Pentagon: 2 Kapal Induk AS Bikin Iran Pikir-pikir untuk Serang Israel
Jum'at, 23 Agustus 2024 - 07:17 WIB
WASHINGTON - Pentagon mengatakan aliran aset militer Amerika Serikat (AS), termasuk dua kapal induk, yang mendekati Iran, akan membuat Teheran pikir-pikir tentang ancamannya untuk menyerang Israel.
Gelombang kedatangan aset militer AS tambahan, kata Pentagon, telah "masuk ke dalam pikiran" Teheran.
"Kami telah memindahkan kemampuan ke wilayah tersebut yang menurut saya adil untuk dikatakan telah masuk ke dalam pikiran Iran dan akan memengaruhi perhitungan mereka tentang bagaimana dan apakah mereka memilih untuk merespons," kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh dalam jumpa pers, Kamis waktu Washington.
"Kami tidak ingin melihat itu terjadi, tetapi kami memiliki dua kelompok penyerang kapal induk di sana, masing-masing, Anda tahu, dengan empat kapal perusak," imbuh Singh menanggapi pertanyaan dari Al Arabiya English, yang dilansir Jumat (23/8/2024).
Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin memerintahkan kapal induk kedua untuk meninggalkan Indo-Pasifik dan dikerahkan ke perairan wilayah operasi (AOR) Komando Pusat (CENTCOM).
Kelompok Penyerang Kapal Induk USS Abraham Lincoln tiba di Timur Tengah Rabu malam setelah Austin mengeluarkan perintah kedua bagi kapal induk Lincoln untuk mempercepat transitnya.
Singh mengungkapkan bahwa kapal induk Lincoln memiliki beberapa pemberhentian di Indo-Pasifik, yang ditarik setelah perintah Austin.
Singh mengatakan postur pasukan AS yang diperkuat mengirimkan pesan pencegahan yang "sangat kuat", juga penegasan dukungan Washington kepada Israel jika diserang.
Singh tidak dapat mengatakan berapa lama aset militer tambahan akan tinggal di Timur Tengah.
Militer AS bergegas untuk memperkuat kehadirannya dalam beberapa minggu terakhir setelah Iran dan Hizbullah bersumpah untuk membalas terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Namun, respons yang dijanjikan itu belum juga datang, di mana Iran dan Hizbullah mengatakan bahwa membiarkan "musuh" menunggu adalah bagian dari permainan perang psikologis yang mereka mainkan.
Aset militer AS tambahan yang dikirim ke wilayah tersebut mencakup ribuan pasukan tambahan, sistem pertahanan rudal balistik, kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan puluhan rudal jelajah Tomahawk, kapal tempur amfibi USS Wasp, dan banyak lagi.
Pejabat AS telah mengantisipasi respons Iran pada hari-hari setelah pembunuhan Ismail Haniyeh dan Fuad Shukr pada akhir Juli lalu. Intelijen kemudian diperbarui beberapa kali, sehingga menunda waktu respons apa pun.
Hingga Kamis malam, pejabat AS yang mengetahui penilaian intelijen terbaru mengatakan bahwa Washington masih memperkirakan semacam pembalasan dari Iran dan Hizbullah.
Masih belum jelas apakah mereka akan berkoordinasi untuk melakukan respons bersama atau masing-masing akan melakukan operasi mereka sendiri.
"Iran masih dapat melancarkan serangan dalam waktu 12-24 jam setelah membuat keputusan itu, yang belum mereka buat," kata seorang pejabat AS kepada Al Arabiya English.
Dipekirakan juga bahwa Hizbullah akan menyerang jantung Israel dalam apa yang akan diidentifikasi sebagai respons yang jelas terhadap pembunuhan Shukr.
Mengutip pejabat AS, Washington Post mengatakan kelompok yang didukung Iran tersebut telah memutuskan untuk tidak meluncurkan serangkaian rudal ke Tel Aviv.
Pejabat AS tersebut, yang berbicara kepada Al Arabiya English dengan syarat anonim untuk berbicara dengan bebas, mengatakan gambarannya masih belum jelas mengenai apa yang akan dilakukan Iran dan Hizbullah secara tepat.
Mengenai aset militer AS di wilayah tersebut, pejabat itu mengatakan harapannya adalah bahwa aset-aset tersebut akan tetap ada di tempat tersebut untuk masa mendatang.
Pejabat AS lainnya mengatakan bahwa rencana untuk menempatkan kembali pasukan di tempat lain bergantung pada gencatan senjata di Gaza.
"Jika Iran melewati batas tertentu dalam serangan terhadap Israel, kondisi bisa memburuk dengan cepat, dan kami akan memiliki kemampuan untuk mengirim kapal induk ke Teluk [Arab]," kata pejabat kedua AS.
