Mengapa Kolombia Lebih Arab daripada Negara-negara Timur Tengah?

Kamis, 28 November 2024 - 17:30 WIB
Kolombia dikenal lebih Arab dibandingkan negara-negara Timur Tengah. Foto/X/@PAME_Greece
GAZA - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada bulan Agustus bahwa negaranya telah secara resmi melarang ekspor batu bara ke Israel. "Batu bara Kolombia," katanya, "digunakan untuk membuat bom untuk membunuh anak-anak Palestina."

Sementara itu, Mesir masih berbagi perdagangan gas alamnya dengan negara Zionis itu; Yordania mengekspor sayur-sayuran dan buah-buahan ke sana; dan Turki mengirim kapalnya ke entitas Zionis dan kemudian mengecam Houthi karena menargetkan mereka di Laut Merah dan Teluk Aden.

Yang terakhir adalah bagian dari posisi mulia Yaman untuk memblokir kapal yang mengangkut barang ke negara pendudukan yang mencegah masuknya air, makanan, bahan bakar, dan obat-obatan ke warga Palestina di Gaza.

Mengapa Kolombia Lebih Arab daripada Negara-negara Timur Tengah?

1. Memiliki Pandangan dan Kontras dengan Negara Arab

Kolombia berada di Amerika Selatan, namun telah menjadi bagian dari upaya untuk mengadili entitas Zionis dan pejabatnya atas kejahatan mereka di Gaza di hadapan badan-badan internasional sejak hari pertama, termasuk di Mahkamah Internasional, Mahkamah Pidana Internasional, dan PBB.



"Kolombia berpandangan dan bertindak seperti orang Arab di saat orang Arab, atau sebagian besar dari mereka, telah melepaskan dan menyangkal Arabisme mereka, dan menjadi Zionis dan terzioniskan," kata Wael Qandil, analis politik Timur Tengah, dilansir Middle East Monitor.

2. Berani Memutuskan Hubungan Diplomatik

Pemerintah di Bogota memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi orang Arab tidak melakukannya.

"Kolombia mendeklarasikan persaudaraannya dengan Palestina ketika orang Arab meninggalkannya," tutur Qandil.

3. Bukan Politik Berpura-pura

Kolombia mengenakan jubah kesatria, keberanian, dan kehormatan Arab ketika orang Arab menanggalkannya. Kolombia tidak melakukan ini untuk berpura-pura, untuk meniru peran, atau karena dendam terhadap Washington dan Tel Aviv.

"Sebaliknya, Kolombia melakukannya karena keyakinannya pada keadilan perjuangan rakyat Palestina, kesadarannya akan esensi konflik, dan pengetahuannya tentang sejarah yang sebenarnya, bukan narasi palsu," jelas Qandil.

4. Menjadikan Arab Bagian dari Kolombia

Dalam sebuah wawancara di Al Jazeera Sabtu lalu, presiden Kolombia berbicara tentang orang Arab dan Arabisme seolah-olah dia adalah Ibn Khaldun, Abd al-Rahman Al-Kawakibi atau Gamal Hamdan.

Dia mengatakan bahwa Arabisme telah menjadi komponen integral dari susunan rakyat Kolombia sejak penjajah Spanyol datang ke negara mereka pada akhir abad ke-15, dengan jatuhnya Granada dan berakhirnya kekuasaan Arab di Andalusia.



5. Mengingat Jasa Raja Arab Melawan Penjajah Spanyol

Para penjajah memaksa orang Arab untuk mendaftar dalam kampanye kolonial melawan negara-negara Amerika Latin, dan darah Arab bercampur dengan darah rakyat Kolombia hingga abad ke-19. Ia menambahkan bahwa ketika orang-orang Spanyol pergi ke benua Amerika pada tahun 1492, tahun terakhir Khilafah di Granada, orang-orang Arab ikut bersama mereka, dan kaum Muslim dipaksa pindah agama menjadi Kristen pada saat itu.

"Petro mencatat bahwa orang-orang Spanyol kulit putih, sebagaimana mereka dikenal pada saat itu, membawa mereka ke negerinya dengan kapal-kapal mereka dan memaksa mereka untuk bertugas di angkatan darat dan laut karena pengetahuan dan keahlian navigasi mereka," tuturnya.

Presiden Kolombia itu juga mengatakan bahwa banyak penambang di negaranya juga orang Arab, dan ditemukan di pesisirnya, di antara tanah-tanah pertama yang "ditemukan" oleh para Penakluk. Ia mencatat bahwa ini berarti mereka adalah putra-putra Karibia, memiliki darah Arab serta darah Afrika, Indian Asli, dan Eropa.

Petro mengatakan bahwa ia percaya bahwa di antara para pendiri negaranya adalah orang-orang Arab, karena mereka tidak hanya orang Spanyol, atau dari satu ras, dan hubungan di antara mereka masih ada, hubungan budaya sekaligus hubungan sosial-ekonomi.

Kebanggaan akan akar Arabnya ini bukanlah satu-satunya kekuatan pendorong di balik sikap mulia Kolombia dalam membela rakyat Palestina. Motif utamanya adalah peradaban dan kemanusiaan, sikap yang mengekspresikan visi budaya dan politik yang mendalam tentang hubungan antara belahan bumi utara dan selatan.

6. Membela Palestina

Hubungan ini terwujud dalam bias dan posisi politik terhadap konflik tersebut, sebagaimana ia katakan bahwa tujuan perang pemusnahan yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza adalah untuk mencegah terbentuknya tanah air bagi warga Palestina.

“Sejak peluru pertama jatuh di Gaza,” jelas Petro, “saya melihat bahwa apa yang ingin dilakukan Israel adalah genosida terhadap warga Palestina karena alasan politik, dan itu adalah genosida yang didukung oleh Barat. Hasil perang yang telah kita capai hari ini menegaskan hal ini, dan dengan jelas menunjukkan bahwa tujuan utama perang ini adalah untuk mencegah terbentuknya tanah air bagi warga Palestina.”
(ahm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More