5 Wilayah yang Menjadi Rebutan Negeri Muslim dan Israel, Mana Saja?
Selasa, 12 November 2024 - 18:01 WIB
TEPI BARAT - Ada sejumlah wilayah yang menjadi rebutan negeri Muslim dan Israel. Beberapa di antaranya berada di luar Palestina.
Melihat ke belakang, Israel mendeklarasikan kemerdekaan sebagai negara Yahudi pada 1948. Sejak saat itu, perlahan mereka mulai memperluas pengaruh termasuk dengan mencaplok sejumlah wilayah di sekitarnya.
Wilayah-wilayah itu sebagian direbut setelah kemenangannya dalam perang melawan koalisi negara Arab. Di antaranya ada yang sudah kembali dan terdapat juga sebagian masih diperebutkan.
Wilayah yang Menjadi Rebutan Negeri Muslim dan Israel
Dataran Tinggi Golan merupakan saksi konflik Arab-Israel di masa lampau. Pada momen Perang Enam Hari, wilayah ini bahkan menjadi salah satu tempat strategis yang paling diperebutkan.
Sebagai informasi, Dataran Tinggi Golan adalah wilayah berbatu di barat daya Suriah. Lokasinya berada sekitar 60 kilometer dari barat daya Damaskus dengan luas kurang lebih 1.000 km persegi.
Awalnya, Dataran Tinggi Golan berada di wilayah Suriah. Saat Damaskus bergabung dengan koalisi negara Arab yang menentang pendirian Israel, wilayah itu dipakai sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan udara.
Namun, keadaan berubah setelah Perang Enam Hari pada 1967. Israel yang memenangkan pertempuran berhasil merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dan memegang kendali di sana.
Dampaknya, sebagian penduduk Suriah yang mendiami wilayah tersebut dipaksa mengungsi atau diusir. Tak terima, Suriah mencoba merebut kembali Golan pada Perang Yom Kippur tahun 1973, tetapi kembali gagal.
Pada perkembangannya, pemerintah Suriah sebenarnya terus berusaha mengembalikan Dataran Tinggi Golan.
Namun, usahanya masih belum menemui hasil karena Israel sendiri juga berusaha mati-matian mempertahankannya.
Peternakan Shebaa atau dikenal juga Gunung Dov merupakan sebidang tanah di perbatasan Lebanon-Suriah. Namun, keberadaannya diakui oleh Israel karena menganggapnya sebagai bagian dari Dataran Tinggi Golan.
Mengutip New Lines Magazine, wilayah itu direbut oleh Israel pada Juni 1967. Zionis menganggap tanah itu sebagai jarahan selama Perang Enam Hari.
Tak kunjung selesai, perselisihan mengenai Peternakan Shebaa ini akhirnya digunakan Hizbullah sebagai salah satu alasan untuk menyerang Israel. Tak jarang, kelompok pejuang yang berbasis di Lebanon ini terlibat baku tembak di wilayah tersebut.
Tepi Barat menjadi salah satu wilayah yang memainkan peran sentral dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Biasa disebut juga West Bank, letaknya berada di sebelah barat Sungai Jordan dengan luas sekitar 2.173 mil persegi.
Mengutip laman CIA, wilayah yang sekarang dikenal Tepi Barat ini dulunya sempat masuk dalam Kekaisaran Ottoman pada awal abad ke-16.
Setelah Perang Dunia I, Tepi Barat jatuh ke tangan Inggris dan menjadi bagian dari Mandat Inggris atas Palestina (British Mandate of Palestine).
Keadaan berubah setelah eksodus warga Yahudi selama Perang Dunia II hingga deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948.
Puncaknya, Tepi Barat dicaplok oleh Israel setelah kemenangannya dalam Perang Enam Hari tahun 1967 melawan koalisi negara Arab.
Saat ini, Tepi Barat juga berisikan permukiman ilegal Yahudi dan pos pemeriksaan tentara Israel. Kendati belum sepenuhnya, Israel tetap memiliki akses dan kontrol besar atas wilayah tersebut.
Setelah Perang Enam Hari tahun 1967 berakhir, Israel secara ilegal menduduki sejumlah wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur.
Mereka bahkan mendeklarasikan wilayah tersebut sebagai ‘ibu kota yang abadi dan tidak terbagi’.
Terlepas dari kecaman yang muncul, negara Yahudi ini justru meresmikan aneksasi bagian timur kota Yerusalem pada 1980. Sebagai dampaknya, Yerusalem Timur mulai dibanjiri oleh para pemukim Israel.
Zionis tak hanya menyita tanah pribadi milik warga Palestina di sana, tetapi juga membangun tembok pemisah yang seakan membuat kotanya terkepung.
Warga Palestina yang bertahan di Yerusalem Timur tidak diberikan status kenegaraan Israel, namun dikategorikan sebagai ‘penduduk tetap’ sebagaimana warga asing non-Yahudi yang pindah ke Israel.
Dulu, Mesir pernah bergabung dengan koalisi negara Arab untuk berperang melawan Israel. Sayangnya, Tel Aviv lebih sering menang, sehingga memperoleh banyak keuntungan.
Setelah Six-Day War 1967, Israel bahkan menguasai Semenanjung Sinai yang sebelumnya berada dalam kendali Mesir. Gagal dalam perebutan kembali Semenanjung Sinai, Kairo mencari cara lain dengan diplomasi.
Puncaknya, terjadi kesepakatan damai pada 1978 yang membuat Semenanjung Sinai kembali ke Mesir. Sebagai gantinya, Mesir memulihkan hubungan diplomatik penuh dengan Israel dan mengizinkan kapal-kapal Tel AViv untuk melewati Terusan Suez dan Selat Tiran.
