Menhan Israel: Sekarang Waktu Tepat untuk Serang Nuklir Iran
Selasa, 12 November 2024 - 12:50 WIB
TEL AVIV - Menteri Pertahanan (Menhan) baru Israel, Israel Katz, berpendapat sekarang ini waktu yang tepat bagi militer Zionis untuk menyerang situs nuklir Iran.
Menurutnya, situasi diplomatik, operasional, dan taktis untuk menyerang program nuklir Iran tidak pernah semudah, serealistis, dan semaksimal mungkin seperti sekarang.
Katz mencatat bagaimana dua serangan Israel sebelumnya terhadap Iran tahun ini telah memperjelas betapa superiornya Angkatan Udara Israel bahkan terhadap aspek paling canggih dari sistem pertahanan udara Republik Islam Iran.
"Ada peluang untuk mencapai tujuan yang paling penting—untuk menggagalkan dan menyingkirkan ancaman kehancuran yang mengancam Negara Israel," kata Katz.
"Saat ini, ada konsensus nasional dan lembaga pertahanan yang luas bahwa kita perlu menggagalkan program nuklir Iran, dan ada pemahaman bahwa ini dapat dilakukan—tidak hanya di bidang keamanan, tetapi juga di bidang diplomatik," lanjut Katz, seperti dikutip dari Jerusalem Post, Selasa (12/11/2024).
Terlepas dari pernyataan Katz, banyak pejabat, termasuk mantan perdana menteri (PM) Naftali Bennett dan Yair Lapid, telah menyerukan Angkatan Udara Israel untuk menyerang program nuklir Iran pada 26 Oktober lalu.
Sebaliknya, Angkatan Udara Israel diperintahkan oleh pemerintah PM Benjamin Netanyahu untuk menyerang sekitar 20 lokasi produksi rudal balistik dan pertahanan udara di Iran.
Katz mengeklaim fasilitas nuklir Iran lebih rentan terhadap serangan daripada sebelumnya.
Menurutnya, kerentanan situs nuklir Iran telah membuatnya lebih masuk akal bagi Israel untuk mencapai tujuan yang paling penting. "Untuk menggagalkan dan menghilangkan ancaman pemusnahan yang menggantung di atas Negara Israel," paparnya.
Israel mengeklaim serangan udara 26 Oktober lalu telah melumpuhkan tiga sistem rudal pertahanan udara S-300 terakhir yang disediakan Rusia.
Namun, Iran menepis klaim itu dengan menegaskan serangan udara Zionis hanya berdampak kecil, yakni merusak beberapa radar sistem pertahanan udara. Meski demikian, negara Islam itu mengakui empat tentaranya tewas akibat serangan musuh tersebut.
Pada akhir Oktober, penasihat Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk Timur Tengah Amos Hochstein mengatakan; "Iran pada dasarnya telanjang", merujuk pada lumpuhnya semua sistem pertahanan rudal S-300 pasokan Rusia.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Menurutnya, situasi diplomatik, operasional, dan taktis untuk menyerang program nuklir Iran tidak pernah semudah, serealistis, dan semaksimal mungkin seperti sekarang.
Katz mencatat bagaimana dua serangan Israel sebelumnya terhadap Iran tahun ini telah memperjelas betapa superiornya Angkatan Udara Israel bahkan terhadap aspek paling canggih dari sistem pertahanan udara Republik Islam Iran.
Baca Juga
"Ada peluang untuk mencapai tujuan yang paling penting—untuk menggagalkan dan menyingkirkan ancaman kehancuran yang mengancam Negara Israel," kata Katz.
"Saat ini, ada konsensus nasional dan lembaga pertahanan yang luas bahwa kita perlu menggagalkan program nuklir Iran, dan ada pemahaman bahwa ini dapat dilakukan—tidak hanya di bidang keamanan, tetapi juga di bidang diplomatik," lanjut Katz, seperti dikutip dari Jerusalem Post, Selasa (12/11/2024).
Terlepas dari pernyataan Katz, banyak pejabat, termasuk mantan perdana menteri (PM) Naftali Bennett dan Yair Lapid, telah menyerukan Angkatan Udara Israel untuk menyerang program nuklir Iran pada 26 Oktober lalu.
Sebaliknya, Angkatan Udara Israel diperintahkan oleh pemerintah PM Benjamin Netanyahu untuk menyerang sekitar 20 lokasi produksi rudal balistik dan pertahanan udara di Iran.
Katz mengeklaim fasilitas nuklir Iran lebih rentan terhadap serangan daripada sebelumnya.
Menurutnya, kerentanan situs nuklir Iran telah membuatnya lebih masuk akal bagi Israel untuk mencapai tujuan yang paling penting. "Untuk menggagalkan dan menghilangkan ancaman pemusnahan yang menggantung di atas Negara Israel," paparnya.
Israel mengeklaim serangan udara 26 Oktober lalu telah melumpuhkan tiga sistem rudal pertahanan udara S-300 terakhir yang disediakan Rusia.
Namun, Iran menepis klaim itu dengan menegaskan serangan udara Zionis hanya berdampak kecil, yakni merusak beberapa radar sistem pertahanan udara. Meski demikian, negara Islam itu mengakui empat tentaranya tewas akibat serangan musuh tersebut.
Pada akhir Oktober, penasihat Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk Timur Tengah Amos Hochstein mengatakan; "Iran pada dasarnya telanjang", merujuk pada lumpuhnya semua sistem pertahanan rudal S-300 pasokan Rusia.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
(mas)
tulis komentar anda