250.000 Warga Palestina Mengungsi di Gaza Hanya pada Bulan Agustus
Sabtu, 24 Agustus 2024 - 13:12 WIB
Hadi mengungkapkan bahwa pasokan air di Deir Al-Balah telah berkurang setidaknya 70% akibat penutupan pompa dan pabrik desalinasi di daerah evakuasi.
Dia juga menyatakan bahwa terdapat kelangkaan klorin untuk mendisinfeksi air dan persediaan cadangan diperkirakan hanya cukup untuk satu bulan, yang berisiko menyebarkan penyakit, infeksi kulit, hepatitis A, dan polio.
“Warga sipil kelelahan dan ketakutan, berlarian dari satu tempat yang hancur ke tempat lain, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir,” papar koordinator kemanusiaan tersebut.
Pejabat OCHA memperingatkan bahwa hal ini tidak dapat terus berlanjut. “Hukum humaniter internasional menuntut agar para pihak melindungi warga sipil dan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Jalan ke depan sudah jelas dan mendesak; lindungi warga sipil, bebaskan para sandera, fasilitasi akses kemanusiaan, setujui gencatan senjata,” pungkas Hadi.
Pernyataan terbaru OCHA muncul beberapa hari setelah Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) melaporkan Israel telah mengecilkan apa yang disebut 'zona kemanusiaan' di Jalur Gaza yang terkepung menjadi hanya 11% dari wilayah kantong itu yang menyebabkan kekacauan dan ketakutan di antara warga Palestina yang mengungsi.
PBB mengumumkan pada Agustus bahwa 84% penduduk di Gaza berada di bawah perintah evakuasi.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah memperingatkan bulan lalu terhadap perintah evakuasi rezim kolonial rasis Israel yang berulang-ulang terhadap warga Palestina di Gaza.
OCHA mengatakan, “Perintah itu hanya akan memperparah penderitaan massal bagi keluarga Palestina."
Dia juga menyatakan bahwa terdapat kelangkaan klorin untuk mendisinfeksi air dan persediaan cadangan diperkirakan hanya cukup untuk satu bulan, yang berisiko menyebarkan penyakit, infeksi kulit, hepatitis A, dan polio.
“Warga sipil kelelahan dan ketakutan, berlarian dari satu tempat yang hancur ke tempat lain, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir,” papar koordinator kemanusiaan tersebut.
Pejabat OCHA memperingatkan bahwa hal ini tidak dapat terus berlanjut. “Hukum humaniter internasional menuntut agar para pihak melindungi warga sipil dan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Jalan ke depan sudah jelas dan mendesak; lindungi warga sipil, bebaskan para sandera, fasilitasi akses kemanusiaan, setujui gencatan senjata,” pungkas Hadi.
Pernyataan terbaru OCHA muncul beberapa hari setelah Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) melaporkan Israel telah mengecilkan apa yang disebut 'zona kemanusiaan' di Jalur Gaza yang terkepung menjadi hanya 11% dari wilayah kantong itu yang menyebabkan kekacauan dan ketakutan di antara warga Palestina yang mengungsi.
PBB mengumumkan pada Agustus bahwa 84% penduduk di Gaza berada di bawah perintah evakuasi.
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah memperingatkan bulan lalu terhadap perintah evakuasi rezim kolonial rasis Israel yang berulang-ulang terhadap warga Palestina di Gaza.
OCHA mengatakan, “Perintah itu hanya akan memperparah penderitaan massal bagi keluarga Palestina."
(sya)
tulis komentar anda