Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh dari Wilayah Iran atau Negara Lain?
Kamis, 01 Agustus 2024 - 10:33 WIB
TEHERAN - Rincian seputar operasi yang menyebabkan terbunuhnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran masih belum. Itutermasuk apakah dia diserang dari dalam wilayah Iran atau dari negara lain.
Baik Iran maupun Israel, yang diduga berada di balik operasi tersebut, belum memberikan rinciannya.
Namun, ada banyak laporan yang dapat memberikan petunjuk bagi para pakar untuk berspekulasi tentang bagaimana operasi itu dilakukan—dan apakah melibatkan persenjataan canggih atau serangan pesawat nirawak.
Dalam salah satu pernyataannya, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengumumkan bahwa serangan yang mengakibatkan kematian Haniyeh terjadi pada Rabu pukul 02.00 pagi dan menyatakan bahwa dia terbunuh oleh "proyektil dari udara" saat bertugas di salah satu "kediaman khusus untuk veteran perang di Teheran utara."
Beberapa jam kemudian, jaringan Al-Mayadeen dari Lebanon yang berafiliasi dengan Iran melaporkan bahwa rudal yang digunakan untuk menyerang kediaman Haniyeh diluncurkan bukan dari dalam Iran, tetapi dari negara lain.
Namun, Channel 12 Israel melaporkan bahwa pejabat Teheran sudah sampai pada kesimpulan bahwa proyektil tersebut sebenarnya ditembakkan dari dalam perbatasan negara Iran.
Meskipun kantor berita Fars melaporkan bahwa Haniyeh tinggal di kediaman khusus untuk veteran perang di Teheran utara, hanya sedikit yang diketahui tentang bangunan tersebut.
Beberapa sumber di Iran telah menyatakan bahwa Haniyeh mungkin telah terbunuh di dekat Istana Saadabad—sebuah kompleks kerajaan bersejarah yang terletak di bagian utara Ibu Kota Iran.
Dengan luas ratusan hektare, kompleks tersebut telah digunakan oleh Republik Islam Iran untuk berbagai acara resmi selama bertahun-tahun.
Beberapa laporan juga menyatakan bahwa kamp Basij al-Zahra di barat laut kompleks ini adalah kediaman Haniyeh.
Selama pemerintahan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Islam di Teheran pada tahun 1991, sebuah bangunan dilaporkan dibangun di Istana Saadabad untuk menampung tamu istimewa.
Fasilitas ini mungkin digunakan untuk menjamu tamu terhormat, meskipun detail spesifik tentang kediaman Haniyeh di sana tidak terdokumentasi dengan baik.
Beberapa saksi mata setempat melaporkan mendengar ledakan di daerah Saadabad pada Rabu pagi.
Media pemerintah Tejarat Online menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa suara ledakan itu sangat keras. "Sehingga memicu semua alarm mobil dan terdengar di seluruh Teheran utara, dengan asap dan debu dari ledakan menutupi daerah tersebut," tulis media itu dalam laporannya.
Menurut sumber yang terhubung dengan Hamas, bangunan yang menjadi sasaran serangan itu juga ditempati oleh pengawal Haniyeh, Ziad Nakhalah, pemimpin Jihad Islam, bersama dengan delegasi Hamas.
Namun, sejauh ini, belum ada laporan yang menunjukkan bahwa orang-orang tersebut terluka.
Selain itu, tidak ada laporan yang muncul tentang penghuni gedung lainnya yang terluka, sehingga muncul kemungkinan bahwa meskipun operasi untuk membunuh Haniyeh sangat presisi, kekuatan dan intensitas ledakan kemungkinan terbatas.
Meskipun pernyataan IRGC merujuk pada "proyektil dari udara", asal proyektil yang membunuh Haniyeh masih belum jelas.
Sky News Arabia melaporkan bahwa berdasarkan sumber-sumber Iran, gedung tempat Haniyeh berada menjadi sasaran rudal yang ditembakkan dari gedung di dekatnya.
Proyektil udara dapat diluncurkan dari jet tempur atau pesawat nirawak militer. Untuk serangan semacam itu, pesawat militer biasanya akan memanfaatkan wilayah udara negara tetangga.
Meskipun menggunakan wilayah udara negara lain tanpa izin dan melakukan operasi di dekat wilayah perbatasan merupakan tantangan, itu bukan hal yang mustahil.
Dalam serangan Israel pada bulan April di Pangkalan Udara Taktis ke-8 di Isfahan, pejabat Amerika mengonfirmasi bahwa pesawat Israel meluncurkan tiga rudal dari luar perbatasan Iran yang menargetkan lokasi radar yang melindungi fasilitas nuklir Natanz.
Namun, pejabat Iran mengaitkan insiden tersebut dengan pesawat nirawak musuh di pangkalan militer tersebut.
Namun, menurut koresponden militer Channel 14 Israel Hallel Bitton Rosen, serangan itu tidak dilakukan dengan meluncurkan rudal, tetapi dengan senjata lain yang meledak di dekatnya.
Berdasarkan operasi Israel di masa lalu, rezim Zionis memiliki sejarah melakukan serangan pesawat nirawak di tanah Iran.
Pada Februari 2023, Wall Street Journal melaporkan bahwa Israel bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak di kompleks bengkel Kementerian Pertahanan di Isfahan dan ledakan di pusat amunisi di kota itu. Pejabat Iran menggambarkan serangan itu sebagai "tidak berhasil" dan menyatakan bahwa serangan itu hanya menyebabkan kerusakan terbatas.
Israel belum mengeklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Haniyehm tetapi seorang pejabat Israel dan dua pejabat AS mengatakan kepada Axios bahwa Israel berada di balik serangan itu.
Sekitar dua jam sebelum kematian Haniyeh, Richard Goldberg, seorang penasihat senior di Foundation for Defense of Democracies, tampaknya menyinggung serangan itu, dengan mengatakan: "Angkatan Udara Israel menunjukkan jangkauannya malam ini."
Setelah berita pembunuhan pemimpin Hamas itu tersiar, Goldberg, mengacu pada serangan Israel terhadap Iran sebelumnya, mem-posting di X: "Jika Anda dapat mengenai radar di dekat lokasi nuklir, Anda dapat mengenai rumah di Teheran. Ayatollah terekspos."
Major Andrew Fox, seorang peneliti di Jackson Institute dan mantan penerjun payung Inggris, mengatakan kepada Iran International English bahwa serangan itu mungkin dilakukan dengan rudal yang diluncurkan dari luar Iran.
Menurutnya, Laut Kaspia, mengingat kedekatannya dengan Teheran, merupakan pilihan yang cocok untuk operasi ini.
Fox, mengacu pada pengalamannya dan menekankan bahwa rudal tersebut dipandu dengan teknologi laser yang tepat, mengatakan: "Seorang prajurit di darat menargetkan penunjuk laser tepat pada titik di mana ia ingin rudal itu menghantam, mengarahkan rudal ke titik tumbukan."
Pakar tersebut juga mencatat bahwa Israel memiliki rudal yang dirancang untuk menggunakan energi kinetik dari kecepatan dan berat hulu ledak untuk mematikan.
Hal ini menjelaskan mengapa, dalam beberapa serangan rudal, lebih sedikit korban dan lebih sedikit suara yang diamati dibandingkan dengan serangan dengan hulu ledak peledak.
Ronen Solomon, seorang analis intelijen dan keamanan Israel, menyoroti kedekatan Baku dan Tel Aviv, serta perbatasan bersama Azerbaijan dengan Iran.
Dia berasumsi bahwa penggunaan wilayah udara Azerbaijan untuk serangan tersebut sangat mungkin terjadi karena jaraknya yang dekat dan keberadaan senjata Israel di wilayah tersebut.
Baik Iran maupun Israel, yang diduga berada di balik operasi tersebut, belum memberikan rinciannya.
Namun, ada banyak laporan yang dapat memberikan petunjuk bagi para pakar untuk berspekulasi tentang bagaimana operasi itu dilakukan—dan apakah melibatkan persenjataan canggih atau serangan pesawat nirawak.
Sederet Pertanyaan tentang Pembunuhan Ismail Haniyeh
1. Di Mana dan Kapan Haniyeh Dibunuh?
Dalam salah satu pernyataannya, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengumumkan bahwa serangan yang mengakibatkan kematian Haniyeh terjadi pada Rabu pukul 02.00 pagi dan menyatakan bahwa dia terbunuh oleh "proyektil dari udara" saat bertugas di salah satu "kediaman khusus untuk veteran perang di Teheran utara."
Beberapa jam kemudian, jaringan Al-Mayadeen dari Lebanon yang berafiliasi dengan Iran melaporkan bahwa rudal yang digunakan untuk menyerang kediaman Haniyeh diluncurkan bukan dari dalam Iran, tetapi dari negara lain.
Namun, Channel 12 Israel melaporkan bahwa pejabat Teheran sudah sampai pada kesimpulan bahwa proyektil tersebut sebenarnya ditembakkan dari dalam perbatasan negara Iran.
Baca Juga
2. Di Mana Lokasi Haniyeh Tinggal?
Meskipun kantor berita Fars melaporkan bahwa Haniyeh tinggal di kediaman khusus untuk veteran perang di Teheran utara, hanya sedikit yang diketahui tentang bangunan tersebut.
Beberapa sumber di Iran telah menyatakan bahwa Haniyeh mungkin telah terbunuh di dekat Istana Saadabad—sebuah kompleks kerajaan bersejarah yang terletak di bagian utara Ibu Kota Iran.
Dengan luas ratusan hektare, kompleks tersebut telah digunakan oleh Republik Islam Iran untuk berbagai acara resmi selama bertahun-tahun.
Beberapa laporan juga menyatakan bahwa kamp Basij al-Zahra di barat laut kompleks ini adalah kediaman Haniyeh.
Selama pemerintahan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Islam di Teheran pada tahun 1991, sebuah bangunan dilaporkan dibangun di Istana Saadabad untuk menampung tamu istimewa.
Fasilitas ini mungkin digunakan untuk menjamu tamu terhormat, meskipun detail spesifik tentang kediaman Haniyeh di sana tidak terdokumentasi dengan baik.
3. Apakah Ada Ledakan?
Beberapa saksi mata setempat melaporkan mendengar ledakan di daerah Saadabad pada Rabu pagi.
Media pemerintah Tejarat Online menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa suara ledakan itu sangat keras. "Sehingga memicu semua alarm mobil dan terdengar di seluruh Teheran utara, dengan asap dan debu dari ledakan menutupi daerah tersebut," tulis media itu dalam laporannya.
Menurut sumber yang terhubung dengan Hamas, bangunan yang menjadi sasaran serangan itu juga ditempati oleh pengawal Haniyeh, Ziad Nakhalah, pemimpin Jihad Islam, bersama dengan delegasi Hamas.
Namun, sejauh ini, belum ada laporan yang menunjukkan bahwa orang-orang tersebut terluka.
Selain itu, tidak ada laporan yang muncul tentang penghuni gedung lainnya yang terluka, sehingga muncul kemungkinan bahwa meskipun operasi untuk membunuh Haniyeh sangat presisi, kekuatan dan intensitas ledakan kemungkinan terbatas.
4. Dibunuh oleh Rudal atau Pesawat Nirawak?
Meskipun pernyataan IRGC merujuk pada "proyektil dari udara", asal proyektil yang membunuh Haniyeh masih belum jelas.
Sky News Arabia melaporkan bahwa berdasarkan sumber-sumber Iran, gedung tempat Haniyeh berada menjadi sasaran rudal yang ditembakkan dari gedung di dekatnya.
Proyektil udara dapat diluncurkan dari jet tempur atau pesawat nirawak militer. Untuk serangan semacam itu, pesawat militer biasanya akan memanfaatkan wilayah udara negara tetangga.
Meskipun menggunakan wilayah udara negara lain tanpa izin dan melakukan operasi di dekat wilayah perbatasan merupakan tantangan, itu bukan hal yang mustahil.
Dalam serangan Israel pada bulan April di Pangkalan Udara Taktis ke-8 di Isfahan, pejabat Amerika mengonfirmasi bahwa pesawat Israel meluncurkan tiga rudal dari luar perbatasan Iran yang menargetkan lokasi radar yang melindungi fasilitas nuklir Natanz.
Namun, pejabat Iran mengaitkan insiden tersebut dengan pesawat nirawak musuh di pangkalan militer tersebut.
Namun, menurut koresponden militer Channel 14 Israel Hallel Bitton Rosen, serangan itu tidak dilakukan dengan meluncurkan rudal, tetapi dengan senjata lain yang meledak di dekatnya.
Berdasarkan operasi Israel di masa lalu, rezim Zionis memiliki sejarah melakukan serangan pesawat nirawak di tanah Iran.
Pada Februari 2023, Wall Street Journal melaporkan bahwa Israel bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak di kompleks bengkel Kementerian Pertahanan di Isfahan dan ledakan di pusat amunisi di kota itu. Pejabat Iran menggambarkan serangan itu sebagai "tidak berhasil" dan menyatakan bahwa serangan itu hanya menyebabkan kerusakan terbatas.
5. Apa Kata Para Pakar?
Israel belum mengeklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Haniyehm tetapi seorang pejabat Israel dan dua pejabat AS mengatakan kepada Axios bahwa Israel berada di balik serangan itu.
Sekitar dua jam sebelum kematian Haniyeh, Richard Goldberg, seorang penasihat senior di Foundation for Defense of Democracies, tampaknya menyinggung serangan itu, dengan mengatakan: "Angkatan Udara Israel menunjukkan jangkauannya malam ini."
Setelah berita pembunuhan pemimpin Hamas itu tersiar, Goldberg, mengacu pada serangan Israel terhadap Iran sebelumnya, mem-posting di X: "Jika Anda dapat mengenai radar di dekat lokasi nuklir, Anda dapat mengenai rumah di Teheran. Ayatollah terekspos."
Major Andrew Fox, seorang peneliti di Jackson Institute dan mantan penerjun payung Inggris, mengatakan kepada Iran International English bahwa serangan itu mungkin dilakukan dengan rudal yang diluncurkan dari luar Iran.
Menurutnya, Laut Kaspia, mengingat kedekatannya dengan Teheran, merupakan pilihan yang cocok untuk operasi ini.
Fox, mengacu pada pengalamannya dan menekankan bahwa rudal tersebut dipandu dengan teknologi laser yang tepat, mengatakan: "Seorang prajurit di darat menargetkan penunjuk laser tepat pada titik di mana ia ingin rudal itu menghantam, mengarahkan rudal ke titik tumbukan."
Pakar tersebut juga mencatat bahwa Israel memiliki rudal yang dirancang untuk menggunakan energi kinetik dari kecepatan dan berat hulu ledak untuk mematikan.
Hal ini menjelaskan mengapa, dalam beberapa serangan rudal, lebih sedikit korban dan lebih sedikit suara yang diamati dibandingkan dengan serangan dengan hulu ledak peledak.
Ronen Solomon, seorang analis intelijen dan keamanan Israel, menyoroti kedekatan Baku dan Tel Aviv, serta perbatasan bersama Azerbaijan dengan Iran.
Dia berasumsi bahwa penggunaan wilayah udara Azerbaijan untuk serangan tersebut sangat mungkin terjadi karena jaraknya yang dekat dan keberadaan senjata Israel di wilayah tersebut.
(mas)
tulis komentar anda