Kapal Perang Jepang Nekat Masuki Perairan China, Begini Reaksi Beijing

Kamis, 11 Juli 2024 - 09:16 WIB
Suzutsuki, kapal perang Jepang yang nekat memasuki perairan teritorial China. Foto/Kyodo News
BEIJING - Sebuah kapal perang Pasukan Bela Diri Maritim (MSDF) Jepang telah nekat memasuki perairan teritorial China di lepas pantai provinsi Zhejiang pada pekan lalu.

Sumber diplomatik, yang dikutip Kyodo News, Kamis (11/7/2024), mengatakan kapal perusak Tokyo itu telah mengabaikan peringatan yang berulang kali dilontarkan kapal Beijing.

Kapal perusak Suzutsuki, yang bertugas memantau latihan militer China di laut lepas, berlayar ke perairan China pada 4 Juli, dalam sebuah gerakan yang langka dilakukan oleh kapal SDF.





Sumber diplomatik tersebut mengatakan Beijing telah menyampaikan keprihatinan seriusnya kepada Tokyo atas insiden tersebut, sehingga Kementerian Pertahanan Jepang meluncurkan penyelidikan terhadap kapten kapal Suzutsuki.

Namun Kementerian Pertahanan Jepang menolak berkomentar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan operasi SDF.

Sehari sebelum kapal perusak MSDF memasuki perairan China, pihak berwenang Zhejiang mengatakan zona larangan berlayar akan dibentuk di daerah terdekat agar militer China dapat melakukan latihan tembak-menembak, sehingga membuka risiko terjadinya kemungkinan yang terjadi karena kehadiran kapal perusak Suzutsuki.

Menurut sumber Beijing, pemerintah China mencurigai insiden tersebut merupakan “provokasi yang disengaja” oleh kapal perusak Jepang, dan telah mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan.

Suzutsuki, yang sedang menjalankan misi untuk memantau latihan tembak rudal China, didesak oleh kapal Beijing untuk meninggalkan perairan tersebut ketika ia mendekat dalam jarak 12 mil laut (22 kilometer) di lepas pantai Zhejiang.

Alih-alih mengindahkan peringatan, kapal perusak itu justru melaju dengan cepat dan berlayar ke perairan China selama sekitar 20 menit sebelum meninggalkan area tersebut.

Kapal MSDF di masa lalu telah memantau aktivitas kapal induk China, Liaoning, yang dikerahkan di Laut China Timur, namun kapal perusak Jepang yang bertugas mengawasi kapal Beijing biasanya menjauh dari perairan teritorial di lepas pantai Zhejiang.

Dalam pembicaraan tidak resmi antara kedua belah pihak, seorang pejabat Jepang menunjukkan kemungkinan bahwa masuknya kapal perusak Suzutsuki adalah sebuah "kesalahan prosedural".

Namun, seorang pakar keamanan China meragukan pandangan tidak resmi Tokyo bahwa kapal perusak MSDF mungkin memasuki perairan China secara tidak sengaja, dengan alasan tingkat keterampilan awak kapal Jepang.

Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) mengakui hak “lintas damai”, yang memperbolehkan kapal melewati wilayah perairan negara lain kecuali jika hal itu membahayakan keselamatan negara pantai tersebut.

Tokyo menyatakan bahwa masuknya Suzutsuki ke perairan teritorial China tidak ilegal, dengan alasan hak lintas damai.

Namun Beijing berargumen bahwa kapal MSDF tidak memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang dalam negeri China bahwa kapal asing harus meminta izin terlebih dahulu untuk memasuki perairannya, kata sumber China.

Jun Tsuruta, profesor hukum internasional di Universitas Meiji Gakuin di Tokyo, mengatakan ada perdebatan mengenai apakah hak lintas damai dapat diberikan kepada kapal militer serta kapal komersial, dan bahwa masalah tersebut belum sepenuhnya diselesaikan berdasarkan UNCLOS yang diadopsi pada tahun 1982.

Karena Tokyo mengakui hak lintas damai bagi kapal militer asing yang berlayar ke perairan teritorial Jepang, kapal SDF kemungkinan tidak akan meminta persetujuan Beijing terlebih dahulu berdasarkan hukum Tiongkok sebelum memasuki perairan negara tetangga tersebut, kata Tsuruta.

China secara teratur mengirimkan kapal militer dan coast guard-nya ke perairan teritorial Jepang dekat Kepulauan Senkaku yang dikuasai Tokyo di Laut China Timur, yang diklaim dan disebut Diaoyu oleh Beijing.

Meskipun niat awak kapal perusak tersebut belum diklarifikasi, Jepang harus menahan diri untuk tidak meningkatkan ketegangan di laut regional, kata profesor tersebut.

“Saya bertanya-tanya mengapa Jepang melakukan tindakan provokatif di tengah upaya kedua negara untuk menstabilkan hubungan,” kata sumber diplomatik China.

Hubungan China-Jepang memburuk karena sejumlah masalah, termasuk pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang lumpuh yang dimulai pada bulan Agustus tahun lalu, yang mendorong Beijing untuk memberlakukan larangan total impor makanan laut Jepang.

Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sepakat dalam pertemuan mereka pada bulan November di San Francisco untuk membangun hubungan bilateral yang “saling menguntungkan” berdasarkan kepentingan strategis bersama.

Perdana Menteri China Li Qiang dan pemimpin Jepang mengonfirmasi perjanjian tersebut di Seoul pada bulan Mei.

Meskipun demikian, negosiasi untuk meningkatkan hubungan bilateral berjalan lambat.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More