Lembaga Ilmiah Paling Bergengsi di Inggris Sebut Israel Melakukan Genosida
Minggu, 01 Desember 2024 - 01:10 WIB
LONDON - Oxford Union telah memutuskan bahwa rezim “apartheid” Israel “bertanggung jawab atas genosida” warga Palestina di Jalur Gaza.
Rezim Israel melancarkan perang terhadap warga Gaza pada 7 Oktober 2023, menyusul operasi balasan oleh warga Palestina.
Sejak saat itu, rezim tersebut telah menewaskan sedikitnya 44.363 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 105.070 lainnya, yang memaksa hampir seluruh penduduk wilayah Palestina meninggalkan rumah mereka.
Perkumpulan mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1823 di Oxford, Inggris, memberikan suara untuk usulan tersebut setelah perdebatan sengit antara pembicara dari kelompok pro-Palestina dan pendukung Israel.
Oxford Union mengadakan perdebatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Kamis malam mengenai usulan tersebut: "Dewan ini meyakini Israel adalah negara apartheid yang bertanggung jawab atas genosida." Usulan tersebut disetujui dengan suara mayoritas 278 berbanding 59.
Seorang pembicara pro-Israel, Yoseph Haddad, bahkan disuruh meninggalkan ruang sidang karena kurang sopan setelah menyebut hadirin sebagai "pendukung teroris" ketika ia dicemooh selama pidatonya.
Para pembicara yang mendukung usulan tersebut termasuk Presiden Serikat Ebrahim Osman Mowafy, aktivis dan penulis Israel-Amerika Miko Peled, penyair Palestina Mohammed El-Kurd, dan penulis terkemuka Susan Abulhawa.
Peled menggambarkan operasi 7 Oktober itu sebagai "heroik". Menurut surat kabar mahasiswa Universitas Oxford, Cherwell, ia menggambarkan Operasi Banjir Al-Aqsa sebagai "tindakan kepahlawanan dari orang-orang yang tertindas."
Rezim Israel melancarkan perang terhadap warga Gaza pada 7 Oktober 2023, menyusul operasi balasan oleh warga Palestina.
Sejak saat itu, rezim tersebut telah menewaskan sedikitnya 44.363 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 105.070 lainnya, yang memaksa hampir seluruh penduduk wilayah Palestina meninggalkan rumah mereka.
Perkumpulan mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1823 di Oxford, Inggris, memberikan suara untuk usulan tersebut setelah perdebatan sengit antara pembicara dari kelompok pro-Palestina dan pendukung Israel.
Oxford Union mengadakan perdebatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Kamis malam mengenai usulan tersebut: "Dewan ini meyakini Israel adalah negara apartheid yang bertanggung jawab atas genosida." Usulan tersebut disetujui dengan suara mayoritas 278 berbanding 59.
Baca Juga
Seorang pembicara pro-Israel, Yoseph Haddad, bahkan disuruh meninggalkan ruang sidang karena kurang sopan setelah menyebut hadirin sebagai "pendukung teroris" ketika ia dicemooh selama pidatonya.
Para pembicara yang mendukung usulan tersebut termasuk Presiden Serikat Ebrahim Osman Mowafy, aktivis dan penulis Israel-Amerika Miko Peled, penyair Palestina Mohammed El-Kurd, dan penulis terkemuka Susan Abulhawa.
Peled menggambarkan operasi 7 Oktober itu sebagai "heroik". Menurut surat kabar mahasiswa Universitas Oxford, Cherwell, ia menggambarkan Operasi Banjir Al-Aqsa sebagai "tindakan kepahlawanan dari orang-orang yang tertindas."
Lihat Juga :
tulis komentar anda