Palestina Tangkapi Pendukung Eks Menteri yang Dituduh Terlibat Normalisasi Israel-UEA
Selasa, 22 September 2020 - 11:08 WIB
RAMALLAH - Pasukan keamanan Palestina menangkap lebih dari setengah lusin pendukung Mohammed Dahlan . Dia adalah mantan menteri keamanan Palestina yang dituduh terlibat normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel .
Mohammed Dahlan telah tinggal di UEA sejak diusir dari Tepi Barat yang diduduki Israel pada 2011. Dahlan sebenarnya anggota faksi Fatah, seperti halnya Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Namun, keduanya berseteru hingga berujung pada pengusirannya.
Kesepakatan negara Teluk Arab untuk membangun hubungan diplomatik dengan Israel telah membuat marah warga Palestina dan memicu spekulasi luas bahwa Dahlan memainkan peran. (Baca: Turki Nyatakan Mantan Menteri Palestina sebagai Penjahat Paling Dicari )
Kubu Dahlan telah mengkritik negara-negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel sebelum konfliknya dengan Palestina diselesaikan, meskipun Dahlan sendiri tidak secara langsung membantah keterlibatannya dalam normalisasi tersebut.
Pada hari Senin, tujuh pendukung Dahlan ditangkap oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina pimpinan Abbas. Juru bicara fraksi pro-Dahlan, Imad Mohsen, menyebut penangkapan itu bermotif politik.
Penangkapan itu dilakukan di Tepi Barat. Menurut kelompok pendukung Dahlan, mereka yang ditangkap termasuk Haytham al-Halabi dan Salim Abu Safia, di mana keduanya merupakan politisi senior. (Baca: AS Pasok Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA Imbalan Normalisasi Emirat-Israel? )
Dalam sebuah pernyataan, pasukan keamanan Palestina mengatakan mereka telah menahan Halabi dari sebuah desa dekat kota Nablus di Tepi Barat."Sebagai bagian dari kelanjutan upaya untuk menegakkan keamanan dan ketertiban," kata pasukan keamanan Palestina, seperti dikutip Reuters.
Pernyataan itu tidak menyebutkan penangkapan pendukung Dahlan lainnya. Kementerian Dalam Negeri Otoritas Palestina menolak berkomentar.
Dahlan, yang pernah jadi menteri keamanan Palestina, telah lama diangkat sebagai calon penerus Abbas. Dia telah membina hubungan dekat dengan para pemimpin UEA sejak pengasingannya. Dia bahkan menjadi penasihat keamanan untuk Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed.
Mohammed Dahlan telah tinggal di UEA sejak diusir dari Tepi Barat yang diduduki Israel pada 2011. Dahlan sebenarnya anggota faksi Fatah, seperti halnya Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Namun, keduanya berseteru hingga berujung pada pengusirannya.
Kesepakatan negara Teluk Arab untuk membangun hubungan diplomatik dengan Israel telah membuat marah warga Palestina dan memicu spekulasi luas bahwa Dahlan memainkan peran. (Baca: Turki Nyatakan Mantan Menteri Palestina sebagai Penjahat Paling Dicari )
Kubu Dahlan telah mengkritik negara-negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel sebelum konfliknya dengan Palestina diselesaikan, meskipun Dahlan sendiri tidak secara langsung membantah keterlibatannya dalam normalisasi tersebut.
Pada hari Senin, tujuh pendukung Dahlan ditangkap oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina pimpinan Abbas. Juru bicara fraksi pro-Dahlan, Imad Mohsen, menyebut penangkapan itu bermotif politik.
Penangkapan itu dilakukan di Tepi Barat. Menurut kelompok pendukung Dahlan, mereka yang ditangkap termasuk Haytham al-Halabi dan Salim Abu Safia, di mana keduanya merupakan politisi senior. (Baca: AS Pasok Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA Imbalan Normalisasi Emirat-Israel? )
Dalam sebuah pernyataan, pasukan keamanan Palestina mengatakan mereka telah menahan Halabi dari sebuah desa dekat kota Nablus di Tepi Barat."Sebagai bagian dari kelanjutan upaya untuk menegakkan keamanan dan ketertiban," kata pasukan keamanan Palestina, seperti dikutip Reuters.
Pernyataan itu tidak menyebutkan penangkapan pendukung Dahlan lainnya. Kementerian Dalam Negeri Otoritas Palestina menolak berkomentar.
Dahlan, yang pernah jadi menteri keamanan Palestina, telah lama diangkat sebagai calon penerus Abbas. Dia telah membina hubungan dekat dengan para pemimpin UEA sejak pengasingannya. Dia bahkan menjadi penasihat keamanan untuk Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed.
tulis komentar anda