Ini Jejak Hongaria, Bulgaria, Taiwan, dan Jepang dalam Bom Pager Lebanon yang Diledakkan Mossad

Minggu, 22 September 2024 - 10:45 WIB
Perusahaan Hongaria, Bulgaria, Taiwan, dan Jepang saling bantah terlibat dalam insiden bom pager Lebanon yang diledakkan Mossad. Foto/AP Photo/Hassan Ammar
BEIRUT - Ribuan pager dan walkie-talkie telah meledak serentak dua hari berturut-turut di seluruh Lebanon. Sejumlah media mengutip sumber keamanan dan para pakar menyimpulkan bahwa dua serangan luar biasa itu merupakan ulah badan intelijen Israel; Mossad.

Pada Selasa sore lalu, ribuan pager meledak di seluruh negeri, menewaskan sedikitnya 14 orang.

Pada Rabu, ribuan walkie-talkie meledak, termasuk di pemakaman beberapa orang yang meninggal pada hari sebelumnya, menewaskan sedikitnya 20 orang. Ribuan lainnya terluka.



Para anggota kelompok Hizbullah berada di antara para korban—indikasi bahwa kelompok tersebut memang target utama serangan.



Seperti biasa dalam operasi yang dilakukan di luar negeri, Israel tidak mengaku atau pun membantah dugaan keterlibatannya dalam serangan tersebut.

Yang mengejutkan, ada jejak perusahaan Hongaria, Bulgaria,Taiwan, dan Jepang dalam operasi “bom pager” Lebanon yang diledakkan Mossad dari jarak jauh.

Jejak Hongaria, Bulgaria, Taiwan dan Jepang dalam Bom Pager Lebanon

1. Taiwan dan Hongaria



Gambar-gambar setelah serangan pada hari Selasa menunjukkan merek dagang Gold Apollo, produsen elektronik Taiwan, terdapat pada pager yang meledak.

Pada hari Jumat lalu, jaksa Taiwan memeriksa dan kemudian membebaskan Hsu Ching-kuang, presiden dan pendiri Gold Apollo.

Hsu mengatakan bahwa perusahaannya tidak memproduksi pager yang dimaksud, dan bahwa pager tersebut dibuat oleh BAC Consulting KFT, sebuah perusahaan yang berpusat di Budapest, Hongaria, yang memiliki lisensi untuk menggunakan merek dagangnya.

Dia memberi tahu NPR bahwa telah terjadi transaksi selama bertahun-tahun antara BAC dan Gold Apollo, yang dimulai pada tahun 2021 ketika dia didekati oleh seorang wanita Taiwan yang dia kenal hanya sebagai Teresa.

Hsu mengatakan Teresa mengaku mewakili BAC Consulting. Dia mengatakan dirinya bernegosiasi selama lebih dari dua bulan dengan Teresa, dan kemudian setuju untuk menjual pager-nya ke BAC dan membiarkan BAC menggunakan merek dagang Gold Apollo.

Di Hongaria, laporan tahunan untuk BAC yang dikutip oleh NPR menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terdaftar pada bulan Mei 2022 dengan satu pemilik, Cristiana Barsony-Arcidiacono, dan saldo akun sedikit di atas USD320 pada bulan Mei ini.

Barsony-Arcidiacono tidak menanggapi permintaan Middle East Eye untuk memberikan komentar awal minggu ini.

Berbicara kepada NBC News, Barsony-Arcidiacono mengatakan: "Saya tidak membuat pager. Saya hanya perantara. Saya pikir Anda salah."

Situs web perusahaan, yang berfungsi dengan baik awal minggu ini, telah ditutup sejak Rabu sore.

Menurut Reuters, mengutip seorang tetangga, Barsony-Arcidiacono mengosongkan apartemennya di Budapest pada hari Rabu.

Pada hari Jumat, ibunya memberi tahu AP bahwa Barsony-Arcidiacono saat ini berada di tempat yang aman di bawah perlindungan dinas rahasia Hongaria, setelah menerima ancaman yang tidak disebutkan.

