Penjelasan Konflik Hamas Fatah, Penyebab serta Upaya Perdamaian yang Dilakukan

Jum'at, 26 Juli 2024 - 16:45 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi (tengah) melihat penandatanganan Deklarasi Beijing di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, China, 23 Juli 2024. Foto/EPA-EFE/PEDRO PARDO
JALUR GAZA - Konflik Hamas dan Fatah yang terjadi sepanjang lebih dari satu dekade pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan ideologi. Kini dua organisasi pembela Palestina tersebut baru saja menandatangani deklarasi Beijing.

Dilansir dari France 24, Hamas mengumumkan pihaknya telah menandatangani perjanjian di Beijing dengan organisasi-organisasi Palestina lainnya, termasuk saingannya Fatah, untuk bekerja sama demi “persatuan nasional” dan memerintah Gaza bersama-sama setelah berakhirnya konflik dengan Israel.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok Palestina, mengatakan mereka telah sepakat membentuk “pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara” untuk mengawasi Gaza pasca-perang.



Pengumuman tersebut muncul setelah sembilan bulan perang genosida oleh Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina.

Sebenarnya Hamas dan Fatah bukanlah dua organisasi yang suka berdampingan. Konflik antara mereka saja hingga saat ini masih belum bisa dikatakan telah selesai.

Konflik Hamas Fatah



Konflik awal Hamas Fatah muncul dari perbedaan ideologi. Sebab Hamas dikenal sebagai organisasi yang sangat menjunjung tinggi hukum agama, sedangkan Fatah lebih bersifat nasionalis.

Dalam hal ini Fatah menjadi fraksi yang mengakui Israel sebagai negara merdeka. Itu dilakukan supaya muncul perdamaian di wilayah Yerusalem.

Namun pandangan fraksi yang mendominasi Palestina saat itu ditentang keras oleh Hamas yang menganggap para Zionis yang mendirikan negara Israel adalah hal yang harus dihapuskan eksistensinya.

Perdebatan ini mencapai puncak di tahun 2004, ketika pemimpin Fatah yang juga Presiden Palestina Yasser Arafat wafat. Sebelumnya, Yasser adalah tokoh vital yang mau berdamai dengan Israel melalui kesepakatan Oslo.

Hal ini membuat Hamas mulai meningkatkan kekuatan politiknya ketika sang rival melemah. Pemilu 2006 dijadikan sebagai wadah Hamas mengambil suara mayoritas dan memenangkan parlemen Palestina.

Hal tersebut membuat pentolan Hamas yang bernama Ismail Haniyeh, terpilih sebagai Perdana Menteri Palestina.

Kemenangan itu lantas membuat Hamas mendominasi wilayah Gaza yang merupakan wilayah padat penduduk di Palestina. Meski begitu, Fatah masih mempertahankan kekuasaannya di Tepi Barat.

Upaya Perdamaian Hamas Fatah



Sebenarnya konflik Hamas Fatah tidak dibiarkan begitu saja. Telah ada sejumlah upaya perdamaian, dimulai dari pembentukan komite tindak lanjut dari para peserta pertemuan ketua faksi Palestina untuk menyelesaikan dialog berbagai isu.

Pertemuan itu disebutkan sebagai langkah pertama dan penting untuk menyelesaikan dialog nasional, dan menyatakan harapan bahwa tujuan yang diinginkan akan tercapai sesegera mungkin.

Perjanjian di Beijing yang berlangsung beberapa waktu lalu juga menjadi wadah bagi dua organisasi tersebut supaya dapat akur. Namun ideologi yang telah mengakar membuat semua pihak ragu jika Hamas dan Fatah akan bisa berdamai.

(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More