Miliarder Bos Telegram Pavel Durov Buka Suara Pertama Kalinya sejak Ditangkap Prancis
Jum'at, 06 September 2024 - 07:54 WIB
PARIS - Miliarder Rusia pendiri Telegram Pavel Durov pada Kamis buka suara untuk pertama kalinya sejak dirinya ditangkap pihak berwenang Prancis.
Bos Telegram tersebut mengecam Prancis karena menangkap dan mendakwanya bulan lalu atas publikasi konten ekstremis dan ilegal di aplikasi yang dia dirikan.
Dalam posting panjang di Telegram, komentar pertamanya sejak penangkapannya, Durov mengatakan "mengejutkan" bahwa dia dianggap bertanggung jawab atas konten orang lain.
"Menggunakan undang-undang dari era praponsel pintar untuk mendakwa seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah arah," katanya.
Dia juga mengecam klaim bahwa "Telegram adalah semacam surga anarkis" sebagai hal yang "sama sekali tidak benar".
"Kami menghapus jutaan kiriman dan saluran yang berbahaya setiap hari," papar Durov, yang dilansir AFP, Jumat (6/9/2024).
Dia membantah tuduhan dari Prancis bahwa Paris belum menerima tanggapan dari Telegram atas permintaannya, dengan mengatakan bahwa dia secara pribadi telah membantu otoritas Prancis membuat saluran telepon darurat dengan Telegram untuk menangani ancaman terorisme di Prancis.
Namun, dengan nada yang lebih lunak di akhir pesannya, Durov mengatakan bahwa jumlah pengguna Telegram yang melonjak—yang sekarang dia sebut mencapai 950 juta di seluruh dunia—"menyebabkan masalah yang terus berlanjut yang memudahkan penjahat untuk menyalahgunakan platform kami."
Bos Telegram tersebut mengecam Prancis karena menangkap dan mendakwanya bulan lalu atas publikasi konten ekstremis dan ilegal di aplikasi yang dia dirikan.
Dalam posting panjang di Telegram, komentar pertamanya sejak penangkapannya, Durov mengatakan "mengejutkan" bahwa dia dianggap bertanggung jawab atas konten orang lain.
"Menggunakan undang-undang dari era praponsel pintar untuk mendakwa seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dikelolanya adalah pendekatan yang salah arah," katanya.
Dia juga mengecam klaim bahwa "Telegram adalah semacam surga anarkis" sebagai hal yang "sama sekali tidak benar".
"Kami menghapus jutaan kiriman dan saluran yang berbahaya setiap hari," papar Durov, yang dilansir AFP, Jumat (6/9/2024).
Dia membantah tuduhan dari Prancis bahwa Paris belum menerima tanggapan dari Telegram atas permintaannya, dengan mengatakan bahwa dia secara pribadi telah membantu otoritas Prancis membuat saluran telepon darurat dengan Telegram untuk menangani ancaman terorisme di Prancis.
Namun, dengan nada yang lebih lunak di akhir pesannya, Durov mengatakan bahwa jumlah pengguna Telegram yang melonjak—yang sekarang dia sebut mencapai 950 juta di seluruh dunia—"menyebabkan masalah yang terus berlanjut yang memudahkan penjahat untuk menyalahgunakan platform kami."
tulis komentar anda