Terungkap, Tentara Bayaran Barat Habisi Tawanan Perang Rusia Tak Bersenjata

Minggu, 07 Juli 2024 - 13:27 WIB
Para tentara bayaran Chosen Company membunuh para tentara Rusia tak bersenjata yang jadi tawanan perang di Ukraina. Foto/Chosen Company
KYIV - Para anggota dari Chosen Company, sebuah kelompok tentara bayaran internasional yang berperang atas nama Ukraina, secara konsisten terlibat dalam kejahatan perang dengan membunuh para tentara Rusia tak bersenjata yang jadi tawanan perang.

The New York Times melaporkan kasus itu pada hari Sabtu (6/7/2024), mengutip seorang dokter medan perang asal Jerman.

Dalam sebuah artikel, media tersebut merinci kisah Caspar Grosse, seorang mantan tentara Jerman yang bertugas sebagai petugas medis di unit itu dan diduga menyaksikan langsung peristiwa yang meresahkan tersebut.

Dia menggambarkan sebuah insiden yang terjadi pada bulan Agustus 2023, ketika seorang tentara Rusia tak bersenjata yang terluka parah, yang awalnya dianggap tewas, mulai merangkak melalui parit sambil berteriak “tolong” dan “menyerah” dalam bahasa Inggris, namun kemudian ditembak di dada oleh seorang anggota kelompok tentara bayaran tersebut.





Tentara Rusia itu masih bernafas dan bergerak-gerak ketika tentara bayaran lainnya menembak kepalanya, yang pada saat itu diasumsikan oleh Grosse sebagai pembunuhan karena belas kasihan.

Dalam kejadian lain yang diceritakan oleh Grosse, seorang tentara Yunani yang dikenal sebagai Zeus melemparkan granat ke arah dua tentara Rusia, salah satunya terluka parah dan hampir tidak bisa bergerak.

Tentaran Rusia kedua mencoba mendekati serdadu bayaran dengan tangan terangkat ketika ledakan granat menewaskan kedua tentara Moskow tersebut, menurut video kamera helm yang ditinjau oleh New York Times.

Grosse menambahkan bahwa tim drone Ukraina juga mengonfirmasi pada saat itu bahwa para tentara Moskow tersebut tampaknya berusaha untuk menyerah.

Dalam insiden ketiga pada pertengahan Oktober, Grosse menerima pesan teks dari seorang anggota dengan nama panggilan Andok, yang bertanggung jawab atas unit tersebut pada hari itu, mengatakan bahwa tim “mendapatkan tangkapan ini”.

Para tawanan perang tampaknya ditembak mati oleh Zeus, yang kemudian sesumbar tentang pembunuhan tersebut.

“Hari ini seorang teman baik dengan rela mengeksekusi seorang tahanan yang terikat. Saat tahanan itu sedang duduk di parit dengan jaket tersampir di bahunya, Zeus muncul di belakangnya dan menembaknya di belakang kepala beberapa kali,” tulis Grosse dalam sebuah jurnalnya pada saat itu, yang di-review oleh New York Times.

Andok dilaporkan membela pembunuhan tersebut dengan mengatakan Zeus “hanya melakukan tugasnya”.

“Saya secara khusus mengatakan bahwa, karena saya petugas medis, saya ingin para tahanan berada dalam perawatan saya dan tidak ada yang boleh menembak mereka,” kata Grosse kepada New York Tinmes, mengeklaim bahwa dia sangat terganggu dengan insiden tersebut sehingga dia mengeluh kepada Ryan O'Leary, komandan de facto Chosen Company dan mantan Angkatan Darat Garda Nasional Amerika Serikat dari Iowa.

O'Leary membantah bahwa “saudara-saudaranya” melakukan kejahatan perang.

Berdasarkan ketentuan Konvensi Jenewa tahun 1949, anggota angkatan bersenjata yang meletakkan senjatanya dan mereka yang ditempatkan dalam keadaan darurat karena sakit, luka, atau ditahan harus diperlakukan secara manusiawi. Segala jenis pembunuhan, mutilasi, dan penyiksaan terhadap tahanan merupakan kejahatan perang.

Menyusul laporan New York Times, duta besar Rusia untuk kejahatan di Ukraina, Rodion Miroshnik, mengatakan Moskow akan menuntut organisasi internasional yang memiliki perwakilan di Ukraina untuk memverifikasi informasi ini, yang jika dikonfirmasi, akan memenuhi syarat “sebagai pelanggaran terhadap norma-norma dan prinsip-prinsip utama hukum kemanusiaan, yang mengacu pada kejahatan perang.”
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More