Jenderal Tertinggi Zionis Desak PM Netanyahu Minta Maaf pada Tentara Israel, Ada Apa?
Kamis, 18 Juli 2024 - 12:33 WIB
TEL AVIV - Panglima Militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mendesak Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu meminta maaf atas komentarnya yang dianggap meremehkan tentara Zionis dalam perang di Gaza.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa pada konferensi pers pada hari Sabtu lalu, Netanyahu menyatakan dirinya merasa terdorong untuk melanjutkan invasi Rafah demi negosiasi karena "tidak ada kemajuan" selama berbulan-bulan.
“Selama berbulan-bulan tidak ada kemajuan karena tekanan militer tidak cukup kuat dan saya pikir, demi kesepakatan penyanderaan dan demi kemenangan atas Hamas, kita harus memasuki Rafah,” kata Netanyahu, yang ditafsirkan sebagai kritik terhadap peran tempur tentara Zionis.
Israel melancarkan serangan darat di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 6 Mei, menguasai Koridor Philadelphi, termasuk perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir.
Laporan tersebut, yang dikutip oleh Anadolu, juga mencatat bahwa para pejabat militer menafsirkan komentar Netanyahu sebagai isyarat bahwa dia menginginkan tindakan di Rafah, namun para perwira senior militer tidak menindaklanjutinya, sehingga memaksanya untuk menekan mereka.
Dalam pertemuan pada hari Minggu yang juga dihadiri oleh kepala dua badan keamanan utama Israel, Shin Bet dan Mossad, Halevi meminta Netanyahu untuk meminta maaf.
"Kata-kata ini serius. Saya meminta perdana menteri meminta maaf," kata jenderal tertinggi militer Israel tersebut, seperti dikutip dari Palestine Chronicle, Kamis (18/7/2024).
Namun, Netanyahu belum meminta maaf, menurut laporan Channel 12.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa pada konferensi pers pada hari Sabtu lalu, Netanyahu menyatakan dirinya merasa terdorong untuk melanjutkan invasi Rafah demi negosiasi karena "tidak ada kemajuan" selama berbulan-bulan.
“Selama berbulan-bulan tidak ada kemajuan karena tekanan militer tidak cukup kuat dan saya pikir, demi kesepakatan penyanderaan dan demi kemenangan atas Hamas, kita harus memasuki Rafah,” kata Netanyahu, yang ditafsirkan sebagai kritik terhadap peran tempur tentara Zionis.
Israel melancarkan serangan darat di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 6 Mei, menguasai Koridor Philadelphi, termasuk perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir.
Laporan tersebut, yang dikutip oleh Anadolu, juga mencatat bahwa para pejabat militer menafsirkan komentar Netanyahu sebagai isyarat bahwa dia menginginkan tindakan di Rafah, namun para perwira senior militer tidak menindaklanjutinya, sehingga memaksanya untuk menekan mereka.
Dalam pertemuan pada hari Minggu yang juga dihadiri oleh kepala dua badan keamanan utama Israel, Shin Bet dan Mossad, Halevi meminta Netanyahu untuk meminta maaf.
"Kata-kata ini serius. Saya meminta perdana menteri meminta maaf," kata jenderal tertinggi militer Israel tersebut, seperti dikutip dari Palestine Chronicle, Kamis (18/7/2024).
Namun, Netanyahu belum meminta maaf, menurut laporan Channel 12.
tulis komentar anda