Netanyahu Tuduh Iran Kembangkan Stockpile Bom Nuklir untuk Hancurkan Israel
Selasa, 29 Oktober 2024 - 07:28 WIB
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah menuduh Iran mengembangkan stockpile (cadangan) bom nuklir yang ditujukan untuk menghancurkan Israel.
Tuduhan pemimpin rezim Zionis itu disampaikan dua hari setelah Israel mengebom situs-situs militer di Republik Islam Iran.
Pada hari Sabtu, Israel melakukan serangan udara di sejumlah situs militer Iran sebagai respons atas serangan ratusan rudal Teheran pada 1 Oktober, yang sebenarnya juga merupakan pembalasan atas pembunuhan para pemimpin milisi pro-Iran dan seorang komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
"Iran tengah berupaya keras mengembangkan stockpile bom nuklir untuk menghancurkan kita, dilengkapi dengan rudal jarak jauh, rudal antarbenua yang tengah diupayakan Iran," kata Netanyahu dalam pidatonya kepada para anggota Parlemen Israel pada Senin.
"Iran dapat mengancam seluruh dunia kapan saja," lanjut Netanyahu, seperti dikutip dari Al Arabiya English, Selasa (29/10/2024).
"Menghentikan program nuklir Iran menjadi prioritas utama kami, dan karena alasan yang jelas, saya tidak dapat berbagi dengan Anda semua rencana dan tindakan kami dalam hal ini," imbuh dia.
Pemerintah Iran telah lama membantah bahwa mereka tengah berupaya membangun senjata nuklir dan menegaskan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Sebaliknya, Israel diyakini para pakar militer telah lama memiliki senjata nuklir. Namun, rezim Zionis tidak mengakui maupun membantahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengurangi kerja samanya dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), sementara secara signifikan meningkatkan program nuklirnya, termasuk mengumpulkan persediaan uranium yang diperkaya dalam jumlah besar.
Namun, kepala pengawas nuklir PBB mengatakan pekan lalu bahwa Iran menunjukkan keinginan untuk kembali terlibat dalam masalah nuklir.
Teheran, yang mendukung Hamas, memperingatkan akan menanggapi dengan tegas dan efektif serangan Israel pada Sabtu pekan lalu.
Perang di Gaza telah menarik sekutu Hamas yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah Lebanon.
Netanyahu mengatakan pada hari Senin: "Poros kejahatan fanatik yang dipimpin oleh Iran mengancam untuk menghancurkan negara kita dan mengancam untuk mengambil alih negara-negara lain."
"Ia bercita-cita untuk menguasai wilayah kita dengan paksa," imbuh Netanyahu, seraya menambahkan bahwa: "Israel adalah penghalang nyata di jalan Iran."
"Karena menurut Iran, jika Israel jatuh, banyak negara akan jatuh bersamanya. Seluruh Timur Tengah akan jatuh ke tangannya," klaim PM Israel tersebut.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada hari Senin atas permintaan Iran. Teheran telah mendesak dunia untuk mengutuk serangan Israel pada Sabtu, yang menurut pihak berwenang menewaskan empat tentara dan menyebabkan beberapa kerusakan.
Netanyahu juga mengupayakan perdamaian Israel dengan negara-negara Arab, setelah setahun perang di Gaza dan Lebanon yang telah memicu kemarahan publik Arab.
Dia berbicara saat Washington berupaya menggalang dukungan negara-negara Arab untuk rencana jangka panjang pemerintahan pascaperang di Jalur Gaza, dan kesepakatan normalisasi lebih lanjut dengan Israel menyusul Kesepakatan Abraham 2020.
“Saya bercita-cita untuk melanjutkan proses yang saya lalui beberapa tahun lalu, dengan penandatanganan Kesepakatan Abraham yang bersejarah, untuk mencapai perdamaian dengan negara-negara Arab lainnya,” kata Netanyahu.
Israel, di bawah Kesepakatan Abraham 2020 yang ditengahi Amerika Serikat, menormalisasi hubungan dengan empat negara Arab—Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Sejak itu, Israel, dengan dukungan AS, telah berupaya untuk juga mengikutsertakan negara-negara lain, khususnya Arab Saudi. Namun Riyadh telah mengatakan tidak akan mengakui Israel tanpa pembentukan Negara Palestina.
“Saya menekankan perdamaian demi perdamaian, perdamaian demi kekuatan dengan negara-negara penting di Timur Tengah,” kata Netanyahu.
“Negara-negara ini dan negara-negara lain melihat dengan jelas pukulan yang kami berikan kepada mereka yang menyerang kami, poros kejahatan Iran,” imbuh dia.
“Mereka terkesan dengan tekad dan keberanian kami. Seperti kita, mereka mendambakan Timur Tengah yang stabil, aman, dan makmur.”
Kesepakatan Abraham atau Abraham Accords dicapai di bawah pemerintahan presiden Donald Trump saat itu, yang sekarang berupaya untuk berkuasa kembali di Gedung Putih.
Lihat Juga: Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant Jadi Pukulan Keras bagi Israel
Tuduhan pemimpin rezim Zionis itu disampaikan dua hari setelah Israel mengebom situs-situs militer di Republik Islam Iran.
Pada hari Sabtu, Israel melakukan serangan udara di sejumlah situs militer Iran sebagai respons atas serangan ratusan rudal Teheran pada 1 Oktober, yang sebenarnya juga merupakan pembalasan atas pembunuhan para pemimpin milisi pro-Iran dan seorang komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
"Iran tengah berupaya keras mengembangkan stockpile bom nuklir untuk menghancurkan kita, dilengkapi dengan rudal jarak jauh, rudal antarbenua yang tengah diupayakan Iran," kata Netanyahu dalam pidatonya kepada para anggota Parlemen Israel pada Senin.
"Iran dapat mengancam seluruh dunia kapan saja," lanjut Netanyahu, seperti dikutip dari Al Arabiya English, Selasa (29/10/2024).
"Menghentikan program nuklir Iran menjadi prioritas utama kami, dan karena alasan yang jelas, saya tidak dapat berbagi dengan Anda semua rencana dan tindakan kami dalam hal ini," imbuh dia.
Pemerintah Iran telah lama membantah bahwa mereka tengah berupaya membangun senjata nuklir dan menegaskan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Sebaliknya, Israel diyakini para pakar militer telah lama memiliki senjata nuklir. Namun, rezim Zionis tidak mengakui maupun membantahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengurangi kerja samanya dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), sementara secara signifikan meningkatkan program nuklirnya, termasuk mengumpulkan persediaan uranium yang diperkaya dalam jumlah besar.
Namun, kepala pengawas nuklir PBB mengatakan pekan lalu bahwa Iran menunjukkan keinginan untuk kembali terlibat dalam masalah nuklir.
Teheran, yang mendukung Hamas, memperingatkan akan menanggapi dengan tegas dan efektif serangan Israel pada Sabtu pekan lalu.
Perang di Gaza telah menarik sekutu Hamas yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah Lebanon.
Netanyahu mengatakan pada hari Senin: "Poros kejahatan fanatik yang dipimpin oleh Iran mengancam untuk menghancurkan negara kita dan mengancam untuk mengambil alih negara-negara lain."
"Ia bercita-cita untuk menguasai wilayah kita dengan paksa," imbuh Netanyahu, seraya menambahkan bahwa: "Israel adalah penghalang nyata di jalan Iran."
"Karena menurut Iran, jika Israel jatuh, banyak negara akan jatuh bersamanya. Seluruh Timur Tengah akan jatuh ke tangannya," klaim PM Israel tersebut.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu pada hari Senin atas permintaan Iran. Teheran telah mendesak dunia untuk mengutuk serangan Israel pada Sabtu, yang menurut pihak berwenang menewaskan empat tentara dan menyebabkan beberapa kerusakan.
Perdamaian Israel dengan Negara Arab
Netanyahu juga mengupayakan perdamaian Israel dengan negara-negara Arab, setelah setahun perang di Gaza dan Lebanon yang telah memicu kemarahan publik Arab.
Dia berbicara saat Washington berupaya menggalang dukungan negara-negara Arab untuk rencana jangka panjang pemerintahan pascaperang di Jalur Gaza, dan kesepakatan normalisasi lebih lanjut dengan Israel menyusul Kesepakatan Abraham 2020.
“Saya bercita-cita untuk melanjutkan proses yang saya lalui beberapa tahun lalu, dengan penandatanganan Kesepakatan Abraham yang bersejarah, untuk mencapai perdamaian dengan negara-negara Arab lainnya,” kata Netanyahu.
Israel, di bawah Kesepakatan Abraham 2020 yang ditengahi Amerika Serikat, menormalisasi hubungan dengan empat negara Arab—Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Sejak itu, Israel, dengan dukungan AS, telah berupaya untuk juga mengikutsertakan negara-negara lain, khususnya Arab Saudi. Namun Riyadh telah mengatakan tidak akan mengakui Israel tanpa pembentukan Negara Palestina.
“Saya menekankan perdamaian demi perdamaian, perdamaian demi kekuatan dengan negara-negara penting di Timur Tengah,” kata Netanyahu.
“Negara-negara ini dan negara-negara lain melihat dengan jelas pukulan yang kami berikan kepada mereka yang menyerang kami, poros kejahatan Iran,” imbuh dia.
“Mereka terkesan dengan tekad dan keberanian kami. Seperti kita, mereka mendambakan Timur Tengah yang stabil, aman, dan makmur.”
Kesepakatan Abraham atau Abraham Accords dicapai di bawah pemerintahan presiden Donald Trump saat itu, yang sekarang berupaya untuk berkuasa kembali di Gedung Putih.
Lihat Juga: Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant Jadi Pukulan Keras bagi Israel
(mas)
tulis komentar anda