komentar Trump tentang transisi kekuasaan merupakan hal yang tidak masuk akal. “Komentar Trump irasional,” katanya. Dia juga menyatakan, kampanye Trump dinilai dipenuhi dengan sikap dan pernyataan ketidakjujuran. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)
Bulan lalu, Hillary Clinton menyarankan Biden untuk mengalah dengan segala kondisi dalam pertarungan yang sengit. Dia mengungkapkan, Partai Republik akan memobilisasi pengacara untuk melawan hasil pemilu.
Jajak pendapat yang dilaksanakan Opinium menunjukkan tiga dari empat pemilih Demokrat juga khawatir Trump akan menolak hasil pemilu jika dia kalah. Itu akan memicu krisis konstitusional. Sedangkan tiga dari lima pemilih Trump khawatir kalau pemilu akan dicurangi. (Andika H Mustaqim)
Faktanya Pemerintahan AS saat ini justru telah dibajak Trump sendiri untuk melindungi dari berbagai serangan. “Sistem konstitusi kita tidak mengamankan transfer kekuasaan yang damai, tetapi hanya mendorong saja,” kata Douglas. Itu karena sistem elektoral sangat berbeda dengan sistem populer sehingga sistem khas politik AS itu rawan disalahgunakan.
Namun demikian, sistem pemilu AS sejak 1800 kerap selalu diakhiri dengan kompromi karena sesuai dengan semangat konstitusi, akal sehat, dan keyakinan yang baik. Hanya saja, hal itu tidak diakui semuanya oleh Trump. Dikhawatirkan Trump justru akan memperbesar krisis dan tetap mengklaim dirinya sebagai presiden meskipun kalah. (Baca juga: Penting Deteksi Dini dan Kenali Gejala Pikun)
Trump menegaskan dirinya berkomitmen menolak transisi kekuasaan dengan damai jika kalah pada pemilu 3 November mendatang. Dia mengaku pertarungan pemilu akan dibawa ke Mahkamah Agung. “Kita akan melihat apa yang akan terjadi,” kata Trump dilansir Reuters. Dia berulang kali meragukan legitimasi pemilu. “Tempat pemungutan suara adalah sebuah bencana,” katanya.
Alasan Trump untuk segera menunjuk pengganti hakim liberal Ruth Bader Ginsburg yang meninggal beberapa hari lalu, juga terkait dengan pemilu. “Sangat penting kalau kita memiliki sembilan hakim,” katanya. Konfirmasi Senat sebelum pemilu akan mencuri kesempatan kelompok konservatif 6 berbanding 3 di Mahkamah Agung.
Partai Demokrat memang mendorong para pemilih untuk menggunakan surat dalam memberikan pilihan selama pandemi korona. Jutaan rakyat AS, sebagian besar militer, memang biasanya memberikan suara melalui surat karena berbagai kendala.
Joe Biden, rival utama Trump, mengatakan komentar Trump tentang transisi kekuasaan merupakan hal yang tidak masuk akal. “Komentar Trump irasional,” katanya. Dia juga menyatakan, kampanye Trump dinilai dipenuhi dengan sikap dan pernyataan ketidakjujuran. (Lihat videonya: Warga Wuhan Mulai Beraktivitas Normal Kembali)
Bulan lalu, Hillary Clinton menyarankan Biden untuk mengalah dengan segala kondisi dalam pertarungan yang sengit. Dia mengungkapkan, Partai Republik akan memobilisasi pengacara untuk melawan hasil pemilu.
Jajak pendapat yang dilaksanakan Opinium menunjukkan tiga dari empat pemilih Demokrat juga khawatir Trump akan menolak hasil pemilu jika dia kalah. Itu akan memicu krisis konstitusional. Sedangkan tiga dari lima pemilih Trump khawatir kalau pemilu akan dicurangi. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda