Panglima Militer Jenderal Syrskyi: Ukraina Hadapi Serangan Rusia yang Paling Dahsyat

Minggu, 03 November 2024 - 07:22 WIB
Panglima Militer Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi (depan paling kanan) sebut negarany sedang hadapi serangan Rusia yang paling dahsyat. Foto/Kantor Presiden Ukraina
KYIV - Panglima Militer Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi mengatakan negaranya saat ini sedang menghadapi salah satu serangan Rusia yang paling dahsyat sejak perang pecah pada 2022.

Komentar jenderal tertinggi Kyiv itu disampaikan pada hari Sabtu setelah pertemuan dengan delegasi militer dari Republik Ceko yang dipimpin oleh Kepala Staf Letnan Jenderal Karel Rehka.

Syrskyi memuji Praha sebagai “sekutu setia” Kyiv dan menyampaikan kekhawatirannya tentang memburuknya situasi di medan perang.





"Saya memberi tahu rekan-rekan Ceko saya tentang situasi di medan perang, yang terus menjadi sulit. Operasi tempur aktif, yang terus berlanjut di area tertentu, membutuhkan pengisian ulang sumber daya unit Ukraina secara terus-menerus,” tulis Syrskyi di Telegram, seperti dikutip dari Ukrinform, Minggu (3/11/2024).

“Angkatan Bersenjata Ukraina saat ini menahan salah satu serangan Rusia yang paling dahsyat sejak dimulainya invasi skala penuh," lanjut dia.

Para pejabat di Kyiv telah lama mengeluh bahwa keterlambatan pengiriman senjata Barat, serta pembatasan penggunaan senjata jarak jauh tertentu untuk serangan jauh di dalam Rusia—berkontribusi terhadap kerugian baru-baru ini di Donbas dan di tempat lain.

Serbuan Ukraina ke Wilayah Kursk Rusia pada awal Agustus telah gagal memperlambat kemajuan pasukan Rusia di wilayah lain.

Tentara Rusia terus mendapatkan lebih banyak wilayah dalam beberapa bulan terakhir, merebut kota pertambangan Ugledar yang dijaga ketat pada bulan Oktober.

Moskow juga telah melancarkan serangan yang bertujuan untuk mendorong pasukan Ukraina keluar dari Wilayah Kursk.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada bulan April bahwa negaranya secara efektif menjadi "sandera" pertikaian politik di Amerika Serikat, karena calon presiden Donald Trump dan beberapa tokoh Republik terkemuka telah mengkritik jumlah bantuan militer ke Kyiv.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More