China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, Peringatan untuk AS
Kamis, 27 Agustus 2020 - 08:12 WIB
BEIJING - China menembakkan dua rudal, termasuk yang dijuluki sebagai " rudal pembunuh kapal induk ", ke Laut China Selatan pada Rabu pagi. Sumber yang dekat dengan militer Beijing mengatatakan tembakan misil itu mengirimkan peringatan yang jelas kepada Amerika Serikat (AS). (Baca Juga : AS: Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, China Makin Guncang Laut China Selatan )
Manuver Beijing dilakukan satu hari setelah China mengatakan sebuah pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama Angkatan Laut China menggelar latihan tempur di Laut Bohai di lepas pantai utara. (Baca : 1 Warga Pendatang Tewas Diserang Panah-Parang Kelompok Bersenjata di Yahukimo )
Salah satu rudal, DF-26B , diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai, sementara yang lainnya, DF-21D, ditembakkan dari provinsi Zhejiang di timur. Menurut sumber tersebut, keduanya ditembakkan ke daerah antara provinsi Hainan dan Kepulauan Paracel di Laut China Selatan.
Area pendaratan kedua misil berada dalam zona yang menurut otoritas keamanan maritim Hainan merupakan zona terlarang karena latihan tempur digelar dari Senin hingga Sabtu mendatang. (Baca: China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, AS Tes Rudal Minuteman III )
Rudal DF-26 yang berkemampuan ganda DF-26 adalah jenis senjata yang dilarang oleh Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet menjelang akhir Perang Dingin. AS menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu, dengan mengutip penyebaran senjata oleh China sebagai salah satu pembenaran.
DF-26 memiliki jangkauan 4.000 km (2.485 mil) dan dapat digunakan dalam serangan nuklir atau konvensional terhadap target darat dan laut.
Sedangkan DF-21 memiliki jangkauan sekitar 1.800 km, di mana media pemerintah China menggambarkan DF-21D, salah satu seri dari misil itu, sebagai rudal balistik anti-kapal pertama di dunia.
Sumber itu mengatakan peluncuran rudal itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan China untuk menolak akses pasukan lain ke Laut China Selatan, wilayah yang disengketakan.
"Ini adalah tanggapan China atas potensi risiko yang dibawa oleh pesawat tempur dan kapal militer AS yang semakin sering masuk di Laut China Selatan," katanya, yang dilansir South China Morning Post, Kamis (27/8/2020). "China tidak ingin negara tetangganya salah paham dengan tujuan Beijing."
Manuver Beijing dilakukan satu hari setelah China mengatakan sebuah pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama Angkatan Laut China menggelar latihan tempur di Laut Bohai di lepas pantai utara. (Baca : 1 Warga Pendatang Tewas Diserang Panah-Parang Kelompok Bersenjata di Yahukimo )
Salah satu rudal, DF-26B , diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai, sementara yang lainnya, DF-21D, ditembakkan dari provinsi Zhejiang di timur. Menurut sumber tersebut, keduanya ditembakkan ke daerah antara provinsi Hainan dan Kepulauan Paracel di Laut China Selatan.
Area pendaratan kedua misil berada dalam zona yang menurut otoritas keamanan maritim Hainan merupakan zona terlarang karena latihan tempur digelar dari Senin hingga Sabtu mendatang. (Baca: China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk, AS Tes Rudal Minuteman III )
Rudal DF-26 yang berkemampuan ganda DF-26 adalah jenis senjata yang dilarang oleh Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet menjelang akhir Perang Dingin. AS menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu, dengan mengutip penyebaran senjata oleh China sebagai salah satu pembenaran.
DF-26 memiliki jangkauan 4.000 km (2.485 mil) dan dapat digunakan dalam serangan nuklir atau konvensional terhadap target darat dan laut.
Sedangkan DF-21 memiliki jangkauan sekitar 1.800 km, di mana media pemerintah China menggambarkan DF-21D, salah satu seri dari misil itu, sebagai rudal balistik anti-kapal pertama di dunia.
Sumber itu mengatakan peluncuran rudal itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan China untuk menolak akses pasukan lain ke Laut China Selatan, wilayah yang disengketakan.
"Ini adalah tanggapan China atas potensi risiko yang dibawa oleh pesawat tempur dan kapal militer AS yang semakin sering masuk di Laut China Selatan," katanya, yang dilansir South China Morning Post, Kamis (27/8/2020). "China tidak ingin negara tetangganya salah paham dengan tujuan Beijing."
tulis komentar anda