Eks Direktur CIA: Bom Pager di Lebanon Bentuk Terorisme
Selasa, 24 September 2024 - 21:30 WIB
WASHINGTON - Mantan Direktur CIA Leon Panetta menggambarkan serangan baru-baru ini di Lebanon yang melibatkan bahan peledak yang disembunyikan dalam perangkat komunikasi nirkabel sebagai "suatu bentuk terorisme".
Dalam wawancara dengan jaringan berita AS CBS News, Panetta mengatakan pemboman tersebut, yang menewaskan banyak warga sipil dan melukai ribuan orang lainnya, "merupakan jenis terorisme" dan memperingatkan hal itu dapat menyebabkan pertumpahan darah lebih lanjut.
“Kemampuan menempatkan bahan peledak di perangkat teknologi yang umum digunakan dan mengubahnya menjadi alat perang teror benar-benar mengkhawatirkan. Ini adalah bentuk peperangan baru,” ujar Panetta.
Dia melanjutkan dengan mengatakan, "Saya rasa tidak ada keraguan ini adalah terorisme. Ini berdampak langsung pada rantai pasokan, dan ketika terorisme memengaruhi itu, orang-orang mulai bertanya: Apa selanjutnya?"
Ketika ditanya apakah serangan ini membuatnya khawatir, Panetta menjawab, "Saya sangat khawatir. Taktik ini memiliki konsekuensi yang parah, dan kita tidak tahu apa akibatnya. Kekuatan perang sebagian besar memegang kendali saat ini. Saya tidak yakin apa yang sedang terjadi.”
Serangan ganda berskala besar, pada tanggal 17 dan 18 September, mengakibatkan ledakan sejumlah besar walkie-talkie dan pager di seluruh Lebanon, menewaskan 37 orang termasuk dua anak dan melukai sekitar 3.000 orang lainnya.
Israel diduga berada di balik serangan tersebut, namun belum mengaku bertanggung jawab.
Lihat Juga: 3 Alasan Donald Trump akan Tetap Berpihak pada Israel, Salah Satunya Anggap Palestina Tak Mau Berdamai
Dalam wawancara dengan jaringan berita AS CBS News, Panetta mengatakan pemboman tersebut, yang menewaskan banyak warga sipil dan melukai ribuan orang lainnya, "merupakan jenis terorisme" dan memperingatkan hal itu dapat menyebabkan pertumpahan darah lebih lanjut.
“Kemampuan menempatkan bahan peledak di perangkat teknologi yang umum digunakan dan mengubahnya menjadi alat perang teror benar-benar mengkhawatirkan. Ini adalah bentuk peperangan baru,” ujar Panetta.
Dia melanjutkan dengan mengatakan, "Saya rasa tidak ada keraguan ini adalah terorisme. Ini berdampak langsung pada rantai pasokan, dan ketika terorisme memengaruhi itu, orang-orang mulai bertanya: Apa selanjutnya?"
Ketika ditanya apakah serangan ini membuatnya khawatir, Panetta menjawab, "Saya sangat khawatir. Taktik ini memiliki konsekuensi yang parah, dan kita tidak tahu apa akibatnya. Kekuatan perang sebagian besar memegang kendali saat ini. Saya tidak yakin apa yang sedang terjadi.”
Serangan ganda berskala besar, pada tanggal 17 dan 18 September, mengakibatkan ledakan sejumlah besar walkie-talkie dan pager di seluruh Lebanon, menewaskan 37 orang termasuk dua anak dan melukai sekitar 3.000 orang lainnya.
Israel diduga berada di balik serangan tersebut, namun belum mengaku bertanggung jawab.
Lihat Juga: 3 Alasan Donald Trump akan Tetap Berpihak pada Israel, Salah Satunya Anggap Palestina Tak Mau Berdamai
(sya)
tulis komentar anda