Siapa Jenderal Igor Kirillov? Pemimpin Pasukan Nuklir Rusia yang Tewas dalam Bom Skuter
Rabu, 18 Desember 2024 - 21:25 WIB
MOSKOW - Warga di sebuah gedung apartemen di Ryazanky Prospekt di Moskow mendengar ledakan pada Selasa pagi dan melihat dua mayat tergeletak di tanah ketika mereka melihat ke luar jendela.
Komite Investigasi Rusia kemudian mengonfirmasi bahwa korban adalah Jenderal Senior Igor Kirillov dan asistennya, Ilya Polikarpov.
Penyidik mengatakan sebuah bom ditanam di skuter listrik yang ditempatkan di sebelah pintu masuk gedung apartemen. Bom itu meledak ketika dua orang meninggalkan gedung. Kirillov disebut-sebut diawasi melalui kamera yang dipasang di kendaraan sewaan di dekat rumahnya sesaat sebelum pembunuhannya.
Komite Investigasi membuka kasus pidana yang menyelidiki tuduhan terorisme, pembunuhan, dan perdagangan senjata ilegal. Beberapa media mengatakan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) berada di balik serangan itu, mengutip sumber anonim, meskipun penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, membantah tuduhan yang mengaitkan Kyiv dengan ledakan itu pada hari Selasa.
Badan intelijen Rusia, FSB, mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah menahan seorang tersangka dalam pembunuhan itu. FSB tidak mengungkapkan nama tersangka tetapi mengatakan bahwa ia adalah warga negara Uzbekistan yang lahir pada tahun 1995 yang direkrut oleh SBU.
Pada hari Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Kirillov "telah menghabiskan waktu bertahun-tahun secara sistematis mengungkap kejahatan Anglo-Saxon." Perwakilan Duma Negara Yevgeni Revenko mengatakan, "Rezim Kyiv … menunjukkan sifat kriminalnya."
Ledakan hari Selasa terjadi sehari setelah Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mendakwa Kirillov secara in absentia atas perintah penggunaan senjata kimia terhadap Angkatan Bersenjata Ukraina.
Pada saat itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menuduh rezim Presiden Bashar Assad saat itu melakukan serangan tersebut dan menyerang beberapa target pemerintah di Suriah sebagai tanggapan. Pada jumpa pers yang diselenggarakan oleh Rusia dan Suriah di Den Haag, Kirillov mengklaim serangan kimia tersebut telah dipentaskan.
Komite Investigasi Rusia kemudian mengonfirmasi bahwa korban adalah Jenderal Senior Igor Kirillov dan asistennya, Ilya Polikarpov.
Penyidik mengatakan sebuah bom ditanam di skuter listrik yang ditempatkan di sebelah pintu masuk gedung apartemen. Bom itu meledak ketika dua orang meninggalkan gedung. Kirillov disebut-sebut diawasi melalui kamera yang dipasang di kendaraan sewaan di dekat rumahnya sesaat sebelum pembunuhannya.
Komite Investigasi membuka kasus pidana yang menyelidiki tuduhan terorisme, pembunuhan, dan perdagangan senjata ilegal. Beberapa media mengatakan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) berada di balik serangan itu, mengutip sumber anonim, meskipun penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, membantah tuduhan yang mengaitkan Kyiv dengan ledakan itu pada hari Selasa.
Badan intelijen Rusia, FSB, mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka telah menahan seorang tersangka dalam pembunuhan itu. FSB tidak mengungkapkan nama tersangka tetapi mengatakan bahwa ia adalah warga negara Uzbekistan yang lahir pada tahun 1995 yang direkrut oleh SBU.
Pada hari Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Kirillov "telah menghabiskan waktu bertahun-tahun secara sistematis mengungkap kejahatan Anglo-Saxon." Perwakilan Duma Negara Yevgeni Revenko mengatakan, "Rezim Kyiv … menunjukkan sifat kriminalnya."
Ledakan hari Selasa terjadi sehari setelah Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mendakwa Kirillov secara in absentia atas perintah penggunaan senjata kimia terhadap Angkatan Bersenjata Ukraina.
Siapa Jenderal Igor Kirillov? Pemimpin Pasukan Nuklir Rusia yang Tewas dalam Bom Skuter
1. Komandan Pasukan Perlindungan Nuklir
Melansir DW, karier publik Kirillov dimulai pada tahun 2017 ketika ia diangkat menjadi komandan pasukan perlindungan nuklir, biologi, dan kimia Rusia. Kemudian pada tahun itu, Kirillov menjadi juru bicara pemerintah Rusia terkait serangan kimia yang menewaskan puluhan orang di kota Douma, Suriah, pada bulan April 2017.Pada saat itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menuduh rezim Presiden Bashar Assad saat itu melakukan serangan tersebut dan menyerang beberapa target pemerintah di Suriah sebagai tanggapan. Pada jumpa pers yang diselenggarakan oleh Rusia dan Suriah di Den Haag, Kirillov mengklaim serangan kimia tersebut telah dipentaskan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda