Profil Hashem Safieddine, Suksesor Nasrallah yang Diklaim Tewas Dibom Israel
Jum'at, 11 Oktober 2024 - 14:53 WIB
JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengeklaim bahwa serangan udara militer Zionis di Beirut pada Kamis pekan lalu telah menewaskan calon pemimpin baru Hizbullah Hashem Safieddine.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah telah meninggal akibat serangan udara besar-besaran Israel di Dahieh, dekat Beirut, Lebanon pada 27 September. Safieddine kemudian disebut-sebut sebagai suksesor Nasrallah.
Selain Safieddine, kata Netanyahu, serangan udara Israel Kamis pekan lalu juga menewaskan membunuh orang berikutnya yang akan menduduki jabatan pemimpin Hizbullah.
"Israel telah melemahkan kemampuan Hizbullah. Kami berhasil melumpuhkan ribuan teroris, termasuk [pemimpin lama Hizbullah Hassan] Nasrallah sendiri, dan pengganti Nasrallah, dan pengganti- penggantinya," katanya.
“Saat ini, Hizbullah lebih lemah daripada sebelumnya selama bertahun-tahun,” paparnya.
Hizbullah belum dapat mengonfirmasi nasib Safieddine hingga sekarang.
Hashem Safieddine adalah seorang ulama Syiah Lebanon yang telah menjabat sebagai kepala Dewan Eksekutif Hizbullah sejak 2001.
Dia merupakan sepupu dari pihak ibu Hassan Nasrallah, dan secara umum dianggap sebagai "orang nomor dua" di Hizbullah sebelum pembunuhan Nasrallah pada 27 September lalu.
Safieddine lahir tahun 1964 di Deir Qanoun En Nahr, Lebanon. Istrinya bernama Raeda Faqih, dan memiliki putra bernama Ridha Safieddine.
Safieddine dan Nasrallah sama-sama belajar di Iran pada awal 1980-an. Sama seperti Nasrallah, Safieddine adalah penentang keras Israel dan Barat, dan beraliansi erat dengan para pemimpin Iran.
Sekadar diketahui, Dewan Eksekutif Hizbullah adalah satu dari lima badan yang membentuk Dewan Syura, yang merupakan badan pembuat keputusan organisasi tersebut.
Dewan eksekutif mengawasi masalah politik, berbeda dengan Dewan Jihad yang merupakan badan militer kelompok tersebut, tempat Safieddine menjadi anggotanya.
Safieddine pernah berbicara tentang hubungan yang kuat antara Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan khususnya jenderal Iran Qasem Soleimani—yang tewas dalam serangan udara AS di bandara Baghdad pada tahun 2020.
Putra Safieddine menikah dengan putri Soleimani.
Seperti almarhum Nasrallah, Safieddine kerap mengenakan sorban hitam yang menandakan bahwa dia adalah seorang "Sayyid", gelar kehormatan Syiah yang menunjukkan garis keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ulama berusia 60 tahun tersebut telah memiliki kehadiran yang jelas di panggung politik Hizbullah, terutama selama setahun terakhir.
Sepanjang perang Gaza, Safieddine membuat pernyataan yang mengecam tindakan Israel di daerah kantong Palestina tersebut dan di perbatasan selatan negaranya.
"Nasrallah mulai menyesuaikan posisi untuknya dalam berbagai dewan yang berbeda di Hizbullah Lebanon. Beberapa dari mereka lebih tidak transparan daripada yang lain. Mereka menyuruhnya datang, keluar, dan berbicara,” kata Phillip Smyth, seorang pakar yang mempelajari milisi Syiah yang didukung Iran tersebut, kepada Reuters.
Berbicara pada upacara pemakaman salah satu anggota Hizbullah yang terbunuh pada bulan Mei, Safieddine membanggakan bahwa kelompoknya tetap kuat dan tangguh, memprioritaskan—bersama dengan sekutu Iran mereka—perjuangan Palestina dan kebutuhan untuk membebaskan rakyat Palestina.
Setelah serangkaian ledakan yang menargetkan pager dan walkie-talkie Hizbullah, Safieddine mengatakan bahwa organisasinya “tidak akan mundur sampai akhir.”
Saffiedine telah lama menjadi kritikus garis keras kebijakan Amerika Serikat, yang dia lihat membantu dan mendukung tindakan Israel di Gaza dan Lebanon selatan.
Pada tahun 2021, dia menuduh Washington “mencampuri” politik dalam negeri Lebanon, dengan mengatakan bahwa “tirani Amerika” menyabotase negara-negara di kawasan Timur Tengah, dengan menyebut Irak dan Afghanistan sebagai salah satu contohnya.
Amerika Serikat menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997, dan pada tahun 2017 menetapkan Safieddine sebagai teroris.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah telah meninggal akibat serangan udara besar-besaran Israel di Dahieh, dekat Beirut, Lebanon pada 27 September. Safieddine kemudian disebut-sebut sebagai suksesor Nasrallah.
Selain Safieddine, kata Netanyahu, serangan udara Israel Kamis pekan lalu juga menewaskan membunuh orang berikutnya yang akan menduduki jabatan pemimpin Hizbullah.
"Israel telah melemahkan kemampuan Hizbullah. Kami berhasil melumpuhkan ribuan teroris, termasuk [pemimpin lama Hizbullah Hassan] Nasrallah sendiri, dan pengganti Nasrallah, dan pengganti- penggantinya," katanya.
“Saat ini, Hizbullah lebih lemah daripada sebelumnya selama bertahun-tahun,” paparnya.
Hizbullah belum dapat mengonfirmasi nasib Safieddine hingga sekarang.
Profil Hashem Safieddine
Hashem Safieddine adalah seorang ulama Syiah Lebanon yang telah menjabat sebagai kepala Dewan Eksekutif Hizbullah sejak 2001.
Dia merupakan sepupu dari pihak ibu Hassan Nasrallah, dan secara umum dianggap sebagai "orang nomor dua" di Hizbullah sebelum pembunuhan Nasrallah pada 27 September lalu.
Safieddine lahir tahun 1964 di Deir Qanoun En Nahr, Lebanon. Istrinya bernama Raeda Faqih, dan memiliki putra bernama Ridha Safieddine.
Safieddine dan Nasrallah sama-sama belajar di Iran pada awal 1980-an. Sama seperti Nasrallah, Safieddine adalah penentang keras Israel dan Barat, dan beraliansi erat dengan para pemimpin Iran.
Sekadar diketahui, Dewan Eksekutif Hizbullah adalah satu dari lima badan yang membentuk Dewan Syura, yang merupakan badan pembuat keputusan organisasi tersebut.
Dewan eksekutif mengawasi masalah politik, berbeda dengan Dewan Jihad yang merupakan badan militer kelompok tersebut, tempat Safieddine menjadi anggotanya.
Safieddine pernah berbicara tentang hubungan yang kuat antara Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan khususnya jenderal Iran Qasem Soleimani—yang tewas dalam serangan udara AS di bandara Baghdad pada tahun 2020.
Putra Safieddine menikah dengan putri Soleimani.
Seperti almarhum Nasrallah, Safieddine kerap mengenakan sorban hitam yang menandakan bahwa dia adalah seorang "Sayyid", gelar kehormatan Syiah yang menunjukkan garis keturunan Nabi Muhammad SAW.
Ulama berusia 60 tahun tersebut telah memiliki kehadiran yang jelas di panggung politik Hizbullah, terutama selama setahun terakhir.
Sepanjang perang Gaza, Safieddine membuat pernyataan yang mengecam tindakan Israel di daerah kantong Palestina tersebut dan di perbatasan selatan negaranya.
"Nasrallah mulai menyesuaikan posisi untuknya dalam berbagai dewan yang berbeda di Hizbullah Lebanon. Beberapa dari mereka lebih tidak transparan daripada yang lain. Mereka menyuruhnya datang, keluar, dan berbicara,” kata Phillip Smyth, seorang pakar yang mempelajari milisi Syiah yang didukung Iran tersebut, kepada Reuters.
Berbicara pada upacara pemakaman salah satu anggota Hizbullah yang terbunuh pada bulan Mei, Safieddine membanggakan bahwa kelompoknya tetap kuat dan tangguh, memprioritaskan—bersama dengan sekutu Iran mereka—perjuangan Palestina dan kebutuhan untuk membebaskan rakyat Palestina.
Setelah serangkaian ledakan yang menargetkan pager dan walkie-talkie Hizbullah, Safieddine mengatakan bahwa organisasinya “tidak akan mundur sampai akhir.”
Saffiedine telah lama menjadi kritikus garis keras kebijakan Amerika Serikat, yang dia lihat membantu dan mendukung tindakan Israel di Gaza dan Lebanon selatan.
Pada tahun 2021, dia menuduh Washington “mencampuri” politik dalam negeri Lebanon, dengan mengatakan bahwa “tirani Amerika” menyabotase negara-negara di kawasan Timur Tengah, dengan menyebut Irak dan Afghanistan sebagai salah satu contohnya.
Amerika Serikat menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997, dan pada tahun 2017 menetapkan Safieddine sebagai teroris.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda