Israel-Hizbullah di Ambang Perang Habis-habisan, Arab Saudi Desak Warganya Tinggalkan Lebanon
Minggu, 30 Juni 2024 - 06:45 WIB
RIYADH - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mendesak warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Seruan ini dikeluarkan pada Sabtu ketika Israel dan kelompok Hizbullah telah di ambang perang habis-habisan.
Seruan dari kerajaan disampaikan melalui kedutaannya di Beirut. ”Menyusul perkembangan kejadian terkini di Lebanon selatan,” demikian alasan seruan tersebut dikeluarkan, sebagaimana dilansir Saudi Press Agency (SPA), Minggu (30/6/2024).
“Kerajaan menegaskan seruan sebelumnya kepada semua warga Saudi untuk mematuhi larangan perjalanan ke Lebanon,” lanjut seruan tersebut.
Pada hari Rabu, Jerman juga mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon sesegera mungkin karena risiko meningkatnya konflik antara Israel dan Hizbullah.
Kuwait juga bertindak cepat dengan mengirim pesawat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon.
Israel dan Hizbullah—sekutu Hamas yang didukung Iran di Lebanon—telah di ambang perang habis-habisan, di mana hampir setiap hari keduanya saling baku tembak melintasi perbatasan. Itu terjadi sejak perang besar antara Israel dan Hamas pecah di Jalur Gaza, Palestina, yang dimulai 7 Oktober 2023.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah telah menyatakan kelompoknya siap menghadapi perang habis-habisan dengan Israel.
Menurutnya, tak akan ada tempat yang aman di negara Yahudi itu jika perang skala penuh dimulai.
Bahkan, kata Nasrallah, Siprus juga bisa menjadi sasaran jika negara itu menampung pasukan Zionis Israel.
“Musuh tahu bahwa mereka pasti akan menunggu kami di darat, di udara, dan di laut, dan jika perang terjadi, [kelompok] perlawanan akan berperang tanpa kendala, aturan, atau batasan,” kata Nasrallah.
"Tidak akan ada tempat yang aman dari rudal dan drone kami," ujarnya.
Menurut Nasrallah, konfrontasi yang terjadi saat ini adalah pertempuran terbesar sejak tahun 1948—tahun di mana Israel mendeklarasikan pendiriannya sebagai negara. “Dan akan mengubah wajah kawasan dan membentuk masa depannya,” kata Nasrallah.
Sebaliknya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan perang di Lebanon, namun dapat mengirimnya kembali ke “Zaman Batu” jika diplomasi gagal.
“Kami tidak menginginkan perang, namun kami bersiap menghadapi setiap skenario,” kata Gallant.
“Hizbullah memahami betul bahwa kami dapat menimbulkan kerusakan besar di Lebanon jika perang dilancarkan,” katanya lagi.
Seruan dari kerajaan disampaikan melalui kedutaannya di Beirut. ”Menyusul perkembangan kejadian terkini di Lebanon selatan,” demikian alasan seruan tersebut dikeluarkan, sebagaimana dilansir Saudi Press Agency (SPA), Minggu (30/6/2024).
“Kerajaan menegaskan seruan sebelumnya kepada semua warga Saudi untuk mematuhi larangan perjalanan ke Lebanon,” lanjut seruan tersebut.
Pada hari Rabu, Jerman juga mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon sesegera mungkin karena risiko meningkatnya konflik antara Israel dan Hizbullah.
Kuwait juga bertindak cepat dengan mengirim pesawat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon.
Baca Juga
Israel dan Hizbullah—sekutu Hamas yang didukung Iran di Lebanon—telah di ambang perang habis-habisan, di mana hampir setiap hari keduanya saling baku tembak melintasi perbatasan. Itu terjadi sejak perang besar antara Israel dan Hamas pecah di Jalur Gaza, Palestina, yang dimulai 7 Oktober 2023.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah telah menyatakan kelompoknya siap menghadapi perang habis-habisan dengan Israel.
Menurutnya, tak akan ada tempat yang aman di negara Yahudi itu jika perang skala penuh dimulai.
Bahkan, kata Nasrallah, Siprus juga bisa menjadi sasaran jika negara itu menampung pasukan Zionis Israel.
“Musuh tahu bahwa mereka pasti akan menunggu kami di darat, di udara, dan di laut, dan jika perang terjadi, [kelompok] perlawanan akan berperang tanpa kendala, aturan, atau batasan,” kata Nasrallah.
"Tidak akan ada tempat yang aman dari rudal dan drone kami," ujarnya.
Menurut Nasrallah, konfrontasi yang terjadi saat ini adalah pertempuran terbesar sejak tahun 1948—tahun di mana Israel mendeklarasikan pendiriannya sebagai negara. “Dan akan mengubah wajah kawasan dan membentuk masa depannya,” kata Nasrallah.
Sebaliknya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa negaranya tidak menginginkan perang di Lebanon, namun dapat mengirimnya kembali ke “Zaman Batu” jika diplomasi gagal.
“Kami tidak menginginkan perang, namun kami bersiap menghadapi setiap skenario,” kata Gallant.
“Hizbullah memahami betul bahwa kami dapat menimbulkan kerusakan besar di Lebanon jika perang dilancarkan,” katanya lagi.
(mas)
tulis komentar anda