Debat Perdana Biden-Trump, Bagaimana Persiapan Kedua Capres?
Jum'at, 18 September 2020 - 11:15 WIB
WASHINGTON - Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dan Donald Trump dari Partai Republik telah mempersiapkan diri menjelang debat pertama yang akan dilaksanakan pada 29 September mendatang di Cleveland, Amerika Serikat (AS).
Manajer kampanye Joe Biden, Jen O’Malley Dillon, menegaskan mereka akan menyiapkan pemeriksaan fakta dengan apa yang dikatakan Presiden Donald Trump saat mereka berdebat. “Kita akan siap dan Biden akan siap jika ada hal aneh seperti apa yang kita lihat. Misalnya, pemeriksaan fakta tentang perubahan iklim itu memang benar. Biden akan menyiapkan segala bentuk pemeriksaan fakta terhadap ujaran yang disampaikan Trump,” kata Dillon kepada Politico. (Baca: Pejabat Publik Diminta Terbuka Apabila Terpapar Covid-19)
Hal sama juga diungkapkan Biden. Dia akan memosisikan dirinya sebagai “pemeriksa fakta” pada tahapan debat. Dia juga akan meminta Trump untuk transparan dan akuntabel terhadap berbagai kesalahan informasi serta berita bohong yang kerap diungkapkannya.
Biden berjanji akan mengalahkan Trump dalam debat nanti. “Saya berharap saya tidak akan memojokkkan Trum kecuali jika dia nyaman,” ungkap Biden. Dia juga mengungkapkan, Biden merupakan orang yang tak memiliki rasa. “Saya juga memperkirakan Trump juga akan mengatakan hal mengerikan tentang saya dan keluarga saya selama debat,” ujarnya.
Tim kampanye Trump memang kerap menyerang Hunter, putra Biden yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan China dan Ukraina. Biden juga pernah marah ketika Trump menyebut anggota Marinir yang kalah atau mengalami kecelakaan sebagai orang pengecut. Hal itu terkait Beau Biden, putra Biden yang pernah bekerja sebagai Pasukan Garda Nasional di Delaware. Beau Biden meninggal karena kanker otak pada 2015. Itu menunjukkan Biden memang siap menghadapi rundungan dari Trump. (Baca juga: Meremehkan Dosa Awal Datangnya Musibah dan Bencana)
Strategi yang dijalankan Bide juga akan fokus tentang menggambarkan kompetensi dan kebijakan Trump serta upaya menawarkan alternatif. “Banyak yang tidak nyaman dengan Trump. Dia (Trump) menjadi presiden sakit informasi secara substantif yang pernah saya ketahui,” kata Biden. Dia mengatakan, semua orang mengetahui tentang siapa sebenarnya Trump. “Saya berencana menceritakan kepada mereka siapa saya sebenarnya,” ujarnya.
Bagaimana dengan Trump ? Washington Post melaporkan, Trump tidak melakukan banyak persiapan. Dilaporkan NBC News, Trump juga tidak akan melakukan banyak rencana menjelang debat karena dia menganggap sudah berpengalaman sebagai presiden. Dia mengaku sudah menyiapkan debat sejak dia lahir. Dia juga memiliki kemampuan untuk menyerang kembali musuh dalam waktu yang nyata.
Trump juga mengabaikan persiapan debat yang dulu pernah dilakukan sekitar empat tahun lalu. Namun demikian, Trump lebih memilih diskusi informasi dengan para penasihat dan pejabat pemerintahannya.
"Itu bukan hal tradisional. Kita butuh Chris Christie yang bisa memainkan peran seperti Hillary Clinton, seperti kita lakukan empat tahun lalu," kata salah satu sekutu utama Trump. Christie merupakan mantan Gubernur New Jersey yang membantu Trump pada persiapan debat pemilu lalu. (Baca juga: Karpet Merah Terbentang untuk Kampus Asing)
Kemudian Direktur Komunikasi kampanye Trump , Tim Murtaugh, mengatakan aset terbaik Trump pada debat adalah catatan kebijakan yang sudah dilaksanakannya. "Saya pikir jika kamu bertanya kepada presiden, dia akan mengatakan dia tengah mempersiapkan untuk debat dengan memerintah negara sebagai presiden," kata Murtaugh. Dia mengatakan, cara terbaik untuk membedakan Trump dan Biden adalah tentang rekam jejaknya.
Biden Masih Unggul
Saat ini Biden memegang dua negara bagian yang menjadi kunci pada pertarungan pemilu presiden. Dalam jajak pendapat CNN yang dirilis Selasa lalu, juga menunjukkan Biden masih memimpin di dua negara bagian pada pertarungan pemilu presiden, yakni Wisconsin dan North Carolina.
Biden masih memimpin 11%, yakni 52% melawan 41% antara Biden dan Trump di Wisconsin. Biden juga memimpin 5 poin di North Carolina dengan 49% melawan 44%. Para pemilih dua negara bagian fokus pada isu virus korona dibandingkan ketidakadilan rasial, ekonomi, dan kejahatan. (Lihat videonya: Longsor 18 Meter, 5 Kios di Jagakarsa Ambruk)
Di Wisconsin, pemilih memberikan dukungan kepada Biden dibandingkan Trump dan Gubernur Tony Evers yang dinilai bertanggung jawab atas penembakan Jacob Blake di Kenosha yang memicu keprihatinan dunia. Popularitas Biden mencapai 48% di negara bagian tersebut, sedangkan Trump hanya meraih 42%.