Itulah sejumlah wilayah yang menjadi rebutan negeri Muslim dan Israel.
Melihat ke belakang, Israel mendeklarasikan kemerdekaan sebagai negara Yahudi pada 1948. Sejak saat itu, perlahan mereka mulai memperluas pengaruh termasuk dengan mencaplok sejumlah wilayah di sekitarnya.
Wilayah-wilayah itu sebagian direbut setelah kemenangannya dalam perang melawan koalisi negara Arab. Di antaranya ada yang sudah kembali dan terdapat juga sebagian masih diperebutkan.
Wilayah yang Menjadi Rebutan Negeri Muslim dan Israel
1. Dataran Tinggi Golan
Dataran Tinggi Golan merupakan saksi konflik Arab-Israel di masa lampau. Pada momen Perang Enam Hari, wilayah ini bahkan menjadi salah satu tempat strategis yang paling diperebutkan.
Sebagai informasi, Dataran Tinggi Golan adalah wilayah berbatu di barat daya Suriah. Lokasinya berada sekitar 60 kilometer dari barat daya Damaskus dengan luas kurang lebih 1.000 km persegi.
Awalnya, Dataran Tinggi Golan berada di wilayah Suriah. Saat Damaskus bergabung dengan koalisi negara Arab yang menentang pendirian Israel, wilayah itu dipakai sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan udara.
Namun, keadaan berubah setelah Perang Enam Hari pada 1967. Israel yang memenangkan pertempuran berhasil merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dan memegang kendali di sana.
Dampaknya, sebagian penduduk Suriah yang mendiami wilayah tersebut dipaksa mengungsi atau diusir. Tak terima, Suriah mencoba merebut kembali Golan pada Perang Yom Kippur tahun 1973, tetapi kembali gagal.
Pada perkembangannya, pemerintah Suriah sebenarnya terus berusaha mengembalikan Dataran Tinggi Golan.
Namun, usahanya masih belum menemui hasil karena Israel sendiri juga berusaha mati-matian mempertahankannya.
2. Peternakan Shebaa
Peternakan Shebaa atau dikenal juga Gunung Dov merupakan sebidang tanah di perbatasan Lebanon-Suriah. Namun, keberadaannya diakui oleh Israel karena menganggapnya sebagai bagian dari Dataran Tinggi Golan.
Mengutip New Lines Magazine, wilayah itu direbut oleh Israel pada Juni 1967. Zionis menganggap tanah itu sebagai jarahan selama Perang Enam Hari.
Tak kunjung selesai, perselisihan mengenai Peternakan Shebaa ini akhirnya digunakan Hizbullah sebagai salah satu alasan untuk menyerang Israel. Tak jarang, kelompok pejuang yang berbasis di Lebanon ini terlibat baku tembak di wilayah tersebut.
3. Tepi Barat
Tepi Barat menjadi salah satu wilayah yang memainkan peran sentral dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Biasa disebut juga West Bank, letaknya berada di sebelah barat Sungai Jordan dengan luas sekitar 2.173 mil persegi.
Mengutip laman CIA, wilayah yang sekarang dikenal Tepi Barat ini dulunya sempat masuk dalam Kekaisaran Ottoman pada awal abad ke-16.
Setelah Perang Dunia I, Tepi Barat jatuh ke tangan Inggris dan menjadi bagian dari Mandat Inggris atas Palestina (British Mandate of Palestine).
Keadaan berubah setelah eksodus warga Yahudi selama Perang Dunia II hingga deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948.
Puncaknya, Tepi Barat dicaplok oleh Israel setelah kemenangannya dalam Perang Enam Hari tahun 1967 melawan koalisi negara Arab.
Saat ini, Tepi Barat juga berisikan permukiman ilegal Yahudi dan pos pemeriksaan tentara Israel. Kendati belum sepenuhnya, Israel tetap memiliki akses dan kontrol besar atas wilayah tersebut.
4. Yerusalem Timur
Setelah Perang Enam Hari tahun 1967 berakhir, Israel secara ilegal menduduki sejumlah wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur.
Mereka bahkan mendeklarasikan wilayah tersebut sebagai ‘ibu kota yang abadi dan tidak terbagi’.
Terlepas dari kecaman yang muncul, negara Yahudi ini justru meresmikan aneksasi bagian timur kota Yerusalem pada 1980. Sebagai dampaknya, Yerusalem Timur mulai dibanjiri oleh para pemukim Israel.
Zionis tak hanya menyita tanah pribadi milik warga Palestina di sana, tetapi juga membangun tembok pemisah yang seakan membuat kotanya terkepung.
Warga Palestina yang bertahan di Yerusalem Timur tidak diberikan status kenegaraan Israel, namun dikategorikan sebagai ‘penduduk tetap’ sebagaimana warga asing non-Yahudi yang pindah ke Israel.
5. Semenanjung Sinai
Dulu, Mesir pernah bergabung dengan koalisi negara Arab untuk berperang melawan Israel. Sayangnya, Tel Aviv lebih sering menang, sehingga memperoleh banyak keuntungan.
Setelah Six-Day War 1967, Israel bahkan menguasai Semenanjung Sinai yang sebelumnya berada dalam kendali Mesir. Gagal dalam perebutan kembali Semenanjung Sinai, Kairo mencari cara lain dengan diplomasi.
Puncaknya, terjadi kesepakatan damai pada 1978 yang membuat Semenanjung Sinai kembali ke Mesir. Sebagai gantinya, Mesir memulihkan hubungan diplomatik penuh dengan Israel dan mengizinkan kapal-kapal Tel AViv untuk melewati Terusan Suez dan Selat Tiran.
Itulah sejumlah wilayah yang menjadi rebutan negeri Muslim dan Israel.
(sya)
tulis komentar anda