FBI Tuding Iran Meretas Kampanye Trump
Rabu, 21 Agustus 2024 - 09:12 WIB
Bersiap untuk Pembalasan
Beberapa analis berspekulasi Iran mungkin lebih suka Wakil Presiden AS Kamal Harris memenangkan pemilihan umum.
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan meningkatkan penegakan sanksi terhadap Republik Islam tersebut.
Trump juga menyetujui pembunuhan Jenderal Korps Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020.
Awal tahun ini, Iran memilih seorang presiden reformis, Masoud Pezeshkian. Kemenangannya dibaca sebagai tanda oleh beberapa analis bahwa pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, dan anggota Garda Revolusi yang elit mungkin ingin tetap membuka jendela ke Barat.
Upaya tersebut mungkin menjadi rumit karena perang Israel di Gaza dan ketegangan yang membara antara AS dan Israel dengan "poros perlawanan" Iran.
Kedua sekutu tersebut bersiap menghadapi pembalasan Iran atas pembunuhan ganda Israel terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan kepala militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Tim kampanye Harris mengatakan pada 13 Agustus bahwa mereka juga telah menjadi sasaran peretas asing, tetapi tidak memberikan indikasi negara mana yang diyakini berada di balik upaya tersebut.
"Pada bulan Juli, tim hukum dan keamanan kampanye diberitahu FBI bahwa kami menjadi sasaran operasi pengaruh aktor asing," ujar seorang pejabat kampanye Harris kepada AFP.
Google mengatakan bulan ini bahwa peretas yang didukung Iran menargetkan kampanye presiden Partai Demokrat dan Republik.
tulis komentar anda