Namun demikian, satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut dan mencegah eskalasi lebih lanjut adalah dengan Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata, kata pejabat AS tersebut berulang kali.
Gelombang kedatangan aset militer AS tambahan, kata Pentagon, telah "masuk ke dalam pikiran" Teheran.
"Kami telah memindahkan kemampuan ke wilayah tersebut yang menurut saya adil untuk dikatakan telah masuk ke dalam pikiran Iran dan akan memengaruhi perhitungan mereka tentang bagaimana dan apakah mereka memilih untuk merespons," kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh dalam jumpa pers, Kamis waktu Washington.
Baca Juga
"Kami tidak ingin melihat itu terjadi, tetapi kami memiliki dua kelompok penyerang kapal induk di sana, masing-masing, Anda tahu, dengan empat kapal perusak," imbuh Singh menanggapi pertanyaan dari Al Arabiya English, yang dilansir Jumat (23/8/2024).
Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin memerintahkan kapal induk kedua untuk meninggalkan Indo-Pasifik dan dikerahkan ke perairan wilayah operasi (AOR) Komando Pusat (CENTCOM).
Kelompok Penyerang Kapal Induk USS Abraham Lincoln tiba di Timur Tengah Rabu malam setelah Austin mengeluarkan perintah kedua bagi kapal induk Lincoln untuk mempercepat transitnya.
Singh mengungkapkan bahwa kapal induk Lincoln memiliki beberapa pemberhentian di Indo-Pasifik, yang ditarik setelah perintah Austin.
Singh mengatakan postur pasukan AS yang diperkuat mengirimkan pesan pencegahan yang "sangat kuat", juga penegasan dukungan Washington kepada Israel jika diserang.
Singh tidak dapat mengatakan berapa lama aset militer tambahan akan tinggal di Timur Tengah.
Militer AS bergegas untuk memperkuat kehadirannya dalam beberapa minggu terakhir setelah Iran dan Hizbullah bersumpah untuk membalas terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Namun, respons yang dijanjikan itu belum juga datang, di mana Iran dan Hizbullah mengatakan bahwa membiarkan "musuh" menunggu adalah bagian dari permainan perang psikologis yang mereka mainkan.
Aset militer AS tambahan yang dikirim ke wilayah tersebut mencakup ribuan pasukan tambahan, sistem pertahanan rudal balistik, kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi dengan puluhan rudal jelajah Tomahawk, kapal tempur amfibi USS Wasp, dan banyak lagi.
Pejabat AS telah mengantisipasi respons Iran pada hari-hari setelah pembunuhan Ismail Haniyeh dan Fuad Shukr pada akhir Juli lalu. Intelijen kemudian diperbarui beberapa kali, sehingga menunda waktu respons apa pun.
Hingga Kamis malam, pejabat AS yang mengetahui penilaian intelijen terbaru mengatakan bahwa Washington masih memperkirakan semacam pembalasan dari Iran dan Hizbullah.
Masih belum jelas apakah mereka akan berkoordinasi untuk melakukan respons bersama atau masing-masing akan melakukan operasi mereka sendiri.
"Iran masih dapat melancarkan serangan dalam waktu 12-24 jam setelah membuat keputusan itu, yang belum mereka buat," kata seorang pejabat AS kepada Al Arabiya English.
Dipekirakan juga bahwa Hizbullah akan menyerang jantung Israel dalam apa yang akan diidentifikasi sebagai respons yang jelas terhadap pembunuhan Shukr.
Mengutip pejabat AS, Washington Post mengatakan kelompok yang didukung Iran tersebut telah memutuskan untuk tidak meluncurkan serangkaian rudal ke Tel Aviv.
Pejabat AS tersebut, yang berbicara kepada Al Arabiya English dengan syarat anonim untuk berbicara dengan bebas, mengatakan gambarannya masih belum jelas mengenai apa yang akan dilakukan Iran dan Hizbullah secara tepat.
Mengenai aset militer AS di wilayah tersebut, pejabat itu mengatakan harapannya adalah bahwa aset-aset tersebut akan tetap ada di tempat tersebut untuk masa mendatang.
Pejabat AS lainnya mengatakan bahwa rencana untuk menempatkan kembali pasukan di tempat lain bergantung pada gencatan senjata di Gaza.
"Jika Iran melewati batas tertentu dalam serangan terhadap Israel, kondisi bisa memburuk dengan cepat, dan kami akan memiliki kemampuan untuk mengirim kapal induk ke Teluk [Arab]," kata pejabat kedua AS.
Namun demikian, satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut dan mencegah eskalasi lebih lanjut adalah dengan Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata, kata pejabat AS tersebut berulang kali.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda