Iran Kibarkan Bendera Merah usai Ismail Haniyeh Dibunuh, Simbol Balas Dendam
Jum'at, 02 Agustus 2024 - 11:36 WIB
TEHERAN - Iran telah mengibarkan bendera merah di atas masjid Jam Karan di Qom setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dibunuh di kediamannya di Teheran, Rabu.
Menurut laporan New Arab, Jumat (2/8/2024), bendera merah itu melambangkan balas dendam—sebuah indikasi bahwa negara itu sedang mempersiapkan respons atas pembunuhan Haniyeh oleh Israel.
Bendera seperti itu pernah dikibarkan ketika komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020. Bendera merah juga dikibarkan setelah pengeboman pemakaman Kerman pada 2024.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, sebagaimana dilaporkan New York Times, telah memberikan perintah kepada Iran untuk menyerang Israel secara langsung sebagai respons atas pembunuhan Haniyeh.
Laporan itu mengutip tiga pejabat Iran yang diberi pengarahan perihal perintah Khamenei.
Khamenei mengeluarkan perintah tersebut selama pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi pada Rabu pagi, tak lama setelah Haniyeh tewas di wisma tamu Teheran yang menjadi tempat tinggalnya.
Dua dari tiga sumber yang diwawancarai New York Times berasal dari IRGC. Mereka meminta identitasnya dirahasiakan karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Laporan terbaru dari New York Times menyebutkan Haniyeh tewas dibunuh oleh bom yang diselundupkan ke wisma tamu di Teheran sejak dua bulan lalu.
Laporan itu mengutip lima pejabat Timur Tengah. "Bom tersebut telah disembunyikan sekitar dua bulan lalu di wisma tamu tersebut," kata kelima pejabat tersebut.
"Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh," imbuh mereka. "Setelah dipastikan bahwa dia berada di dalam kamarnya di wisma tamu tersebut.”
Bom itu, lanjut laporan New York Times, menewaskan Haniyeh dan pengawalnya serta menyebabkan kerusakan pada bangunan tersebut.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, pada hari Selasa. Sedangkan pembunuhannya terjadi pada Rabu dini hari waktu Teheran.
Jika laporan tersebut benar, maka akan mematahkan beragam spekulasi tentang serangan yang menewaskan Haniyeh, termasuk serangan rudal oleh drone dan serangan jet tempur siluman F-35 Israel dari wilayah Azerbaijan.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel siap untuk setiap agresi terhadapnya menyusul ancaman pembalasan oleh Iran atas pembunuhan tokoh-tokoh penting Hamas dan Hizbullah.
"Israel berada pada tingkat persiapan yang sangat tinggi untuk skenario apa pun, baik defensif maupun ofensif. Kami akan membuat tindakan agresi apa pun terhadap kami membayar harga yang sangat tinggi," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Kamis, yang dilansir AFP, Jumat (2/8/2024).
"Mereka yang menyerang kami, kami akan menyerang balik," lanjut Netanyahu.
Menurut laporan New Arab, Jumat (2/8/2024), bendera merah itu melambangkan balas dendam—sebuah indikasi bahwa negara itu sedang mempersiapkan respons atas pembunuhan Haniyeh oleh Israel.
Bendera seperti itu pernah dikibarkan ketika komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) pada tahun 2020. Bendera merah juga dikibarkan setelah pengeboman pemakaman Kerman pada 2024.
Baca Juga
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, sebagaimana dilaporkan New York Times, telah memberikan perintah kepada Iran untuk menyerang Israel secara langsung sebagai respons atas pembunuhan Haniyeh.
Laporan itu mengutip tiga pejabat Iran yang diberi pengarahan perihal perintah Khamenei.
Khamenei mengeluarkan perintah tersebut selama pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi pada Rabu pagi, tak lama setelah Haniyeh tewas di wisma tamu Teheran yang menjadi tempat tinggalnya.
Dua dari tiga sumber yang diwawancarai New York Times berasal dari IRGC. Mereka meminta identitasnya dirahasiakan karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.
Laporan terbaru dari New York Times menyebutkan Haniyeh tewas dibunuh oleh bom yang diselundupkan ke wisma tamu di Teheran sejak dua bulan lalu.
Laporan itu mengutip lima pejabat Timur Tengah. "Bom tersebut telah disembunyikan sekitar dua bulan lalu di wisma tamu tersebut," kata kelima pejabat tersebut.
"Bom tersebut diledakkan dari jarak jauh," imbuh mereka. "Setelah dipastikan bahwa dia berada di dalam kamarnya di wisma tamu tersebut.”
Bom itu, lanjut laporan New York Times, menewaskan Haniyeh dan pengawalnya serta menyebabkan kerusakan pada bangunan tersebut.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, pada hari Selasa. Sedangkan pembunuhannya terjadi pada Rabu dini hari waktu Teheran.
Jika laporan tersebut benar, maka akan mematahkan beragam spekulasi tentang serangan yang menewaskan Haniyeh, termasuk serangan rudal oleh drone dan serangan jet tempur siluman F-35 Israel dari wilayah Azerbaijan.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel siap untuk setiap agresi terhadapnya menyusul ancaman pembalasan oleh Iran atas pembunuhan tokoh-tokoh penting Hamas dan Hizbullah.
"Israel berada pada tingkat persiapan yang sangat tinggi untuk skenario apa pun, baik defensif maupun ofensif. Kami akan membuat tindakan agresi apa pun terhadap kami membayar harga yang sangat tinggi," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada Kamis, yang dilansir AFP, Jumat (2/8/2024).
"Mereka yang menyerang kami, kami akan menyerang balik," lanjut Netanyahu.
(mas)
tulis komentar anda