Sekutu PM Israel: Yordania Berikutnya setelah Lebanon
Selasa, 01 Oktober 2024 - 15:14 WIB
Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994, dan meskipun hubungan diplomatik mereka terus berlanjut, hubungan menjadi lebih tegang setelah perang Israel yang membabi buta di Gaza dan tindakan Zionis di Lebanon.
Sebagian besar warga negara Yordania berasal dari Palestina dan telah terjadi protes rutin terhadap perang Gaza di luar Kedutaan Besar Israel di Amman.
Pada 8 September, seorang pengemudi truk Yordania menembaki penjaga keamanan Israel di perbatasan Raja Hussein antara Yordania dan Tepi Barat, menewaskan tiga dari mereka.
Sejak itu, Israel telah menewaskan ratusan warga sipil lainnya di Gaza, melanjutkan serangannya di Tepi Barat, dan mengancam akan melakukan invasi darat ke Lebanon selatan—yang benar-benar dilakukan mulai hari ini.
Segera setelah Mizrachi memberikan komentarnya mengenai Yordania, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pada konferensi pers bahwa negara-negara Arab dan Muslim akan menjamin keamanan Israel jika setuju untuk mendirikan Negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza, berdasarkan perbatasan tahun 1967.
“Perdana menteri Israel datang ke sini hari ini dan mengatakan bahwa Israel dikelilingi oleh mereka yang ingin menghancurkannya...kami di sini—anggota komite Muslim-Arab, yang diamanatkan oleh 57 negara Arab dan Muslim—dan saya dapat memberi tahu Anda dengan sangat tegas, kami semua bersedia menjamin keamanan Israel dalam konteks Israel mengakhiri pendudukan dan mengizinkan munculnya Negara Palestina,” kata Safadi.
Dia menuduh Netanyahu sengaja menciptakan "bahaya" bagi Israel karena menentang solusi dua negara.
"Bisakah Anda bertanya kepada pejabat Israel apa tujuan akhir mereka—selain hanya perang dan perang dan perang?" tanyanya.
Israel, dalam seminggu terakhir, telah membawa perangnya di Gaza ke Lebanon, menolak untuk menyetujui gencatan senjata di kedua front.
Lebih dari 41.500 orang telah tewas di Gaza sejak Oktober lalu, sementara sekitar 1.000 orang telah tewas dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Lebanon, di tengah kekhawatiran akan perang regional.
Sebagian besar warga negara Yordania berasal dari Palestina dan telah terjadi protes rutin terhadap perang Gaza di luar Kedutaan Besar Israel di Amman.
Pada 8 September, seorang pengemudi truk Yordania menembaki penjaga keamanan Israel di perbatasan Raja Hussein antara Yordania dan Tepi Barat, menewaskan tiga dari mereka.
Sejak itu, Israel telah menewaskan ratusan warga sipil lainnya di Gaza, melanjutkan serangannya di Tepi Barat, dan mengancam akan melakukan invasi darat ke Lebanon selatan—yang benar-benar dilakukan mulai hari ini.
Segera setelah Mizrachi memberikan komentarnya mengenai Yordania, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan pada konferensi pers bahwa negara-negara Arab dan Muslim akan menjamin keamanan Israel jika setuju untuk mendirikan Negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza, berdasarkan perbatasan tahun 1967.
“Perdana menteri Israel datang ke sini hari ini dan mengatakan bahwa Israel dikelilingi oleh mereka yang ingin menghancurkannya...kami di sini—anggota komite Muslim-Arab, yang diamanatkan oleh 57 negara Arab dan Muslim—dan saya dapat memberi tahu Anda dengan sangat tegas, kami semua bersedia menjamin keamanan Israel dalam konteks Israel mengakhiri pendudukan dan mengizinkan munculnya Negara Palestina,” kata Safadi.
Dia menuduh Netanyahu sengaja menciptakan "bahaya" bagi Israel karena menentang solusi dua negara.
"Bisakah Anda bertanya kepada pejabat Israel apa tujuan akhir mereka—selain hanya perang dan perang dan perang?" tanyanya.
Israel, dalam seminggu terakhir, telah membawa perangnya di Gaza ke Lebanon, menolak untuk menyetujui gencatan senjata di kedua front.
Lebih dari 41.500 orang telah tewas di Gaza sejak Oktober lalu, sementara sekitar 1.000 orang telah tewas dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Lebanon, di tengah kekhawatiran akan perang regional.
tulis komentar anda