Ada Rusia di Balik Iran Sukses Ladeni Serangan 100 Pesawat Israel Termasuk F-35
Minggu, 27 Oktober 2024 - 13:39 WIB
Strategi Israel mencerminkan operasi masa lalu terhadap target Suriah, khususnya setelah jatuhnya F-16I Israel oleh rudal S-200 Suriah pada tahun 2018.
Intelijen AS yang bocor juga menunjukkan bahwa Israel mungkin mempertimbangkan penggunaan rudal balistik jarak jauh yang diluncurkan dari udara terhadap posisi Iran.
Menanggapi gelombang serangan awal, pasukan Iran mengerahkan rudal permukaan-ke-udara [SAM] jarak menengah untuk melawan rudal Israel.
Untuk serangan berikutnya, Iran menggunakan sistem pertahanan jarak jauh yang mampu mencegat rudal dari jarak melebihi 100 kilometer—sebuah kemajuan penting.
Di antara persenjataan pertahanan udara Iran terdapat sistem S-300PMU-2 buatan Rusia yang di-upgrade, yang dikenal karena kemampuan intersepsinya yang canggih.
Sementara rudal standar 48N6E2 memiliki jangkauan 200 kilometer, sistem ini dilaporkan kompatibel dengan rudal 48N6DM yang lebih canggih, yang memiliki jangkauan intersepsi hingga 250 kilometer dan dirancang untuk melawan ancaman senjata hipersonik.
Iran memperoleh rudal S-300 yang di-upgrade ini pada tahun 2020, yang diperkirakan mencakup varian 48N6DM, yang telah berhasil diuji oleh China terhadap target yang melaju lebih cepat dari Mach 8 pada jarak 250 kilometer—mengungguli teknologi rudal yang diluncurkan dari udara milik Israel.
Selain sistem S-300, Iran memiliki beragam kemampuan pertahanan udara jarak jauh. Sistem S-200D era Sovietnya, yang berasal dari tahun 1990-an, tetap menjadi salah satu opsi dengan jarak terjauh, yang mampu menyerang target pada jarak hingga 300 kilometer.
Meskipun dimodernisasi untuk meningkatkan mobilitas, S-200 terutama dirancang untuk bertahan terhadap ancaman yang lebih besar seperti rudal balistik daripada target udara yang lebih kecil.
Sistem pertahanan udara paling canggih Iran yang dikembangkan di dalam negeri, Bavar-373, dilaporkan mencapai jangkauan yang mengesankan sejauh 300 kilometer pada bulan April, setelah integrasi rudal Sayyad-4B yang baru.
Intelijen AS yang bocor juga menunjukkan bahwa Israel mungkin mempertimbangkan penggunaan rudal balistik jarak jauh yang diluncurkan dari udara terhadap posisi Iran.
Menanggapi gelombang serangan awal, pasukan Iran mengerahkan rudal permukaan-ke-udara [SAM] jarak menengah untuk melawan rudal Israel.
Untuk serangan berikutnya, Iran menggunakan sistem pertahanan jarak jauh yang mampu mencegat rudal dari jarak melebihi 100 kilometer—sebuah kemajuan penting.
Di antara persenjataan pertahanan udara Iran terdapat sistem S-300PMU-2 buatan Rusia yang di-upgrade, yang dikenal karena kemampuan intersepsinya yang canggih.
Sementara rudal standar 48N6E2 memiliki jangkauan 200 kilometer, sistem ini dilaporkan kompatibel dengan rudal 48N6DM yang lebih canggih, yang memiliki jangkauan intersepsi hingga 250 kilometer dan dirancang untuk melawan ancaman senjata hipersonik.
Iran memperoleh rudal S-300 yang di-upgrade ini pada tahun 2020, yang diperkirakan mencakup varian 48N6DM, yang telah berhasil diuji oleh China terhadap target yang melaju lebih cepat dari Mach 8 pada jarak 250 kilometer—mengungguli teknologi rudal yang diluncurkan dari udara milik Israel.
Selain sistem S-300, Iran memiliki beragam kemampuan pertahanan udara jarak jauh. Sistem S-200D era Sovietnya, yang berasal dari tahun 1990-an, tetap menjadi salah satu opsi dengan jarak terjauh, yang mampu menyerang target pada jarak hingga 300 kilometer.
Meskipun dimodernisasi untuk meningkatkan mobilitas, S-200 terutama dirancang untuk bertahan terhadap ancaman yang lebih besar seperti rudal balistik daripada target udara yang lebih kecil.
Sistem pertahanan udara paling canggih Iran yang dikembangkan di dalam negeri, Bavar-373, dilaporkan mencapai jangkauan yang mengesankan sejauh 300 kilometer pada bulan April, setelah integrasi rudal Sayyad-4B yang baru.
tulis komentar anda