Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar
Senin, 07 September 2020 - 16:28 WIB
WASHINGTON - Drone penyerang baru, jet tempur siluman generasi ke-5, pesawat kargo yang dikonfigurasi ulang, dan sistem pertahanan rudal buatan Rusia membuat Angkatan Udara China semakin mematikan. Pentagon, dalam laporannya, mengategorikan Angkatan Udara Beijing sebagai ancaman besar.
Laporan Pentagon berjudul " Military and Security Developments Involving the People’s Republic of China 2020 " menguraikan ukuran Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) mencakup total 2.500 pesawat, yang menjadikannya yang terbesar ketiga di dunia.
"PLAAF dengan cepat mengejar Angkatan Udara Barat di berbagai kemampuan dan kompetensi," bunyi laporan Pentagon, merujuk pada total 2.500 pesawat dan sekitar 2.000 pesawat tempur Angkatan Udara China, yang dikutip dari situs resmi Pentagon, Senin (7/9/2020). (Baca: China Sudah Ungguli AS dalam Jumlah AL, Rudal Darat dan Sistem Rudal Udara )
Dalam penilaiannya, Pentagon mencermati upaya China untuk memperluas pengaruh militernya di seluruh Asia Timur dan dunia dengan bantuan Angkatan Laut-nya, yang menurut laporan itu sekarang adalah yang terbesar di dunia. Beijing memiliki 350 kapal permukaan dan kapal selam, termasuk lebih dari 130 kombatan permukaan utama.
Laporan itu juga menggambarkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai kekuatan darat terbesar di dunia, yang terus bertransisi menjadi kekuatan darat yang modern, mobile, dan mematikan.
Menurut dokumen tersebut, pada tahun 2019 PLA menerjunkan sistem tempur dan peralatan komunikasi yang di-upgrade dan meningkatkan kemampuannya untuk melakukan dan mengelola operasi gabungan serta senjata gabungan yang kompleks. (Baca: Pentagon: Hulu Ledak Nuklir Akan Bertambah Dua Kali Lipat )
Mengacu pada laporan Pentagon "Military and Security DevelopmentsInvolving the People’s Republic of China 2020", Kris Osborn, editor pertahanan di majalah The National Interest, mencatat dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Fox News pada hari Minggu bahwa AS tidak hanya peduli tentang ukuran PLAAF tetapi juga peningkatan teknis kecanggihan dan taktik multi-misi yang digunakannya.
Sebagai bagian dari pembahasannya tentang kekuatan udara China, laporan itu menyinggung militer Beijing yang mengoperasikan sistem pertahanan udara S-400 canggih buatan Rusia.
Komentar itu muncul setelah Presiden China Xi Jinping menekankan pentingnya mengembangkan kendaraan udara tak berawak sebagai bagian dari PLAAF, yang kata dia, Beijing sudah memiliki pesawat canggih dan senjata pertahanan udara.
"Drone sangat mengubah skenario perang. Hal ini diperlukan untuk memperkuat penelitian, pendidikan, dan pelatihan tempur drone, dan mempercepat pelatihan pilot dan komandan drone," kata Xi kepada para mahasiswa di Universitas Penerbangan Angkatan Udara PLA di Changchun, Provinsi Jilin. (Baca juga: Mencuit Ponakan Prabowo Berpaha Mulus, Politikus Gerindra Minta AHY Tegur Kader Demokrat )
Badan Intelijen Pertahanan AS pernah merilis laporan tahunannya tentang kekuatan militer China pada 2019, yang mengungkapkan bahwa PLAAF sedang mengembangkan pesawat pembom siluman jarak menengah dan jarak jauh baru yang mampu menyerang target regional dan global.
Dokumen tersebut menambahkan bahwa upaya berkelanjutan Beijing untuk memodernisasi Angkatan Laut-nya menutup kesenjangan dengan Angkatan Udara Barat di berbagai spektrum kemampuan, seperti kinerja pesawat, dan peperangan elektronik.
Laporan Pentagon berjudul " Military and Security Developments Involving the People’s Republic of China 2020 " menguraikan ukuran Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) mencakup total 2.500 pesawat, yang menjadikannya yang terbesar ketiga di dunia.
"PLAAF dengan cepat mengejar Angkatan Udara Barat di berbagai kemampuan dan kompetensi," bunyi laporan Pentagon, merujuk pada total 2.500 pesawat dan sekitar 2.000 pesawat tempur Angkatan Udara China, yang dikutip dari situs resmi Pentagon, Senin (7/9/2020). (Baca: China Sudah Ungguli AS dalam Jumlah AL, Rudal Darat dan Sistem Rudal Udara )
Dalam penilaiannya, Pentagon mencermati upaya China untuk memperluas pengaruh militernya di seluruh Asia Timur dan dunia dengan bantuan Angkatan Laut-nya, yang menurut laporan itu sekarang adalah yang terbesar di dunia. Beijing memiliki 350 kapal permukaan dan kapal selam, termasuk lebih dari 130 kombatan permukaan utama.
Laporan itu juga menggambarkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai kekuatan darat terbesar di dunia, yang terus bertransisi menjadi kekuatan darat yang modern, mobile, dan mematikan.
Menurut dokumen tersebut, pada tahun 2019 PLA menerjunkan sistem tempur dan peralatan komunikasi yang di-upgrade dan meningkatkan kemampuannya untuk melakukan dan mengelola operasi gabungan serta senjata gabungan yang kompleks. (Baca: Pentagon: Hulu Ledak Nuklir Akan Bertambah Dua Kali Lipat )
Mengacu pada laporan Pentagon "Military and Security DevelopmentsInvolving the People’s Republic of China 2020", Kris Osborn, editor pertahanan di majalah The National Interest, mencatat dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Fox News pada hari Minggu bahwa AS tidak hanya peduli tentang ukuran PLAAF tetapi juga peningkatan teknis kecanggihan dan taktik multi-misi yang digunakannya.
Sebagai bagian dari pembahasannya tentang kekuatan udara China, laporan itu menyinggung militer Beijing yang mengoperasikan sistem pertahanan udara S-400 canggih buatan Rusia.
Komentar itu muncul setelah Presiden China Xi Jinping menekankan pentingnya mengembangkan kendaraan udara tak berawak sebagai bagian dari PLAAF, yang kata dia, Beijing sudah memiliki pesawat canggih dan senjata pertahanan udara.
"Drone sangat mengubah skenario perang. Hal ini diperlukan untuk memperkuat penelitian, pendidikan, dan pelatihan tempur drone, dan mempercepat pelatihan pilot dan komandan drone," kata Xi kepada para mahasiswa di Universitas Penerbangan Angkatan Udara PLA di Changchun, Provinsi Jilin. (Baca juga: Mencuit Ponakan Prabowo Berpaha Mulus, Politikus Gerindra Minta AHY Tegur Kader Demokrat )
Badan Intelijen Pertahanan AS pernah merilis laporan tahunannya tentang kekuatan militer China pada 2019, yang mengungkapkan bahwa PLAAF sedang mengembangkan pesawat pembom siluman jarak menengah dan jarak jauh baru yang mampu menyerang target regional dan global.
Dokumen tersebut menambahkan bahwa upaya berkelanjutan Beijing untuk memodernisasi Angkatan Laut-nya menutup kesenjangan dengan Angkatan Udara Barat di berbagai spektrum kemampuan, seperti kinerja pesawat, dan peperangan elektronik.
(min)
tulis komentar anda