AS Peringatkan Iran Masih Bersiap Menyerang Israel

Rabu, 28 Agustus 2024 - 07:11 WIB
Helikopter polisi berpatroli di atas makam Imam Syiah Abdulazim selama ritual Arbain untuk memperingati berakhirnya masa berkabung selama 40 hari setelah terbunuhnya Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad, dalam pertempuran di Karbala, Irak saat ini, pada tahun
WASHINGTON - Jenderal tinggi Amerika Serikat (AS) mengatakan risiko meletusnya perang regional telah berkurang setelah baku tembak sengit antara Israel dan Hizbullah, bahkan ketika Gedung Putih terus mengatakan Iran "bersiap" menyerang.

Jenderal Angkatan Udara Charles Q Brown, ketua Kepala Staf Gabungan, mengatakan kepada Reuters pada Senin (26/8/2024) bahwa peluang meletusnya perang regional telah "agak" berkurang, dengan Israel dan Hizbullah dalam putaran ketegangan terbaru yang hampir membawa Timur Tengah ke ambang konflik regional.

Pada saat yang sama, Gedung Putih mengatakan masih percaya Iran siap untuk menyerang Israel, memperingatkan langkah seperti itu akan mendorong intervensi AS.

"Kami percaya bahwa mereka masih bersiap dan siap untuk melancarkan serangan, jika mereka ingin melakukan itu, itulah sebabnya kami memiliki postur kekuatan yang ditingkatkan di kawasan itu," ujar juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada Selasa.



Brown tiba di Israel pada Minggu, beberapa jam setelah Israel melancarkan serangkaian serangan semalam terhadap Hizbullah dan kelompok yang didukung Iran itu menembakkan ratusan roket ke Israel.

Wilayah itu telah berada dalam situasi genting selama lebih dari tiga pekan saat bersiap menghadapi Hizbullah dan Iran untuk membalas pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan militer senior Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.

Brown tidak merujuk pada intelijen AS tertentu yang mengarah pada penilaiannya, tetapi baik Israel maupun Hizbullah membuat pernyataan yang menurut para analis menunjukkan mereka menarik diri dari eskalasi.

Para analis sebelumnya mengatakan kepada MEE bahwa pembunuhan kembar Israel tampaknya menempatkan Hizbullah dan Iran dalam posisi yang tidak menguntungkan, menggarisbawahi penetrasi intelijen Israel terhadap operasi mereka dan dominasi eskalasi.

“Apa yang kita ketahui sebelum pembunuhan Haniyeh dan Shukr menjadi lebih jelas. Hizbullah dan Iran tidak sanggup berperang habis-habisan dengan AS dan Israel karena mereka lebih lemah,” ujar Thomas Juneau, pakar Iran di Sekolah Pascasarjana Urusan Publik dan Internasional Universitas Ottawa, kepada MEE.

Respons Sudah Berakhir



“Untuk saat ini kami menganggap respons sudah berakhir, dan negara dapat beristirahat,” ungkap Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Minggu setelah serangan Hizbullah.

Dia menambahkan kelompok tersebut “sekarang akan memiliki hak untuk merespons di lain waktu jika hasil serangan hari Minggu tidak memadai.”

Kawasan tersebut masih menunggu respons Iran atas pembunuhan Haniyeh di Teheran, tetapi Republik Islam tersebut juga tampaknya meredam ekspektasi, karena mengklaim serangan Hizbullah pada Minggu sebagai kemenangan bagi apa yang disebut "poros perlawanan".

"Meskipun mendapat dukungan penuh dari para pendukungnya, termasuk Amerika Serikat, Israel telah kehilangan daya tangkal dan kemampuannya untuk memprediksi waktu dan tempat, bahkan serangan yang terbatas dan terukur," tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani di X.

Ada sedikit bukti kerusakan serius dari serangan Hizbullah. Seorang tentara Israel dilaporkan tewas oleh pecahan reseptor rudal Israel sendiri dan dua lainnya terluka.

Menurut laporan media Lebanon, Brown juga diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Lebanon.

Pejabat AS telah berusaha menahan pertempuran antara Hizbullah dan Israel. AS menganggap Hizbullah sebagai organisasi teroris dan sebaliknya menyampaikan pesan kepada politisi Lebanon yang berbicara dengan Hizbullah.

Pembunuhan Shukr, komandan militer tertinggi Hizbullah, oleh Israel tampaknya telah meracuni hubungan antara Hizbullah dan pemecah masalah tradisional pemerintahan Biden di Lebanon, Amos Hochstein.

Berita Al-Akhbar melaporkan Hochstein telah menyesatkan Hizbullah dengan memberi tahu pejabat Lebanon dalam pembicaraan dengan kelompok itu bahwa Israel tidak akan menyerang Beirut bulan lalu.

Seorang pejabat senior Arab yang diberi pengarahan tentang pesan Hochstein sebelumnya mengatakan kepada MEE bahwa AS memperingatkan Hizbullah bahwa Israel akan melancarkan serangan di timur dan selatan Lebanon sebagai balasan atas serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, tetapi tidak akan melakukan serangan langsung ke Beirut.

Beberapa jam kemudian, Shukr tewas di kubu Hizbullah di Beirut.

AS adalah donor utama bagi Angkatan Bersenjata Lebanon yang terkepung, yang kalah dalam persenjataan dan jumlah personel dibandingkan Hizbullah.

AS ingin militer Lebanon pada akhirnya dikerahkan ke garis biru yang ditetapkan PBB antara Lebanon dan Israel sebagai bagian dari rencana untuk meredakan ketegangan.

Hizbullah, yang terus bertukar tembakan setiap hari dengan Israel, mengatakan mereka hanya akan menghentikan serangan jika gencatan senjata di Gaza tercapai.

Pertempuran tersebut telah menyebabkan sekitar 90.000 warga Israel dan jumlah yang sama dari warga Lebanon mengungsi.

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More