Apakah Perang Rusia dan Ukraina akan Berakhir pada 2024?
Rabu, 21 Agustus 2024 - 12:15 WIB
KIEV - Perang Rusia dan Ukraina hingga saat ini terus berkecamuk. Titik terang perdamaian belum terlihat meskipun banyak pihak menyerukannya.
Lantas, apakah perang itu akan berakhir pada 2024?
Sejumlah pemimpin negara telah menyerukan diakhirinya perang tersebut.
“Rusia dan Ukraina harus berunding untuk mengakhiri konflik mereka guna menghindari meluasnya perang ke Belarusia,” ungkap Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia.
Lukashenko berbicara dengan latar belakang serangan Ukraina ke Rusia yang dimulai pada 6 Agustus ketika ribuan pasukan Kiev menerobos perbatasan barat Rusia.
Dalam wawancara yang panjang, Lukashenko mengatakan hanya "orang-orang berpangkat tinggi asal Amerika" yang menginginkan perang Ukraina-Rusia berlanjut.
Menurut kutipan dari wawancara hampir dua jam yang dipublikasikan pada Kamis di situs web kepresidenan Belarusia, Barat mendorong Kiev untuk berperang karena ingin Ukraina dan Rusia "saling menghancurkan".
Rusia mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan meningkatkan pertahanan perbatasan karena ratusan ribu orang diperintahkan mengungsi dari wilayah Kursk barat.
Kiev mengatakan pasukannya telah maju sejauh 35 km (22 mil) ke Rusia sejak pekan lalu dan terus menguasai wilayah.
Lukashenko mengisyaratkan, tanpa memberikan bukti, bahwa Kiev mungkin memiliki rencana untuk menyerang Belarusia.
Dia mengatakan, “Minsk tidak akan membiarkan pasukan Ukraina menginjak-injak negara kita."
Militer Ukraina tidak segera menanggapi permintaan tertulis untuk memberikan komentar.
Pemimpin Belarusia telah memposisikan dirinya sebagai pendukung utama Putin sejak presiden Rusia memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, yang sebagian di antaranya dilakukan dari tanah Belarusia.
Alih-alih membiarkan pertempuran terus berkecamuk, Lukashenko mendesak perundingan damai.
"Mari kita duduk di meja perundingan dan akhiri pertikaian ini," papar dia. "Baik rakyat Ukraina, Rusia, maupun Belarusia tidak membutuhkannya. Mereka (Barat) membutuhkannya."
Moskow mengatakan setiap perundingan damai harus didasarkan pada Ukraina yang menyerahkan tanah yang jumlahnya mencapai seperlima dari wilayahnya, sebagian besar sudah disita oleh pasukan Rusia.
Ukraina mengatakan Kiev akan siap untuk perundingan asalkan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dihormati sepenuhnya.
Lukashenko menuduh Barat bertaruh bahwa situasi yang tidak stabil di Kursk akan mendorong mobilisasi pasukan di Belarusia dan Rusia dan "mengguncang masyarakat dari dalam."
"Kami tidak menginginkan eskalasi dan kami tidak menginginkan perang melawan seluruh NATO. Kami tidak menginginkan itu," tegas dia.
Namun jika Ukraina benar-benar memprovokasi Belarusia, Lukashenko memperingatkan, "Kami tidak punya pilihan lain."
Lukashenko menyebut konflik tersebut sebagai "perang bersama" Belarusia dan Rusia melawan "binatang-binatang buas" Kiev dan sekutu Baratnya. Dia mengatakan Moskow akan "mendukung kami" jika Belarusia diserang.
Pada Sabtu, Minsk mengatakan akan mengirim pasukan untuk memperkuat perbatasan selatannya dengan Ukraina setelah menuduh Kiev melanggar wilayah udaranya dengan pesawat nirawak. Kiev mengatakan tidak melihat tanda-tanda penumpukan pasukan seperti itu.
Lukashenko mengulangi klaim tentang pelanggaran wilayah udara dan mengatakan pasukan Belarusia sedang dikirim ke perbatasan untuk "mencegah terobosan."
Dia mengatakan Minsk tidak melihat alasan untuk menggunakan senjata nuklir Rusia, yang dikerahkan di wilayah Belarusia tahun lalu, kecuali perbatasannya dilanggar.
"Kami tidak akan menggunakan senjata apa pun sampai Anda menginjakkan kaki di perbatasan negara kami," ujar dia.
Di sisi lain, potensi berakhirnya perang Rusia dan Ukraina memang muncul saat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump menjanjikan berakhirnya perang itu jika dia terpilih sebagai presiden AS.
Pemilu presiden AS akan digelar para November tahun ini. Jika Trump menang pemilu, potensi berakhirnya perang itu memang ada.
Lantas, apakah perang itu akan berakhir pada 2024?
Sejumlah pemimpin negara telah menyerukan diakhirinya perang tersebut.
“Rusia dan Ukraina harus berunding untuk mengakhiri konflik mereka guna menghindari meluasnya perang ke Belarusia,” ungkap Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia.
Lukashenko berbicara dengan latar belakang serangan Ukraina ke Rusia yang dimulai pada 6 Agustus ketika ribuan pasukan Kiev menerobos perbatasan barat Rusia.
Dalam wawancara yang panjang, Lukashenko mengatakan hanya "orang-orang berpangkat tinggi asal Amerika" yang menginginkan perang Ukraina-Rusia berlanjut.
Menurut kutipan dari wawancara hampir dua jam yang dipublikasikan pada Kamis di situs web kepresidenan Belarusia, Barat mendorong Kiev untuk berperang karena ingin Ukraina dan Rusia "saling menghancurkan".
Rusia mengatakan pada Kamis bahwa mereka akan meningkatkan pertahanan perbatasan karena ratusan ribu orang diperintahkan mengungsi dari wilayah Kursk barat.
Kiev mengatakan pasukannya telah maju sejauh 35 km (22 mil) ke Rusia sejak pekan lalu dan terus menguasai wilayah.
Lukashenko mengisyaratkan, tanpa memberikan bukti, bahwa Kiev mungkin memiliki rencana untuk menyerang Belarusia.
Dia mengatakan, “Minsk tidak akan membiarkan pasukan Ukraina menginjak-injak negara kita."
Militer Ukraina tidak segera menanggapi permintaan tertulis untuk memberikan komentar.
Pemimpin Belarusia telah memposisikan dirinya sebagai pendukung utama Putin sejak presiden Rusia memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, yang sebagian di antaranya dilakukan dari tanah Belarusia.
Alih-alih membiarkan pertempuran terus berkecamuk, Lukashenko mendesak perundingan damai.
"Mari kita duduk di meja perundingan dan akhiri pertikaian ini," papar dia. "Baik rakyat Ukraina, Rusia, maupun Belarusia tidak membutuhkannya. Mereka (Barat) membutuhkannya."
Moskow mengatakan setiap perundingan damai harus didasarkan pada Ukraina yang menyerahkan tanah yang jumlahnya mencapai seperlima dari wilayahnya, sebagian besar sudah disita oleh pasukan Rusia.
Ukraina mengatakan Kiev akan siap untuk perundingan asalkan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dihormati sepenuhnya.
Lukashenko menuduh Barat bertaruh bahwa situasi yang tidak stabil di Kursk akan mendorong mobilisasi pasukan di Belarusia dan Rusia dan "mengguncang masyarakat dari dalam."
"Kami tidak menginginkan eskalasi dan kami tidak menginginkan perang melawan seluruh NATO. Kami tidak menginginkan itu," tegas dia.
Namun jika Ukraina benar-benar memprovokasi Belarusia, Lukashenko memperingatkan, "Kami tidak punya pilihan lain."
Lukashenko menyebut konflik tersebut sebagai "perang bersama" Belarusia dan Rusia melawan "binatang-binatang buas" Kiev dan sekutu Baratnya. Dia mengatakan Moskow akan "mendukung kami" jika Belarusia diserang.
Pada Sabtu, Minsk mengatakan akan mengirim pasukan untuk memperkuat perbatasan selatannya dengan Ukraina setelah menuduh Kiev melanggar wilayah udaranya dengan pesawat nirawak. Kiev mengatakan tidak melihat tanda-tanda penumpukan pasukan seperti itu.
Lukashenko mengulangi klaim tentang pelanggaran wilayah udara dan mengatakan pasukan Belarusia sedang dikirim ke perbatasan untuk "mencegah terobosan."
Dia mengatakan Minsk tidak melihat alasan untuk menggunakan senjata nuklir Rusia, yang dikerahkan di wilayah Belarusia tahun lalu, kecuali perbatasannya dilanggar.
"Kami tidak akan menggunakan senjata apa pun sampai Anda menginjakkan kaki di perbatasan negara kami," ujar dia.
Di sisi lain, potensi berakhirnya perang Rusia dan Ukraina memang muncul saat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump menjanjikan berakhirnya perang itu jika dia terpilih sebagai presiden AS.
Pemilu presiden AS akan digelar para November tahun ini. Jika Trump menang pemilu, potensi berakhirnya perang itu memang ada.
Baca Juga
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda