Pemimpin Hizbullah: Menunggu adalah Bagian dari Hukuman untuk Israel
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 17:30 WIB
BEIRUT - Sekretaris Jenderal kelompok Lebanon Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan Iran, Hizbullah, dan Ansarallah (Houthi) di Yaman semuanya bersemangat untuk menanggapi Israel setelah pembunuhan komandan militer Hizbullah Fouad Shukr, dan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, dan pemboman kota Hodeidah di Yaman.
Dia mencatat keadaan menunggu saat ini di Israel adalah bagian dari hukuman.
Nasrallah menegaskan dalam penampilannya yang kedua setelah pembunuhan komandan tertinggi Hizbullah, Fouad Shukr, bahwa tanggapan terhadap Israel datang dari Iran, Hizbullah, dan Yaman, tetapi pelaksanaannya akan dilakukan dengan hati-hati, pertimbangan, dan keberanian.
Dia menunjukkan Israel takut akan tanggapan Perlawanan dan mencari bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Arab.
Nasrallah menegaskan kembali bahwa respons Hizbullah terhadap pembunuhan Shukr tidak dapat dihindari, baik secara individu maupun bersama-sama dengan poros perlawanan.
Dia menekankan, Hizbullah mampu menghancurkan pabrik-pabrik di Israel utara dalam waktu satu jam atau bahkan setengah jam.
Berikut ini adalah poin-poin terpenting dari pidato Nasrallah.
“Kami mengakui bahwa kerugian kami sangat besar dengan gugurnya Fouad Shukr, tetapi ini tidak menggoyahkan kami,” papar dia.
Dia menekankan, “Gugurnya Pemimpin Ismail Haniyeh merupakan kerugian besar bagi Perlawanan Palestina dan rakyat Palestina. Gugurnya pemimpin Ismail Haniyeh tidak melemahkan Perlawanan Palestina.”
“(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tidak menginginkan gencatan senjata atau penghentian perang. Netanyahu bersikeras tidak menghentikan perang di Gaza, apa pun kesepakatan (gencatan senjata) yang diusulkan,” ungkap dia.
Dia menegaskan, “Hampir ada suara bulat di Israel untuk menolak pembentukan negara Palestina. Pemerintah Israel menolak pembentukan negara Palestina, bahkan di Gaza. Proyek Netanyahu di Gaza adalah mencabut akar penduduknya dan memindahkan mereka ke Mesir atau tempat lain.”
“Proyek Israel di Tepi Barat adalah memperluas permukiman dan memindahkan warga Palestina ke Yordania sebagai persiapan untuk aneksasi Tepi Barat,” papar dia.
Dia menambahkan, “Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) terkekang setelah Perjanjian Oslo, dan pembicaraan Amerika tentang solusi dua negara adalah kemunafikan dan misinformasi.”
“Israel tidak lagi sekuat dulu dan prestise serta potensi pertahanannya tidak lagi seperti dulu,” tegas dia.
Dia menekankan, “Pembicaraan Amerika Serikat tentang negara Palestina adalah kebohongan dan kemunafikan. Israel menggunakan Amerika dan negara-negara Barat untuk melindunginya karena tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Israel takut dengan tanggapan Iran.”
“Hari ini, pesawat tanpa awak Perlawanan tiba di sebelah timur Acre. Saat ini, wilayah tersebut menghadapi bahaya nyata, dan setiap orang harus memahami dimensi pertempuran saat ini dan bahayanya bagi Palestina,” papar dia.
Dia memperingatkan, “Jika Perlawanan di Gaza dikalahkan, tidak akan ada tempat suci Islam atau Kristen yang tersisa. Jika Perlawanan di Gaza dikalahkan, Israel akan bergerak ke tingkat yang berbahaya dan risikonya akan dirasakan semua negara di kawasan tersebut.”
“Tujuan pertempuran sekarang bukanlah untuk menyingkirkan Israel, tetapi untuk mencegahnya melenyapkan Perlawanan. Israel berperang tanpa aturan atau garis merah dan menghadapi mereka serta mencegah mereka menang adalah tugas moral dan agama,” ujar dia.
Dia menyatakan, “Pembunuhan Haniyeh dan Shukr tidak mengubah apa pun dalam perjalanan pertempuran, Israel berada dalam situasi yang sulit dan perlawanan telah meningkatkan operasinya.”
“Kami menyerukan kepada perlawanan dan garis depan pendukung untuk terus bekerja sebagaimana yang telah kami lakukan selama beberapa bulan terakhir,” ungkap dia.
“Dalam pertempuran ini, Suriah dan Iran diharuskan untuk memberikan dukungan moral dan politik serta fasilitas. Iran berkewajiban untuk berperang setelah pembunuhan martir Haniyeh di Teheran, tetapi tidak diharuskan untuk terlibat dalam pertempuran permanen,” ungkap dia.
Dia menekankan, “Suriah dan Iran diharuskan untuk memberikan dukungan material dan militer meskipun mereka mengalami semua tekanan. Saya menyerukan kepada rakyat Lebanon untuk memahami besarnya risiko yang ada. Kami berkomitmen untuk menanggapi setelah pembunuhan Fouad Shukr.”
“Penantian Israel selama seminggu merupakan bagian dari hukuman dan pembalasan. Iran, Hizbullah, dan Yaman akan menanggapi setelah pembunuhan Haniyeh, Shukr, dan pengeboman Hodeidah,” papar dia.
Menurut dia, “Keadaan penantian saat ini merupakan bagian dari pertempuran dan meninggalkan bayangan besar pada pendudukan. Musuh tidak berani mengatakan kebenaran tentang apa yang terjadi di Majdal Shams. Kami tidak melakukan eskalasi dan Israel memilihnya. Tanggapan kami akan segera datang.”
“Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon telah terlibat secara langsung, tetapi relatif terbatas dalam perang melawan pendudukan Israel,” ungkap dia.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, intensitas pertempuran telah meningkat, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa perang habis-habisan antara Hizbullah dan tentara Israel akan segera terjadi.”
Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara tersebut pada tahun 2000, setelah perlawanan keras Lebanon di bawah komando Hizbullah.
Israel berupaya menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 tetapi gagal dalam apa yang dianggap Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel.
Namun, Israel terus menduduki sebagian wilayah Lebanon, yaitu wilayah Sheeba Farms.
Hizbullah telah berjanji merebut kembali setiap inci wilayah Lebanon yang telah diduduki Israel secara ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional.
Dia mencatat keadaan menunggu saat ini di Israel adalah bagian dari hukuman.
Nasrallah menegaskan dalam penampilannya yang kedua setelah pembunuhan komandan tertinggi Hizbullah, Fouad Shukr, bahwa tanggapan terhadap Israel datang dari Iran, Hizbullah, dan Yaman, tetapi pelaksanaannya akan dilakukan dengan hati-hati, pertimbangan, dan keberanian.
Dia menunjukkan Israel takut akan tanggapan Perlawanan dan mencari bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Arab.
Nasrallah menegaskan kembali bahwa respons Hizbullah terhadap pembunuhan Shukr tidak dapat dihindari, baik secara individu maupun bersama-sama dengan poros perlawanan.
Dia menekankan, Hizbullah mampu menghancurkan pabrik-pabrik di Israel utara dalam waktu satu jam atau bahkan setengah jam.
Berikut ini adalah poin-poin terpenting dari pidato Nasrallah.
“Kami mengakui bahwa kerugian kami sangat besar dengan gugurnya Fouad Shukr, tetapi ini tidak menggoyahkan kami,” papar dia.
Dia menekankan, “Gugurnya Pemimpin Ismail Haniyeh merupakan kerugian besar bagi Perlawanan Palestina dan rakyat Palestina. Gugurnya pemimpin Ismail Haniyeh tidak melemahkan Perlawanan Palestina.”
“(Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu tidak menginginkan gencatan senjata atau penghentian perang. Netanyahu bersikeras tidak menghentikan perang di Gaza, apa pun kesepakatan (gencatan senjata) yang diusulkan,” ungkap dia.
Dia menegaskan, “Hampir ada suara bulat di Israel untuk menolak pembentukan negara Palestina. Pemerintah Israel menolak pembentukan negara Palestina, bahkan di Gaza. Proyek Netanyahu di Gaza adalah mencabut akar penduduknya dan memindahkan mereka ke Mesir atau tempat lain.”
“Proyek Israel di Tepi Barat adalah memperluas permukiman dan memindahkan warga Palestina ke Yordania sebagai persiapan untuk aneksasi Tepi Barat,” papar dia.
Dia menambahkan, “Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) terkekang setelah Perjanjian Oslo, dan pembicaraan Amerika tentang solusi dua negara adalah kemunafikan dan misinformasi.”
“Israel tidak lagi sekuat dulu dan prestise serta potensi pertahanannya tidak lagi seperti dulu,” tegas dia.
Dia menekankan, “Pembicaraan Amerika Serikat tentang negara Palestina adalah kebohongan dan kemunafikan. Israel menggunakan Amerika dan negara-negara Barat untuk melindunginya karena tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Israel takut dengan tanggapan Iran.”
“Hari ini, pesawat tanpa awak Perlawanan tiba di sebelah timur Acre. Saat ini, wilayah tersebut menghadapi bahaya nyata, dan setiap orang harus memahami dimensi pertempuran saat ini dan bahayanya bagi Palestina,” papar dia.
Dia memperingatkan, “Jika Perlawanan di Gaza dikalahkan, tidak akan ada tempat suci Islam atau Kristen yang tersisa. Jika Perlawanan di Gaza dikalahkan, Israel akan bergerak ke tingkat yang berbahaya dan risikonya akan dirasakan semua negara di kawasan tersebut.”
“Tujuan pertempuran sekarang bukanlah untuk menyingkirkan Israel, tetapi untuk mencegahnya melenyapkan Perlawanan. Israel berperang tanpa aturan atau garis merah dan menghadapi mereka serta mencegah mereka menang adalah tugas moral dan agama,” ujar dia.
Dia menyatakan, “Pembunuhan Haniyeh dan Shukr tidak mengubah apa pun dalam perjalanan pertempuran, Israel berada dalam situasi yang sulit dan perlawanan telah meningkatkan operasinya.”
“Kami menyerukan kepada perlawanan dan garis depan pendukung untuk terus bekerja sebagaimana yang telah kami lakukan selama beberapa bulan terakhir,” ungkap dia.
“Dalam pertempuran ini, Suriah dan Iran diharuskan untuk memberikan dukungan moral dan politik serta fasilitas. Iran berkewajiban untuk berperang setelah pembunuhan martir Haniyeh di Teheran, tetapi tidak diharuskan untuk terlibat dalam pertempuran permanen,” ungkap dia.
Dia menekankan, “Suriah dan Iran diharuskan untuk memberikan dukungan material dan militer meskipun mereka mengalami semua tekanan. Saya menyerukan kepada rakyat Lebanon untuk memahami besarnya risiko yang ada. Kami berkomitmen untuk menanggapi setelah pembunuhan Fouad Shukr.”
“Penantian Israel selama seminggu merupakan bagian dari hukuman dan pembalasan. Iran, Hizbullah, dan Yaman akan menanggapi setelah pembunuhan Haniyeh, Shukr, dan pengeboman Hodeidah,” papar dia.
Menurut dia, “Keadaan penantian saat ini merupakan bagian dari pertempuran dan meninggalkan bayangan besar pada pendudukan. Musuh tidak berani mengatakan kebenaran tentang apa yang terjadi di Majdal Shams. Kami tidak melakukan eskalasi dan Israel memilihnya. Tanggapan kami akan segera datang.”
“Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon telah terlibat secara langsung, tetapi relatif terbatas dalam perang melawan pendudukan Israel,” ungkap dia.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, intensitas pertempuran telah meningkat, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa perang habis-habisan antara Hizbullah dan tentara Israel akan segera terjadi.”
Israel telah menduduki sebagian wilayah Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara tersebut pada tahun 2000, setelah perlawanan keras Lebanon di bawah komando Hizbullah.
Israel berupaya menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006 tetapi gagal dalam apa yang dianggap Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel.
Namun, Israel terus menduduki sebagian wilayah Lebanon, yaitu wilayah Sheeba Farms.
Hizbullah telah berjanji merebut kembali setiap inci wilayah Lebanon yang telah diduduki Israel secara ilegal dan bertentangan dengan hukum internasional.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda