Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia
Minggu, 30 Agustus 2020 - 08:25 WIB
"Orang China menggunakan adenovirus manusia sebagai 'pembawa', sementara orang Inggris menggunakan adenovirus simpanse. Keamanan dari memasukkan adenovirus simpanse ke dalam manusia masih harus dibuktikan. Yunani berharap vaksin ini aman karena ingin membelinya. Tapi, masih harus dibuktikan," ujarnya.
(Baca: Disuntik Vaksin Sinovac, Emil: Pegal-pegal dan Nyut-nyutan 5 Menit )
(Baca : Komisi V DPR Nilai Sepeda Masuk Tol Tidak Urgent )
Pada saat yang sama, Arkumanis mengenang kontribusi sains dari Gamaleya Center, yang mengembangkan vaksin untuk melawan penyakit mematikan.
“Sejak zaman Soviet, Gamaleya Institute telah melakukan kegiatan ilmiah mengenai pengembangan vaksin, misalnya melawan penyakit cacar dan Ebola. Banyak ilmuwan ternama dunia telah terlibat dalam proses pengembangan vaksin. Ini harus diperhitungkan," ucapnya.
Kepada mereka yang menuduh Rusia terlalu cepat, Arkumanis mengatakan bahwa semuanya terjadi dalam undang-undang Rusia.
"Undang-undang Rusia menetapkan lisensi wajib vaksin oleh Kementerian Kesehatan setelah pengujian tahap kedua untuk beralih ke pengujian ketiga, yang menyiratkan studi berskala lebih besar yang melibatkan dokter dan profesor. Kemudian, potensi efek samping, jika ada, akan dipelajari, terutama pada kelompok resiko," tukasnya.
(Baca: Disuntik Vaksin Sinovac, Emil: Pegal-pegal dan Nyut-nyutan 5 Menit )
(Baca : Komisi V DPR Nilai Sepeda Masuk Tol Tidak Urgent )
Pada saat yang sama, Arkumanis mengenang kontribusi sains dari Gamaleya Center, yang mengembangkan vaksin untuk melawan penyakit mematikan.
“Sejak zaman Soviet, Gamaleya Institute telah melakukan kegiatan ilmiah mengenai pengembangan vaksin, misalnya melawan penyakit cacar dan Ebola. Banyak ilmuwan ternama dunia telah terlibat dalam proses pengembangan vaksin. Ini harus diperhitungkan," ucapnya.
Kepada mereka yang menuduh Rusia terlalu cepat, Arkumanis mengatakan bahwa semuanya terjadi dalam undang-undang Rusia.
"Undang-undang Rusia menetapkan lisensi wajib vaksin oleh Kementerian Kesehatan setelah pengujian tahap kedua untuk beralih ke pengujian ketiga, yang menyiratkan studi berskala lebih besar yang melibatkan dokter dan profesor. Kemudian, potensi efek samping, jika ada, akan dipelajari, terutama pada kelompok resiko," tukasnya.
(esn)
tulis komentar anda