Seorang juru bicara pemerintah Hongaria mengatakan awal minggu ini bahwa pager tersebut tidak diproduksi di negara tersebut, dan bahwa BAC bertindak sebagai perantara.

The New York Times melaporkan pada hari Rabu bahwa BAC sebenarnya adalah kedok Israel, menurut tiga perwira intelijen yang diberi pengarahan tentang operasi Israel.

Sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa setidaknya ada dua perusahaan cangkang lainnya yang dibuat untuk menutupi identitas sebenarnya dari produsen pager.

Laporan tersebut menyatakan bahwa BAC memproduksi sejumlah pager biasa untuk klien lain, tetapi pager terpisah diproduksi untuk dipasok ke Hizbullah, yang berisi baterai yang dicampur dengan bahan peledak PETN.

Mengutip sumber intelijen AS, ABC News melaporkan bahwa Israel telah merencanakan operasi "interdiksi rantai pasokan" setidaknya selama 15 tahun.

Laporan bahwa BAC adalah “perusahaan kedok” Israel belum bisa diverifikasi secara independen.

Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada Middle East Eye (MEE): "Orang yang memesan pager adalah seorang pengusaha yang memiliki hubungan dengan partai tersebut. Dia diberi harga yang sangat bagus untuk perangkat tersebut.”

"Itu adalah kelalaian di pihak Hizbullah karena mereka tidak memeriksa atau menguji pager secara saksama sebagaimana mestinya, mengingat mereka mempercayai orang yang menyediakannya,” paparnya.

2. Bulgaria



Bulgaria juga menarik perhatian setelah media lokal melaporkan pada hari Kamis bahwa perusahaan yang berpusat di Sofia, Norta Global Ltd, terlibat dalam penjualan pager tersebut.

Badan keamanan negara Bulgaria mengatakan akan bekerja sama dengan kementerian dalam negeri untuk menyelidiki dugaan peran perusahaan yang terdaftar di negara tersebut.

Telex, situs berita Hongaria, melaporkan bahwa penjualan pager tersebut difasilitasi oleh Norta.

Lembaga penyiaran nasional Bulgaria, bTV, melaporkan bahwa 1,6 juta euro terkait dengan transaksi tersebut melewati Bulgaria, dan dikirim ke Hungaria.

Pendiri Norta, Rinson Jose, yang berbasis di Norwegia, menolak menanggapi permintaan komentar Reuters awal minggu ini. Dia menutup telepon ketika ditanya tentang Norta.

Pada hari Jumat, badan keamanan negara Bulgaria mengatakan bahwa mereka telah "menetapkan dengan pasti" bahwa tidak ada pager yang digunakan dalam serangan itu yang diimpor maupun diekspor dari, atau dibuat di Bulgaria.

Disebutkan bahwa Norta maupun pemiliknya yang berkebangsaan Norwegia tidak memperdagangkan, menjual, atau membeli pager tersebut di wilayah hukum Bulgaria.

3. Jepang



Di tempat lain, seorang produsen Jepang mengatakan bahwa mereka sedang meluncurkan penyelidikan setelah namanya tercantum pada radio genggam yang meledak di Lebanon.

Icom, produsen peralatan telekomunikasi yang berkantor pusat di Osaka, mengatakan bahwa mereka telah menghentikan produksi perangkat yang dimaksud satu dekade lalu.

Mereka mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan transceiver IC-V82, model yang digambarkan setelah hari kedua ledakan, ke pasar luar negeri antara tahun 2004 hingga 2014.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa "hampir semua" radio IC-V82 yang tersedia untuk dibeli adalah palsu, dan bahwa mereka telah mengambil tindakan hukum terhadap produsen palsu selama beberapa tahun.

Yoshimasa Hayashi, kepala sekretaris kabinet Jepang, mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintah sedang menyelidiki masalah tersebut.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More