Di North Carolina, warga bukan kulit putih memberikan dukungan kepada Biden hingga 93%. Sedangkan warga kulit putih yang memberikan dukungan bagi Trump mencapai 58%. Biden masih memimpin di kalangan perempuan, yakni 55% melawan 42%. Namun, di kalangan perempuan kulit putih, Trump unggul 55% melawan 42%. (Andika H Mustaqim)
Manajer kampanye Joe Biden, Jen O’Malley Dillon, menegaskan mereka akan menyiapkan pemeriksaan fakta dengan apa yang dikatakan Presiden Donald Trump saat mereka berdebat. “Kita akan siap dan Biden akan siap jika ada hal aneh seperti apa yang kita lihat. Misalnya, pemeriksaan fakta tentang perubahan iklim itu memang benar. Biden akan menyiapkan segala bentuk pemeriksaan fakta terhadap ujaran yang disampaikan Trump,” kata Dillon kepada Politico. (Baca: Pejabat Publik Diminta Terbuka Apabila Terpapar Covid-19)
Hal sama juga diungkapkan Biden. Dia akan memosisikan dirinya sebagai “pemeriksa fakta” pada tahapan debat. Dia juga akan meminta Trump untuk transparan dan akuntabel terhadap berbagai kesalahan informasi serta berita bohong yang kerap diungkapkannya.
Biden berjanji akan mengalahkan Trump dalam debat nanti. “Saya berharap saya tidak akan memojokkkan Trum kecuali jika dia nyaman,” ungkap Biden. Dia juga mengungkapkan, Biden merupakan orang yang tak memiliki rasa. “Saya juga memperkirakan Trump juga akan mengatakan hal mengerikan tentang saya dan keluarga saya selama debat,” ujarnya.
Tim kampanye Trump memang kerap menyerang Hunter, putra Biden yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan China dan Ukraina. Biden juga pernah marah ketika Trump menyebut anggota Marinir yang kalah atau mengalami kecelakaan sebagai orang pengecut. Hal itu terkait Beau Biden, putra Biden yang pernah bekerja sebagai Pasukan Garda Nasional di Delaware. Beau Biden meninggal karena kanker otak pada 2015. Itu menunjukkan Biden memang siap menghadapi rundungan dari Trump. (Baca juga: Meremehkan Dosa Awal Datangnya Musibah dan Bencana)
Strategi yang dijalankan Bide juga akan fokus tentang menggambarkan kompetensi dan kebijakan Trump serta upaya menawarkan alternatif. “Banyak yang tidak nyaman dengan Trump. Dia (Trump) menjadi presiden sakit informasi secara substantif yang pernah saya ketahui,” kata Biden. Dia mengatakan, semua orang mengetahui tentang siapa sebenarnya Trump. “Saya berencana menceritakan kepada mereka siapa saya sebenarnya,” ujarnya.
Bagaimana dengan Trump ? Washington Post melaporkan, Trump tidak melakukan banyak persiapan. Dilaporkan NBC News, Trump juga tidak akan melakukan banyak rencana menjelang debat karena dia menganggap sudah berpengalaman sebagai presiden. Dia mengaku sudah menyiapkan debat sejak dia lahir. Dia juga memiliki kemampuan untuk menyerang kembali musuh dalam waktu yang nyata.
Trump juga mengabaikan persiapan debat yang dulu pernah dilakukan sekitar empat tahun lalu. Namun demikian, Trump lebih memilih diskusi informasi dengan para penasihat dan pejabat pemerintahannya.
"Itu bukan hal tradisional. Kita butuh Chris Christie yang bisa memainkan peran seperti Hillary Clinton, seperti kita lakukan empat tahun lalu," kata salah satu sekutu utama Trump. Christie merupakan mantan Gubernur New Jersey yang membantu Trump pada persiapan debat pemilu lalu. (Baca juga: Karpet Merah Terbentang untuk Kampus Asing)
Kemudian Direktur Komunikasi kampanye Trump , Tim Murtaugh, mengatakan aset terbaik Trump pada debat adalah catatan kebijakan yang sudah dilaksanakannya. "Saya pikir jika kamu bertanya kepada presiden, dia akan mengatakan dia tengah mempersiapkan untuk debat dengan memerintah negara sebagai presiden," kata Murtaugh. Dia mengatakan, cara terbaik untuk membedakan Trump dan Biden adalah tentang rekam jejaknya.
Biden Masih Unggul
Saat ini Biden memegang dua negara bagian yang menjadi kunci pada pertarungan pemilu presiden. Dalam jajak pendapat CNN yang dirilis Selasa lalu, juga menunjukkan Biden masih memimpin di dua negara bagian pada pertarungan pemilu presiden, yakni Wisconsin dan North Carolina.
Biden masih memimpin 11%, yakni 52% melawan 41% antara Biden dan Trump di Wisconsin. Biden juga memimpin 5 poin di North Carolina dengan 49% melawan 44%. Para pemilih dua negara bagian fokus pada isu virus korona dibandingkan ketidakadilan rasial, ekonomi, dan kejahatan. (Lihat videonya: Longsor 18 Meter, 5 Kios di Jagakarsa Ambruk)
Di Wisconsin, pemilih memberikan dukungan kepada Biden dibandingkan Trump dan Gubernur Tony Evers yang dinilai bertanggung jawab atas penembakan Jacob Blake di Kenosha yang memicu keprihatinan dunia. Popularitas Biden mencapai 48% di negara bagian tersebut, sedangkan Trump hanya meraih 42%.
Di North Carolina, warga bukan kulit putih memberikan dukungan kepada Biden hingga 93%. Sedangkan warga kulit putih yang memberikan dukungan bagi Trump mencapai 58%. Biden masih memimpin di kalangan perempuan, yakni 55% melawan 42%. Namun, di kalangan perempuan kulit putih, Trump unggul 55% melawan 42%. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda